Ku ucapkan salam padamu yang kamu jawab salam untukku tanpa membukakan pintu itu, tidak apa-apa. Hidup itu memang tidak bisa kita duga, sama halnya dengan tamu yang akan masuk ke dalam rumah kita sebagai anggota baru
Laki-laki itu mengangguk lalu langkah besarnya dengan sepatu mengkilat putihnya menuju perempuan bercadar yang sudah sah statusnya menjadi istri untuk kehidupannya dunia dan akhirat Insya Allah.
Sampai di hadapan perempuan itu, karena pencahayaan yang tidak begitu terang hanya di hiasi sang senja dengan lampu lampion menggantung tidak membuat kecantikan Allura tidak terlihat begitu saja walaupun hanya melihat mata yang indah itu karena tertutup cadar.
Saskara berdehem seraya menatap mata kecil dengan retina yang semakin menyala warna coklat terang di bawah sinar senaj serat alis dan bulu mata yang terpoles dengan benda berwarna hitam hingga alis nya menebal namun terkesan alami dan juga bulu matanya yang tampak lentik tanpa bulu mata palsu itu.
Masya Allah.
Sedangkan Allura yang di tatap menundukkan pandangannya sebentar karena tidak kuat melihat betapa sempurnanya sosok di hadapannya ini, seketika kekesalan terhadap Saskara memudar walau hanya sedikit. Matanya kini dapat melihat dengan jelas sosok di hadapannya yang memakai kemeja dengan balutan yang senada serta celana putih yang membungkus kaki jenjangnya yang tinggi serta rambut hitam legamnya yang tersembunyi oleh peci khas jawa.
Ketika wajahnya bertemu dengan wajahnya yang memerah di balik cadar, Allura bisa melihat dengan jelas di sinari cahaya senja bagaimana paras Saskara yang selama ini tidak bisa ia tatap lama kini sudah menjadi mahramnya hingga bisa melihat bahwa laki-laki itu memiliki wajahnya yang sangat tampan dan juga tegas bisa di lihat dari rahangnya menurutnya mengikuti sang Nenek yang dari Belanda, mata bulat dengan retina hitam, bulu mata yang lentik nan lebat berbeda dengannya, hidung runcingnya, serta bibirnya yang merah tanpa polesan apapun.
Astagfirullah, nggak dosa kan ya natap suami sendiri?
"Di cium kening istrinya dan salim suaminya."
Perkataan penghulu barusan membuat sang pasangan yang baru menjadi sepasang suami itri itu bersemu merah sangat merah dan malu. Mereka sama-sama menunduk menetralkan kegugupannya membuat keluarga besar mereka menyoraki dengan gombalan yang membuat mereka tambah malu dan gugup.
Langkah Saskara semakin mendekat hingga tidak terasa berada satu langkah dengan sosok perempuan yang sibuk memejamkan matanya, "buka."
Perkataan sosok di hadapannya membuat tubuhnya merinding karena terpaan hawa napas mint dari mulut di hadapannya bisa di rasakan di kedua matanya. Ya laki laki itu meniupkan kedua matanya agar terbuka.
Saat kedua bola matanya yang sipit itu terbuka sudah di kejutkan dengan sebuah tangan besar yang terangkat menuju puncak kepalanya yang terhias mahkota, Allura menghela napas pelan bisa melihat dada bidang laki-laki itu naik turun hingga membuatnya mendongak ternyata Saskara sedang berdoa yang mengotomatiskan kedua tangannya menengadah seraya menunduk berkata Aamiin.
Masya Allah.
Aamiin. Satu kata yang keluar dari mulut sosok laki-laki itu bertanda jika sudah selesai berdoa berbarengan dengan tangan kekar terbalut jas putih sudah di turunkan dari puncak kepalanya yang tingginya hanya sebatas dada bidang laki-laki itu.
Setelah Saskara selesai berdoa tepat di ubun-ubun Allura lalu bibir merah ranumnya tersenyum tipis seraya menatap ke arah dahi perempuan yang tengah menengadah raut wajah Saskara sibuk memperhatikan apa yang akan di lakukan sosok di hadapannya.
Cup.
Mulutnya seketika terbuka di balik cadarnya namun dapat laki-laki itu rasakan tubuh perempuan itu menegang seraya membulatkan matanya tersentak kaget pastinya saat sebuah benda kenyal mendarat di dahinya yang mulus.
Efeknya masya allah.
Walaupun bisa di katakan perempuan itu baru hijrah beberapa tahun namun perempuan itu belum pernah bersentuhan sampai sedalam ini dengan laki-laki kecuali Nazia sang Abi. Tubuhnya kaku sehingga membuat hanya sekedar menelan salivanya ada sulit apalagi telinga di balik hijabnya berdengung mendengar ucapan cie ekhem so sweet lagilagi dan lain lain. Sibuk menggema di telinganya beradu hingga membuat Allura tidak fokus.
"Aduh pengantinnya kepincut suaminya sampe lupa cium tangan tuh." Celetuk salah satu dari kerabatnya membuat Allura tersadar.
Tatapan hangat itu menemui matanya yang sendu lalu seketika wajah dengan rahang tegasnya mengangguk saat manik mata perempuan itu melirik ke arah tangan besar lentik Saskara, dengan ragu-ragu tangan kecil terlukis hena bewarna putih itu terulur menjemput tangan besarnya seraya menundukkan kepalanya menuju sejajar dengan Saskara tepat di depan dada bidangnya.
Cup.
Bibir nya seketika kelu di balik cadarnya, sejenak terdiam menghirup aroma mint laki-laki itu seraya berdoa serrta bershalawat agar di tangan itu dapat menuntunnya ke tempat yang indah dunia dan akhirat.
Setelah itu sang penghulu yang bernama Saipul itu mengintrupsi untuk menggandeng sang istri untuk duduk di tempat akad karena akan di laksanakan pemasangan cincin dan juga foto mereka berdua.
Sukses membuat kedua sosok wajah dua orang yang beberapa menit yang lalu telah sah menjadi sepasang suami istri tersentak hingga membulatkan matanya, banyak pasang mata yang iri dengan sikap jaim dan diam sepasang istri di hadapannya karena bisa di lihat kakunya Saskara saat menggandeng serta menuntun Allura untuk duduk di bangku akad.
Allura dan Saskara sudah duduk di bangku akad yang tidak lama mereka langsung memasangkan secara bergantian cincin berliontin berlian itu di jari mereka masing-masing hingga membuat desiran halus bagi mereka terutama Saskara karena selama hidupnya yang di pondok pesanten yang tidak pernah menyentuh tangan perempuan kecuali sang Bunda, Ceysa. Dan pastinya mahram di keluarganya yang perempuan seperti Neneknya yang berada di Belanda.
Setelah selesai menukar cincin langsung tanda tangan buku nikah masing-masing seraya berfoto berdua. Banyak pasang mata yang menggoda mereka untuk berdekatan membuat kedua pasangan itu di landa kegugupan namun wajah yang sangat terlihat adalah Saskara karena perempuan paras cantik itu tertutup cadar jadi tidak terlalu kelihatan.
Tidak lama kemudian sang penghulu tidak bisa berlama-lama kemudian berpamitan berbarengan dengan seorang laki-laki tiba-tiba melangkahkan kaki besarnya menuju panggung kecil berbentuk love berwarna putih dengan background berwarna putih bercak bunga-bunga terkesan manis.
"Ka Aura! Maju juga dong sama Mas Saskara!" pekik Aira membuat sang empu pemilik nama mengulum bibirnya agar tidak terpekik.
Seketika banyak angin mendukung hingga membuat semua orang menyuruhnya untuk maju membuat Allura menatap sang adik dengan tatapan memohon namun Aira hanya mengeluarkan cengiran khas nya yang jika bukan di acara seperti ini rasanya ingin memeluknya dan mengurung Aira sedangkan sang Umma di samping Aira mengangguk meyakinkan perempuan itu.
"Saya ingin melantunkan beberapa ayat al-baqarah untuk menjadi pembuka saya selaku suami untuk dapat menuntun istri saya, Allura."
20.25 🕊
#maafadatypo