webnovel

Perasaan

Di dalam kelas seorang diri hanya ada Noval, merasa hari ini banyak sekali masalah dari mulai pemanggilan orang tua, perasaannya pada Diana dan juga pertengkarannya dengan Edo, Noval hanya melamun didalam kelas, menunggu selesai jam olahraga.

25 menit saat dia didalam kelas, dari luar terdengar suara siswa siswa yang selesai olahraga untuk menuju ke kelas.

"Huahhh capek banget...." Ucap Cindy sambil membuka tutup botol minumnya, lalu menyeguk air putih didalam botol itu.

Sedangkan Diana dan Arini menuju bangku Noval untuk menanyakan apa yang telah terjadi, disusul oleh Bima sahabat Noval. Diana duduk di samping Noval, Arini duduk didepan Noval sambil memutar bangku kursinya ke arah Noval dan Bima berdiri disamping Noval

"Val, kenapa kau tidak jujur aja apa yang membuatmu seperti ini? Kau sangat bersikap aneh nggak seperti biasanya" ucap Diana sambil menghadap Noval.

Jantung Noval semakin berdetak tak karuan, karena Diana duduk disamping memandangi wajahnya.

"Hmm Diana bisakah kau sedikit geser? Aku merasa gerah" ucap Noval yang padahal bukan itu alasannya, dia tidak mau duduk terlalu dekat dengan Diana karena itu menggagalkan konsentrasi nya.

"Hmm baik" Diana langsung bergeser sedikit berjauhan dari Noval.

"Aku gapapa, kalian semua tenang aja, aku hanya kurang tidur, kemarin malam aku lembur mengerjakan tugas bab 5 itu" ucap Noval berbohong dengan menutupi semuanya.

"Aneh sekali lah bro, tidak mungkin hanya itu, sangat tidak masuk akal, karena tadi pas bermain bola voli, lu terlihat melamun sampai ada bola voli aja lu nggak tau" tindas Bima dengan muka tidak percaya.

"Tau nih.. nggak masuk akal, mau bohongin cewek?oh tentu tidak bisa."

"Oh aku tau nih, lu sedang jatuh cinta kan? Karena orang jatuh cinta didalam pikirannya bergejolak tak karuan, mabuk kepayang, membutakan semuanya" ucap Bima dengan menggodanya.

Mendengar tebakan Bima, Noval semakin panik, dia bertanya tanya apakah benar dia sedang jatuh cinta?, Atau dari tadi dia memandangi Diana, Bima tersadar? Noval meliirik Diana melihat seperti apa reaksi Diana.

Tanpa Noval sadari, Diana juga memandang muka Noval 'dug' detak jantung Noval berdetak seakan akan sedang salting, Diana semakin memajukan mukanya didepan muka Noval dengan mata melotot.

"Val? Mukamu kenapa merah? Kau sedang sakit?" Tanya Diana sambil menaruh telapak tangannya di dahi Noval.

Melihat ekspresi Diana yang sangat dekat didepan mukanya dan sambil memegang dahinya, Noval tak kuasa menahannya, dia benar benar melihat muka Diana dari dekat, dia tidak menyangka mukanya lebih cantik daripada yang biasanya dia lihat.

"Diana.... Apa yang kau lakukan, aku tidak tahan, rasanya aku ingin sekali memelukmu erat, aku melihat ketulusan dimatamu, kau benar benar mengkhawatirkanku" gumam Noval dalam hati sambil membalas pandangan Diana.

"Oh maaf" Diana menarik tangannya dari dahinya Noval, Diana tidak sadar bahwa muka nya terlalu dekat, lalu dia menunduk seakan akan ikut salting.

Tidak disangka sangka, Noval malah menarik telapak tangan diana lagi dan digenggam ditaruh dipaha Noval, membuat Diana kaget. Arini dan Bima pun melotot melihat apa yang disaksikannya.

"Whattt???" Ucap Arini dengan kaget, dia hanya bingung kenapa Noval menarik tangan Diana dan malah digenggam.

"Val? a... apa maksudnya?" Ucap Diana dengan muka kebingungan.

"Kenapa kalian semua heboh? Aku hanya menggenggam tangannya, bukan menciumnya" Ucap Noval pada teman temannya itu.

Mendengar jawaban dari Noval seperti itu membuat mereka menebak nebak, apakah Noval memiliki perasaan kepada Diana?.

"Hahh? Lo bilang apa barusan, ulang ulang" ucap Arini sambil mendekatkan telinganya didekat muka Noval.

"Aku hanya menggengamnya bukan menciumnya" Ucap Noval lagi yang masih menggenggam telapak tangan Diana.

"Mencium???oh my God lo suka sama Diana?" Ucap arini sambil mengarahkan telapak tangannya ke depan mulutnya, seakan akan kaget, tanpa disadari Arini berbicara dengan cukup keras sehingga murid 1 kelas pun mendengar.

"Hah??!" Tindas Bima ikut tak percaya.

Cindy yang asyik memainkan handphone duduk jauh dari teman temannya, langsung mendekati mereka ingin tau apa yang terjadi, Diana berusaha menarik narik tangannya karena jantungnya merasakan bergetar dengan sangat kuat.

Dengan menggenggam tangan Diana, Noval langsung menoleh ke Diana memandangi nya dengan sangat dalam, Diana tak percaya dia hanya melotot dengan mukanya yang memerah.

Arini melihat langsung kejadian itu langsung teriak teriak seakan akan dia yang salting, padahal hanya menggenggam dan memandang muka Diana.

"Kau jangan bercanda, dasar konyol" 'plakk' suara tamparan Diana mendarat ke pipi Noval membuat semua terbelalak kaget.

Diana langsung menarik tangannya, berdiri lalu berlari keluar kelas. Suasana kelas menjadi hening, Noval tidak percaya dengan apa yang barusan Diana lakukan kepadanya.

Arini dan Cindy langsung berlari keluar kelas untuk mengejar Diana.

Diana menuju aula sekolah yang sepi dengan muka yang sangat sedih, disusul dengan Arini dan Cindy.

"Diana apa yang barusan lo lakuin?" Tanya Cindy dengan nada lembut.

Diana hanya diam saja tanpa memandang muka mereka berdua, mukanya terasa sangat sedih.

"Jawab dong, lo kan sahabat kita, lo mau pendem sendiri? apa lo kecewa sama Noval yang tiba tiba suka?" Ucap Arini dengan mengelus elus punggung Diana.

Arini dan Cindy hanya saling melirik dengan muka yang sedih dan bertanya tanya.

"Yaudah kalo lo masih nggak mau cerita gapapa, tapi kalo emosi lo udah reda, cerita yaa..." Ucap lembut Arini dengan merangkul Diana.

Diana hanya menggangguk tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

"Yaudah yuk kita ke kelas bentar lagi pelajaran Bu Maria di mulai, sebelum itu kita harus ganti seragan dulu" ajak Cindy karena masih menggunakan seragam olahraga.

"Kalian aja kembali ke kelas tolong ambilin tasku sekalian, aku mau balik aja ke asrama aku juga sedikit nggak enak badan, aku mau kabur pelan pelan tanpa tau pak Dadang, aku ingin kalian membantuku sebelum bel berbunyi" perintah Diana kepada kedua sahabatnya. Pak Dadang adalah satpam sekolah Diana.

"Lo yakin? Ini mapelnya bu Maria loh, kalo orangnya tau, lo bisa besok bisa dihukum" Ucap Arini dengan jelas.

Diana tidak menggubris ucapan sahabatanya itu, kali ini dia benar benar tidak peduli dengan apa yang terjadi, Diana terus memaksa yang akhirnya kedua temannya ini pasrah meng iyakan, barangkali karena masih tidak ingin bertemu Noval, mereka memaklumi. Arini dan Cindy langsung bergegas menuju kelas mengambil seragam dan juga tas Arini.

Sesampainya dikelas, Noval bertanya kepada mereka berdua dimana Diana dan apa yang terjadi? Mereka hanya mengatakan kalau saat ini Diana sangat tidak ingin diganggu, mendengar ucapan mereka, Noval hanya bisa menerima kenyataan, dia merasa bersalah seharusnya tidak perlu secepat itu dia menunjukkan perasaannya.

Selang beberapa menit, Arini dan Cindy datang menemui Diana kembali yang ada di aula sekolah sambil membawa totebagnya, mereka menoleh kekanan kekiri, melihat situasi agar tidak terlihat bahwa mereka sedang membawa tas, mereka langsung menyusun strategi untuk bisa membantu Diana kabur.

Selesai menyusun strategi, mereka menjalankan tugasnya masing masing. Arini harus menarik perhatian pak Dadang agar tidak melihat ke arah pagar sekolah, Sedangkan Cindy membantu mengangkat tubuh Diana agar sampai ke pagar sekolah yang tidak terlalu tinggi. Karena ada CCTV disebelah kanan pagar, mereka harus berhati hati menghindari CCTV tersebut. Untuk menjalankan misi tersebut, mereka harus menunggu bel masuk kelas berbunyi agar tidak ada yang mengetahui gerak gerik mereka.

Selang beberapa menit bel sudah berbunyi, mereka bertiga bersembunyi di kamar mandi agar tidak diketahui oleh siapa siapa. Setelah sepi mereka langsung menjalankan tugas masing masing.

"Pak Dadang, ada yang mau saya tanyakan" Ucap Arini kepada pak Dadang untuk mengalihkan pandangannya.

Entah apa yang dibicarakan oleh Arini, kelihatannya sangat serius, hingga pak Dadang teralihkan tidak melihat ke arah pagar sekolah.

Sedangkan Diana dan Cindy berjalan pelan pelan sambil membungkuk menghindari CCTV, mereka berdua berada dibelakang pak Dadang, pelan pelan agar tidak terdengar.

"Ayo cepat naik ke punggung gue!" Perintah Cindy kepada Diana dengan berbisik, tanpa lama Diana langsung menaiki Cindy, tidak sengaja Cindy kesakitan berteriak. Teriakan Cindy membuat Pak Dadang kaget dan langsung menuju ke arah suara tersebut.

"Ada apa pak? Itu kan cuma suara kucing" Arini panik berusaha untuk menghentikan pak Dadang. Arini mengejar pak Dadang berusaha untuk menghentikan.

Pak Dadang akhirnya sampai ke arah suara tersebut ternyata tidak ditemukan apa apa, Arini merasa sangat lega meskipun sedikit kesal mengapa mereka merusak strategi.

"Sudah neng, sudah jam pelajaran masuk, sudah 10 menit neng Arini disini, cepat masuk neng, saya nanti yang kena marah" perintah pak Dadang ke Arini. Arini meyakinkan pak Dadang bahwa Arini sudah ijin ke bu Maria, padahal Arini belum ijin apa apa. Sambil berusaha untuk mengulur waktu, Arini melirik arah kanan dari belakang pak Dadang memastikan bahwa teman temannya berhasil.

Terlihat mereka berdua bersembunyi di balik Pot bunga yang lumayan tinggi, mereka berdua mengulangi sekali lagi, Diana naik ke punggung Cindy dan langsung meloncat pelan berlari kecil, akhirnya Diana berhasil kabur.

Setelah itu Cindy kembali ke kelas lewat gedung samping sekolah yang terhubung ke halaman belakang sekolah, sedangkan Arini berpamitan ke pak Dadang dan langsung pergi menuju kelas melalui gedung utama sekolah.

Sesampainya di kelas ternyata sudah ada Bu Maria mengajar, Arini dan Cindy memberanikan diri untuk masuk dan beralasan mereka habis dari kamar mandi.

Nasib baik untuk mereka, Bu Maria hanya menegur dan memerintahkan mereka segera duduk, padahal bu Maria terkenal ketus dan sering menghukum.

Tidak lama kemudian, Noval dipanggil oleh salah satu guru untuk pergi ke ruangan pak Haryono. Noval langsung berdiri meminta ijin ke bu Maria untuk keluar kelas, bu Maria mengizinkan lalu Noval bergegas pergi.

"Akhirnya yang aku takutkan terjadi" gumam Noval dalam hati sambil menyusuri koridor menuju ruangan pak Haryono.

Kali ini Noval merasa sangat apes karena nasibnya yang buruk, karena panggilan orang tua, pertengkaran dengan Edo, ditambah habis ditampar oleh Diana.

Noval sudah sampai di ruangan pak Haryono, disana sudah ada pak Haryono, mama dan papanya, Noval langsung duduk ditengah tengah kedua orangtuanya.

Noval menghela nafas panjang seakan akan sudah siap untuk mendengarkan semua penjelasan dari pak Haryono.

Pak Haryono menjelaskan semua hukuman Noval kemarin beserta pelanggaran yang sering dilakukannya, Pak Haryono memberikan sanksi berat kali ini meminta kedua orang tuanya untuk tanda tangan surat persetujuan, jika Noval membuat pelanggaran lagi, tidak segan segan sekolah mengeluarkannya.

Papanya melirik Noval dengan sangat tajam, Noval hanya menunduk, dari awal dia sudah tau apa yang akan terjadi, dia tidak siap dengan apa yang akan dibicarakan kedua orangtuanya nanti saat dirumah.

Selesai menanda tangani surat tersebut, kedua orangtua Noval berpamitan untuk pulang dan berjabat tangan kepada pak Haryono sambil mengucapkan terimakasih.

Mereka pun meninggalkan ruangan, disusul Noval dari belakang.

"Tunggu saja kamu nanti dirumah" ucap papanya pada Noval dengan pelan dan memandang Noval dengan tajam. Noval terbelalak takut apa hukuman yang akan papanya berikan. Kedua orang tuanya langsung pergi meninggalkan sekolah, Noval pun kembali ke kelas.

Sedangkan Diana sudah dikamar asramanya, dia berbaring diatas kasurnya, jantungnya berdebar tak beraturan sambil memikirkan kejadian tadi, dia tidak percaya apakah Noval benar benar memiliki perasaan kepada Diana? Diana memiliki alasan kenapa dia menampar Noval,karena Diana tidak ingin mencintai dan dicintai, ada suatu alasan karena itu.

Diana merasa pusing, dia ingin menghubungkan ibunya menanyakan kabarnya, dia meraih handphone yang ada di samping kasurnya.

"Halo ibu, apa kabar? Apa ibu sehat?"Tanya Diana menelepon dengan sangat merindukan ibunya.

"Halo nduk, Alhamdulillah Ibu disini sehat, kamu sendiri apakah sehat? Bagaimana sekolahmu?" Tanya seorang ibu dengan nada yang lembut dan menghangatkan.

"Sehat bu, sekolah Diana juga baik, Diana jarang mendapatkan nilai buruk meskipun Diana tidak pintar dan tidak memiliki bakat" ucap Diana dengan muka sedih.

"Dengan kamu rajin belajar, ibu sudah bangga nduk, tidak perlu terlalu memaksakan diri" ucap seorang ibu dengan menghibur dan meyakinkan anaknya.

"Kita kapan bertemu bu? Aku sudah sangat rindu ingin pulang ke kampung halaman almarhumah nenek" tanya Diana dengan muka yang penuh harapan.

"Sabar ya nduk, ibu juga rindu sekali sama kamu, ibu disini masih mencari sangu buat pulang kampung dan bayar hutang, tumben kamu jam segini bisa telepon ibu, bukannya kamu jam segini belum waktunya pulang ya?" Ucap ibu dengan bertanya.

"Oh... Hari ini pulang lebih awal bu, soalnya semua guru ada rapat jadi semua murid di pulangkan" Ucap Diana membohongi ibunya, dia lupa bahwa dia pulang duluan, seharusnya dia telepon nanti saja saat waktu pulang sekolah, Diana terpaksa berbohong karena dia tidak ingin ibunya mengetahui apa yang terjadi hari ini.

"Oh gitu... Yaudah ibu tutup yaa teleponnya, ibu mau pergi ke pasar belanja sayuran, dirumah bu Sarah sayurannya sudah habis, kamu jaga diri baik baik ya nduk, jaga kesehatan karna kamu disana sendirian" ucap ibu kepada Diana, bu sarah adalah majikan ibunya Diana karena ibunya adalah seorang ART.

"Iya bu, ibu juga sehat sehat yaa disana, makan yang banyak, jaga diri ya bu, salam buat bu Sarah" jawab Diana dengan senyum.

"Iya nduk, ibuk tutup sekarang" panggilan sudah terputus.

Diana merasa sangat lelah, dia langsung menarik selimutnya untuk tidur siang, dia jarang tidur siang karena selalu pulang sore, dia hanya bisa tidur siang saat hari libur saja, kini dia tidak ingin menyia nyiakan waktunya mumpung ada kesempatan untuk tidur siang.