" Apa? Tidak! Tidak! Aku tidak mau!" kata Fatma menangis, dia memukul-mukul perutnya.
Brian hanya diam saja, hatinya sakit saat dia mendengar jika Fatma hamil anak Harun. Tangannya terkepal hingga terlihat memutih.
" Nyonya, jangan lakukan itu! Apa Nyonya tidak mau memiliki anak?" tanya dokter yang memeriksa Fatma sambil memegangi tangan Fatma agar tidak memukul-mukul perutnya.
" Tidak! Aku membenci anak ini! Tolong ambil dia!" pinta Fatma sudah lupa segalanya.
" Apa? Apa maksud anda dengan mengambilnya? Apa Nyonya ingin menggugurkan kandungan anda?" tanya dokter itu terkejut.
" Iya! Tolong!" pinta Fatma lagi.
" Tidak! Saya tidak bisa melakukannya! Dia tidak berdosa!" kata dokter itu marah.
" Gugurkan!" ucap Brian dingin.
" Apa? Apa Kalian bukan pasangan suami istri?" tanya dokter itu.
" Saya akan bayar berapapun asal dokter bisa mengeluarkan dia dari perutnya!" kata Brian menahan amarahnya.
" Maaf! Saya seorang dokter! Tugas saya menyelamatkan nyawa, bukan menghilangkan nyawa!" tutur dokter itu lagi.
" Ayo kita pergi!" kata Brian mendekati Fatma dan menurunkannya dari atas brankar.
" Tolong! Jangan lakukan itu! Kalian sudah berbuat dosa, jangan menambahnya lagi!" kata dokter itu yang mengira Brian dan Fatma pasangan selingkuh.
Brian memacu mobilnya menuju rumah Harun dan Fatma.
" Aku tidak mau dia tahu!" ucap Fatma.
Brian hanya diam, pikirannya saat ini hanya bagaimana bisa membunuh Harun. Brian mempercepat laju mobilnya. dan sampai ke rumah Harun juga. Brian langsung keluar dan masuk ke dalam rumah, sementara Fatma yang terkejut melihat sikap Brian, mengejar mantan suaminya.
" Dasar brengsek!
Bugh! Bugh! Bugh! Brian menghajar Harun yang sedang duduk di ruang tengah bersama Zabran.
" Lo emang orang brengsek!" ucap Brian lagi.
Sementara Harun hanya bisa pasrah menerima semua ini, karena dia pikir Fatma pasti sudah menceritakan kejadian yang sebenarnya pada Brian.
" Habibbbbb!" teriak Fatma yang melihat kejadian pemukulan itu, lalu berusaha untuk menarik tubuh Brian.
" Kamu akan membunuh dia!" kata Fatma.
" Biar saja! Biar dia mati bersama anak itu!" kata Brian tidak sadar.
" Habib!" teriak Fatma yang marah karena Brian secara tidak langsung memberitahu Harun tentang bayi yang di dalam perutnya.
" Lepaskan, Zair! Aku akan membunuh bapaknya lebih dahulu baru anaknya!" kata Brian lagi yang sudah diselimuti amarah.
" Hentikan!" teriak Dul yang melihat majikannya dipukuli oleh seorang pria.
" Jangan ikut campur!" kata Brian menatap wajah Dul dengan penuh kemarahan.
" Saya bilang hentikan!" teriak Dul lalu memukul keras Brian hingga pria besar itu terhuyung.
Dul adalah seorang jago taekwondo, dia pernah menjuarai kejuaraan dunia juga.
" Dul!" teriak Fatma yang mendekati Brian dan menatap Dul marah.
" Maaf, Nyonya Muda! Tapi suami Nyonya sedang dianiaya, saya..."
" Dia tidak pantas disebut suami, dan mereka akan segera bercerai!" teriak Brian lagi.
" Sudah, Dul! Hentikan!" kata Harun yang berdiri dibantu Dul.
" Tapi, Ustadz..."
" Cukup!" teriak Harun.
" Saya minta maaf atas apa yang terjadi malam itu! Saya pasti menepati janji saya untuk menceraikan Zahirah!" kata Harun dengan menahan rasa sakit di hatinya.
" Dasar bajingan, apa kalian bisa bercerai jika Zahirah hamil?" kata Brian emosi.
" Habib!" teriak Fatma dengan mata berkaca-kaca.
Brian seakan tersadar jika Fatma sudah melarangnya memberitahu tentang kehamilannya pada, Harun.
" Apa? Ha...hamil? Maksud kamu? Zahirah..."
" Ayo, kita pergi!" ucap Fatma mengajak Brian yang terlihat sedih karena wajah Fatma yang meneteskan airmata.
" Zahirah, tunggu! Apa benar kamu hamil anak kita?" tanya Harun dengan nada bahagia.
" Dia anak Brian!" kata Fatma memejamkan kedua matanya.
Brian menatap Fatma dan manik mata mereka bertemu. Brian melemah, dia memejamkan matanya dan menetapkan hatinya untuk mengakui anak Harun.
" Iya, dia anak kami!" kata Brian lagi.
" Astaughfirullah! Zahirah...kalian...berzina?" ucap Harun dengan tubuh terjatuh di lantai.
" Kami akan menggugurkan anak ini!" kata Brian lagi.
" Tidak! Jangan! Berikan dia padaku! Aku akan mengakuinya! Tolong!" kata Harun meratap.
Hati Fatma terasa sangat sakit saat mendengar perkataan Harun.
" Kamu ingin aku menalakmu, bukan? Aku akan melakukannya setelah anak itu lahir!" kata Harun.
" Tolong! Aku tidak memiliki siapa-siapa selain anak itu! Zahirah!" kata Harun memohon.
" Baiklah! Aku akan menunggu Zahirah melahirkan dan kau menalaknya! Lalu aku akan membawanya pergi! Tapi jangan berbuat sesuatu yang akan kau sesali seumur hidupmu!" kata Brian.
" Habib?" kata Fatma tidak ikhlas.
" Ini yang terbaik! Aku akan menyelesaikan semua urusan dalam jangka waktu 9 bulan ini! Bertahanlah demi kita!" bisik Brian.
Brian pergi meninggalkan Fatma yang dalam keadaan menangis. Hatinya sangat sakit melihat wanita yang sangat dicintainya menangis kembali karena dirinya. Sementara Harun sangat bahagia karena akan mendapatkan seorang anak. Meskipun bukan anak dari keturunannya, tapi dia cukup merasa bahagia karena dia akan lahir dari rahim istrinya. Dia merasa bersalah karena membuat Fatma melakukan dosa besar dengan Brian hingga hamil.
" Ya Allah, hanya kepadaMu hamba memohon dan hanya kepadaMu hamba berdo'a. Hamba bersimpuh memohon dikakiMu agar Engkau mau memberikan ampunan atas segala dosa istri hamba!"
Tiap selesai shalat Harun selalu memanjatkan do'a itu. Sejak dia tahu jika Fatma hamil, dia membeli banyak sekali literatur tentang kehamilan dan bayi. Harun sangat ingin menjadi suami siaga untuk istri dan anaknya.
" Hoeekkkkk! Hoeekkkkk!"
" Ah! Ya Allah! Apa penyakitku semakin parah? Kenapa aku selalu mual dan muntah setiap pagi?" tanya Harun ambigu. Tubuhnya terasa lemas akibat hal itu, tapi dia tidak mau jika sampai terjadi sesuatu sebelum dia melihat anaknya lahir.
Harun tidak pernah lupa dengan semua kebutuhan Fatma saat hamil. Dia menyuruh PRT untuk selalu siap jika Fatma membutuhkan sesuatu. Zabran dan Zibran sangat senang karena akan memiliki adik, begitu pula dengan orang tua Harun.
" Apa dedek bayi nggak kesian di dalam sana, Ummi?" tanya Zabran.
" Kenapa?" tanya Fatma saat Zabran bertanya.
" Kan disana nggak bisa nafas?" kata Zabran.
" Kalo nggak bisa nafas dedeknya meninggal, dong!" kata Fatma.
" Iya, ya!" balas Zabran tertawa.
Harun sangat bahagia melihat kegembiraan kedua anak sambungnya menyambut kehamilan ibu mereka. Suatu malam Harun merasa haus dan ingin minum, tapi ternyata air dalam botolnya habis. Dia memakai jubah tidurnya lalu keluar dari kamar. Dia berjalan ke dapur untuk mengambil air mineral. Dilihatnya ruang TV menyala, dia melihat siapa yang masih melihat TV tengah malam begini.
" Zahirah?" gumam Harun melihat istrinya itu duduk di sofa.
Harun kemudian berjalan ke arah dapur. Dia mengisi botolnya dengan air mineral hingga penuh.
" Apa Ustadz bisa membelikan saya nasi goreng?" tiba-tiba Fatma sudah berdiri di pintu dapur.
" Astaughfirullah!" ucap Harun yang terkejut dengan kehadiran Fatma disana.
Harun tertegun melihat istrinya yang sudah 2 bulan ini dinikahinya. Fatma terlihat sangat cantik diusianya yang memasuki kepala 3. Mungkin karena dia hamil, bisa jadi aura kecantikannya semakin terpancar diwajahnya.
" Bisa?" tanya Fatma lagi.
" E..e, iya! Bisa!" jawab Harun terbata.
Kata buku yang aku baca, jika seorang ibu yang sedang hamil menginginkan sesuatu, bisa jadi itu adalah keinginan si jabang bayi. Harun tersenyum bahagia, karena bisa memenuhi keinginan anaknya. Dengan cepat dia berjalan mengikuti Fatma yang telah mendahului ke ruang tengah. Harun meraih kunci motornya dan berjalan keluar rumah.
" Saya mau nasgor yang dekat sekolah dulu!" kata Fatma dan berhasil menghentikan langkah kaki Harun. Nasgor dekat...sekolah? batin Harun. Itu...jauh sekali! Tapi demi anakku yang agar tidak ileran, aku harus bisa membelinya! batin Harun lagi.
" Kenapa? Kejauhan? Kalau ada Brian pasti dia akan langsung..."