webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · 青春言情
分數不夠
268 Chs

Malik, Abi, Iqbaal

Nalesha membawa nampan kayu berisi air minum, bubur, buah, dan obat-obatan seadanya ke kamar Dhaiva. Kembali gadis itu sakit, dan untungnya Ia masih tinggal di rumahnya. Jangan khawatir, ada Wina, Mbak Riri, dan Bu Puput di rumah, mereka tidak semerta merta berdua. Lalu terimakasih pada mereka bertiga juga sehingga Nalesha akhirnya paham bagaimana cara merawat seseorang yang sakit dengan benar. Zaman boleh modern, tetapi Nalesha masih menyukai ramuan herbal ketika sakit. Itu adalah ajaran mendiang Ibu Kandungnya yang Ia pakai sampai sekarang.

"Abang, mau!" Wina bahkan menyukai ramuan jahe manis itu.

"Wina nanti Abang ambilin di dapur ya, ini buat Kakak Dhaiva dulu, biar cepet sembuh," ujarnya pengertian. Wina mengangguk, lalu naik ke atas tempat tidur Dhaiva, gadis itu tak membuka matanya, terlalu pusing mungkin.

鎖定章節

在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者