webnovel

School of Persona

Bagaimana rasanya hidup sebagai remaja di tahun 2042-2043? Ditengah perkembangan zaman yang semakin pesat dan kompetitif? Mereka itulah yang disebut sebagai ‘Generasi Emas Indonesia 2045’. Berdirilah School of Persona (SP). Sebuah asrama yang dibangun sebagai tempat pembinaan kompetensi dan kepribadian para remaja SMA penerima Haikal Scholarship in Leadership (HSL). Penghuni asrama elit itu sangat heterogen, mereka dituntut untuk memahami berbagai perbedaan persona di dalamnya. Mereka memiliki sisi yang membanggakan, normal, hingga 'liar' secara bersamaan. Bukan kamuflase, itu hanya ukum tiga wajah; pribadi; keluarga; publik. Banyak persoalan, rahasia dan masalah muncul diantara mereka, lama kelamaan membesar, lalu meledak sebagai bom waktu. Lalu, mampukah mereka membangun diri sekaligus menghadapi tantangan besar generasi mereka itu? Unlock the answer by reading this story! ------ Halo, Readers! Selamat datang di novel keempat Aleyshia Wein. Konsep novel ini adalah Fiksi Realistik dengan sentuhan Literary Fiction. Meskipun demikian, sisi romantis akan tetap ada tipis-tipis, baik diantara para penghuni School of Persona, atau Adriana dan Haikal. Author menyarankan untuk terlebih dahulu membaca karya kedua Author yang berjudul 'Laboratory Doctor and Activist' untuk lebih dekat dengan karakter dan kisah Adriana Gerrie dan M. Faqih Haikal yang terbilang cukup filosofis mendasari berdirinya The School of Persona. Seperti biasa gaya bahasa akan cenderung teknis, dan beberapa istilah advanced akan dijelaskan dalam notes Author. Happy reading! Regards, Aleyshia Wein.

aleyshiawein · 青春言情
分數不夠
268 Chs

"Kenapa Kita Jadi Beda?"

Penciuman Nalesha sepertinya memang amat tajam jika menyangkut bau mi instan goreng. Dirinya yang tengah berdiri di balkon lantai dua depan kamar sampai tergerak turun membawa mi instan miliknya sendiri, tergoda untuk ikut memasak, mengikuti entah siapa yang tengah membuat mi goreng di pantry.

Nalesha bersenandung kecil, berjalan cepat menuju pantry hingga akhirnya Ia mendapati siapa yang tengah memasak mi sore-sore sepulang sekolah. Rupanya Saheera.

"Ekhm! Cie yang sekarang suka mi instan," ujarnya setengah meledek, membuat Saheera menoleh cepat, "Sekarang? Dari dulu kayaknya deh," bantahnya.

Nalesha mengambil satu piring untuknya menuangkan bumbu, "Si paling sehat se-SP rupanya bisa makan mi instan. Perdana sih Saya liat Kamu makan yang katanya gak sehat."

"Oh ya?" Saheera melihat kembali kemasan mi instan warna kuning berbahan plastik doff bekasnya tadi, "Tapi ini bukan mi terigu, ini mi sorgum. Gak digoreng juga, tapi dipanggang. Masih sehat kan kategorinya?"

鎖定章節

在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者