"Brengsek, lepaskan aku…" Lan Qianyu berseru memakinya karena merasa terhina.
Ye Yan sama sekali mengacuhkannya, dia mencengkeram kedua pergelangan tangan Lan Qianyu dengan satu tangannya, sedangkan tangan satunya lagi bergerak melepaskan pakaiannya sendiri.
"Kau, kau mau apa?" Lan Qianyu menatapnya dengan panik. Apa dia benar-benar mau melakukannya?
Ye Yan tetap tidak memedulikannya…
"Kau jangan macam-macam, nanti bisa berpengaruh ke bayinya." Lan Qianyu hanya bisa memakai alasan seperti itu untuk menyadarkan Ye Yan.
"Aku kan tidak masuk, bagaimana bisa mempengaruhi bayinya?"
"Lepaskan aku!!!" Lan Qianyu bergegas mengalihkan wajahnya karena tidak berani melihat Ye Yan.
"Bekerjasamalah sedikit, akan segera selesai, kalau tidak kamu yang akan menderita."
"Dasar maniak…" Lan Qianyu menggelengkan kepalanya dengan mata terpejam, dia hampir menangis.
"Uh uh…" Kedua kaki Lan Qianyu bergerak liar di atas tempat tidur, seluruh selimutnya sudah terinjak oleh kakinya.
"Cepat sedikit!"
Lan Qianyu memutar kepalanya dengan kuat hendak menghindar dari serangannya, tetapi tangan Ye Yan yang sangat kuat menahannya sehingga dia tidak bisa bergerak. Dalam keputusasaannya, Lan Qianyu hanya dapat berteriak, "Kalau kau berani memasukkannya, aku akan menggigitnya sampai putus."
Ye Yan menghentikan gerakannya, dia lalu menatap Lan Qianyu sambil mengerutkan kening, "Hampir saja aku lupa dengan hal ini, terima kasih karena telah mengingatkanku."
Kemudian dia pun melepaskannya.
Lan Qianyu diam-diam menghembuskan nafas lega dan mengira kalau dia sudah lolos dari bencana, namun tidak disangka Ye Yan malah berbaring di sampingnya…
"Kau sangat menjijikan!" Lan Qianyu berseru rendah. Dia hendak menarik tangannya, tetapi Ye Yan mencengkeram erat pergelangan tangannya sehingga dia sama sekali tidak dapat bergerak.
Ye Yan menarik wajah Lan Qianyu sehingga dia pun berhadapan dengannya, "Ini adalah tugas dan tanggung jawabmu sebagai seorang istri."
Lan Qianyu hanya bisa berkompromi, "Baiklah, aku akan menggunakan tanganku."
"Begitu baru benar." Ye Yan berbaring miring di sampingnya, lalu menciumnya dengan penuh nafsu…
Lan Qianyu mengerutkan keningnya, seluruh tubuhnya rasanya sangat tertekan.
"Pelan sedikit." Ye Yan mengerang pelan dengan tidak senang.
"Kau mau apa?" Lan Qianyu panik, tubuhnya secara naluriah ingin mundur ke belakang.
"Jangan sembarangan bergerak."
…..
Ye Yan tertelungkup miring di atas tubuh Lan Qianyu dan mencium pipinya dengan penuh kerinduan, namun Lan Qianyu menghindar dan tidak ingin menghiraukannya.
Ye Yan merangkul pinggangnya lalu tidur.
Lan Qianyu menatapnya sambil mengerutkan kening, dia merasa marah sekaligus benci kepadanya. Mengapa bisa ada lelaki seperti ini, kasar, sombong dan suka memaksa. Dia melakukan segala sesuatu mengikuti kemauannya sendiri dan sama sekali tidak memedulikan perasaan orang lain. Dia sangat membencinya.
Mungkin karena kelelahan, beberapa saat kemudian Lan Qianyu pun tertidur. Di tengah tidurnya dia merasakan Ye Yan yang memeluknya dari belakang. Dia berusaha melepaskan pelukannya itu selama beberapa saat, namun tidak berhasil. Dia pun tidak dapat melawan lelahnya dan melanjutkan tidurnya lagi…
**
Entah sudah berapa lama mereka tertidur, tiba-tiba pintu kamar diketuk dari luar. Terdengar suara Zhao Jun, "Tuan, sudah waktunya bersiap-siap untuk ke bandara."
"Aku tahu." Ye Yan menjawab pelan. Dia membuka mata dan melihat Lan Qianyu yang tertidur nyenyak di pelukannya. Kening gadis itu masih saja berkerut, seakan-akan ada kesedihan yang tidak dapat dihilangkan dari dirinya. Ye Yan dengan hati-hati mendekatinya dan menggunakan ibu jarinya untuk meraba pelan keningnya itu. Dia ingin menghapus kesedihan itu dari wajahnya…
Lan Qianyu bergerak-gerak, Ye Yan pun bergegas menarik tangannya dan diam tak bergerak karena takut membangunkannya.
Setelah diam beberapa saat dan memastikan kalau Lan Qianyu tidak akan terbangun, barulah Ye Yan bergerak menjauhinya. Dia lalu turun dari tempat tidur, berganti pakaian dan meninggalkan kamar sambil menutup pintu dengan perlahan. Ye Yan berseru ke lantai bawah, "Donna!"
"Aku datang." Donna bergegas naik, dia tersenyum memandang Ye Yan, "Tuan muda, ada perintah apa?"
"Siapkan sedikit makanan untuk Lan Qianyu." Ye Yan berkata, "Ada lagi, suruh dua orang pelayan wanita yang kerjanya bagus untuk menunggu di depan kamar, nanti biar mereka membantunya mandi dan ganti pakaian."
"Baik." Donna mengangguk-anggukan kepalanya.