"Itu beruntung sekali! Setelah Kirito, aku tidak menyangka akan bisa bertemu dengan beta tester lainnya dalam satu hari!" (Klein)
"Ahahaha ..." (Amakusa)
Amakusa tertawa kering lagi atas kata-kata Klein dan melepaskan tangan Kirito. Beruntung, meskipun tadi adalah alasan yang kurang meyakinkan, dia bersyukur karena keduanya tampak percaya.
Dia lalu berkata lagi.
"Yang lebih penting lagi, bagaimana aku harus membalas kalian? Aku bersyukur karena kalian telah menyelamatkanku tetapi aku tidak punya barang lain selain pedang ini." (Amakusa)
Meskipun Amakusa tahu bahwa Kirito dan Klein adalah orang baik yang akan menyelamatkan siapapun tanpa mengharapkan imbalan, dia setidaknya ingin membalas budi karena telah dibantu untuk menghindari kematian pada hari pertama.
Namun, Kirito menggelengkan kepalanya seperti yang diharapkan ketika mendengar Amakusa. Dia tersenyum.
"Tidak perlu repot-repot seperti itu. Lagipula para monster itu hanyalah monster pemula. Tidak terlalu sulit untuk mengalahkannya. Benar kan, Klein?" (Kirito)
"Ya! Anggap saja ini impas karena telah membantu kami mendapat kesempatan untuk terlihat keren karena telah menyelamatkanmu!" (Klein)
Melihat kedua karakter di depannya, Amakusa hampir tidak bisa menahan senyum karena betapa miripnya mereka berdua dengan yang ada di anime yang dia tonton.
Amakusa menundukkan kepalanya.
"Aku benar-benar berterima kasih." (Amakusa)
"Hahaha!" (Klein)
Klein hanya bisa tertawa sambil menggaruk kepalanya dengan malu bersama Kirito karena ekspresi Amakusa yang tampak sangat berterima kasih pada keduanya.
"Oh iya. Omong-omong Klein, bukankah katanya kau ingin makan malam? Apa kau tak akan segera log out?" (Kirito)
"Yah, itu awalnya yang ingin kulakukan tadi tetapi entah kenapa tombol untuk log out tiba-tiba hilang?" (Klein)
"Hilang? Apa yang kau katakan? Tombol log out kan ada di sini ..." (Kirito)
Kirito mengerutkan kening dengan ragu dan mencoba membuka panel menu miliknya sendiri untuk menunjukkannya kepada Klein. Namun hasilnya ...
"Tidak ada." (Kirito)
Kirito membiarkan mulutnya menganga karena terkejut melihat tombol log out yang hilang entah kemana. Dia dengan bingung mengotak-atik menu namun hasilnya tetap nihil, dia tidak tetap menemukan tombol log out.
Amakusa langsung terdiam tanpa suara dan mencoba mengikuti Kirito untuk membuka panel menu miliknya sendiri, menemukan bahwa tombol log out, seperti yang dia harapkan, hilang.
Walaupun dia agak khawatir, tapi di sisi lain dia sendiri juga tidak terlalu peduli. Karena bahkan jika dia bisa keluar dari game ini, dia tidak tahu bagaimana keadaan tubuhnya. Apakah dia sudah mati, atau masih hidup di suatu tempat?
'Masalah yang tersisa hanyalah tubuh yang kutempati ini. Bukannya aku membenci Astolfo atau sesuatu tetapi bisakah aku mengganti ke tubuh pria lain yang biasa saja dan bukan trap?' (Amakusa)
Amakusa mengeluh diam-diam dalam pikirannya. Dia bertanya-tanya apakah alasan kenapa dia bisa berada di tubuh Astolfo ini adalah karena lelucon dari Tuhan. Jika iya, maka dia ingin sekali untuk bertemu dengan keberadaan tinggi itu agar bisa memukulnya.
Klein, yang melihat Kirito kebingungan saat mengotak-atik menunya sendiri, langsung bicara.
"Benar kataku bukan? Aku sudah menghubungi Game Master tetapi masih tidak mendapatkan balasan apa-apa. Aku yakin ini adalah bug atau semacamnya. Lagipula ini masih awal perilisan sih." (Klein)
".... Aku ragu itu akan menjadi jawabannya. Jika bug seperti ini terjadi pada awal perilisan, itu akan berdampak buruk pada perkembangan game selanjutnya. Mereka seharusnya sudah mengecek ini berkali-kali sebelumnya." (Kirito)
"Meskipun kau bilang begitu, kita masih tidak bisa apa-apa untuk saat ini. Hey Kirito, game ini seharusnya memiliki cara untuk log out selain melalui menu, kan? Apa kau tau bagaimana cara melakukannya?" (Klein)
Mendengar itu, Kirito mencoba mengingat informasi dari buku panduan tentang game ini dan berkeringat, lalu menggelengkan kepalanya.
"Aku ingat itu tidak ada. Satu-satunya cara untuk log out secara paksa adalah dengan menunggu orang dari luar melepaskan Nerve Gear dari kepala kita." (Kirito)
"Oi, apa kau serius tentang itu, Kirito? Tapi masalahnya aku tinggal sendiri!" (Klein)
Klein menjadi panik dan mulai mencoba berbagai gerakan yang dia pikir akan memicu untuk log out.
"Sial! Pasti harus ada cara untuk keluar dari game selain kedua itu! Mungkin aku harus pose begini! Begini! Atau begini!" (Klein)
"Menyerahlah, Klein. Seperti katamu tadi, kita tidak bisa apa-apa untuk saat ini. Kita hanya bisa menunggu pemberitahuan dari Game Master tentang ini." (Kirito)
Meskipun Kirito sama khawatirnya dengan Klein, dia terlihat tidak terlalu panik dan tenang. Setidaknya, dia tidak se-sial Klein yang tinggal sendiri. Dia memiliki adik perempuan yang bisa mengeceknya nanti dan bisa membantunya untuk melepaskan Nerve Gear dari luar.
Tapi, dia masih merasa aneh dengan bug ini. Jika bug sebesar ini terjadi, kenapa belum ada satupun pemberitahuan? Game Masterjuga bisa mematikan server untuk mengeluarkan para pemain secara paksa tetapi kenapa itu masih belum dilakukan?
Kirito menoleh ke Amakusa.
"Astolfo ... san bukan? Bagaimana denganmu?" (Kirito)
"Itu sama seperti kalian. Aku tidak dapat menemukan tombol log out dan masih tidak bisa menghubungi Game Master." (Amakusa)
Amakusa mengangkat bahunya dan menggelengkan kepala, menjawab dengan jujur.
"Begitu ... kah? Kalau begitu kupikir bug ini mungkin terjadi ke semua pemain juga." (Kirito)
Meskipun Kirito agak heran karena kenapa gadis (?) berambut merah muda ini tampak sangat tenang dengan situasi saat ini meskipun tadi dia lari terbirit-birit hanya karena dikejar monster pemula, dia tetap mengangguk dan menerima perkataannya.
Kemudian- pada saat itu, sebuah lonceng bell yang dibunyikan dengan keras sampai-sampai bisa bergema ke seluruh tempat, tiba-tiba terdengar.
Kirito, Klein, dan Amakusa, secara refleks menatap ke tengah kota yang jauh, tempat suara lonceng itu berasal.
"Apa ini?" (Klein)
"Mungkin akhirnya ada pengumuman tentang bug ini." (Kirito)
Dan setelah Kirito mengatakan itu, mereka bertiga tiba-tiba melihat tubuh mereka bercahaya, lalu tiba-tiba dipindahkan ke alun-alun kota yang ramai dengan semua pemain yang dikumpulkan.
"Teleportasi paksa?" (Kirito)
Kirito mengerutkan kening. Dia memiliki firasat buruk tentang ini.
Sementara itu, Amakusa merasa kagum dengan teleportasi yang dilakukan tadi. Tidak seperti para player yang merasa kebingungan dengan situasi ini, dia mengamati sekelilingnya dengan tenang dan menunggu.
Tak lama kemudian-
Sebuah darah kental tiba-tiba muncul dari langit, bergerak dan bertambah lalu menyatu seolah memiliki kehidupan sendiri, membentuk menjadi sosok berjubah besar tanpa memperlihatkan wajahnya.
Itu adalah-
"Kayaba Akihiko." (Amakusa)
Amakusa mengepalkan tangannya dengan erat, menatap sosok dari karakter yang dia kagumi dengan perasaan campur aduk.
Kayaba Akihiko mengangkat kedua tangannya lebar-lebar.
"Selamat datang di duniaku, para player sekalian. Namaku adalah Kayaba Akihiko." (Kayaba Akihiko)