webnovel

Roger (Sang Pahlawan Kecil)

"Mami tenang aja. Roger janji, Roger akan bawa Papi pulang," ujarnya, penuh keyakinan. Roger Anugrah Ramadhan, seorang anak laki-laki dengan usianya yang baru menginjak 4 tahun. Berjuang, menjadi pahlawan kecil untuk memperbaiki hubungan orang tuanya. Akankah Roger sanggup memenuhi janjinya? Bagaimana cara Roger membuat Papi-nya kembali? Anak laki-laki yang pemberani, tampan dan imut itu harus berusaha keras memperjuangkan kebahagiaan sang Mami. Memberikan status orang tua yang lengkap untuk dirinya sendiri. . Riana dan Alvin Ravendra, dua orang yang saling mencintai. Namun, tidak bisa bersatu karena terhalang restu. Hingga suatu kejadian membuat keduanya berpisah. Empat tahun kemudian, Riana membawa Roger ke toko mainan, di mana Alvin dan Roger pertama kali bertemu.

rannty · 青春言情
分數不夠
217 Chs

Episode 24. Mencari Keberadaan Roger

"Alvin ... " Riana kalah cepat, Alvin sudah terlanjur dibawa pergi oleh dua laki-laki itu.

Riana tidak percaya, dia melihat sendiri suaminya dibawa pergi oleh orang jahat. Siapa mereka sebenarnya? Apa motif dibalik penyerangan dan penculikan ini? Mengapa bukan Riana yang dibawa?

"Alvin, apa yang harus aku lakukan? Roger belum ketemu dan sekarang ... kamu-" Riana tidak bisa melanjutkan kalimatnya, netra mulai berkaca-kaca saat mengetahui dua orang yang paling berarti dalam hidupnya, kini dibawa pergi.

Duduk bersimpuh di tengah jalan. Tiada siapa pun yang bisa menjawab pertanyaan. "Roger, kamu di mana, Nak?" lirihnya saat air mata jatuh ke pangkuan.

"Riana, percayalah. Pengorbanan yang kamu lakukan hari ini, akan berbuah manis di kemudian hari. Kita bertiga akan hidup bahagia selamanya." Perkataan Alvin kembali terngiang. Riana bangkit, kemudian mengambil alih kemudi.

"Alvin, tunggu aku. Aku pasti akan menyelamatkanmu dari orang-orang jahat itu," ucap Riana, bertekad.

Sebelum mencari keberadaan Alvin. Riana menelfon Tante Rena dan meminta bantuannya. "Baik, Tante. Riana ke sana sekarang," ucapnya, menutup telfon.

"Tante," panggil Riana, setelah sampai di tempat yang Tante Rena katakan.

"Riana, gimana? Roger belum pulang juga?" tanya Tante Rena, juga mengkhawatirkan kondisi cucu dari kakaknya.

Riana menggelengkan kepala. "Belum, Tan. Riana ngga tau ke mana orang tua Alvin bawa Roger pergi," terangnya.

"Sebaiknya kita lapor polisi," saran Tante Rena.

"Jangan, Tan. Roger pergi dengan kakek dan neneknya, kita ngga mungkin melaporkan hal itu. Sedangkan Alvin ... dia-"

"Justru itu. Alvin diculik di depan mata kamu. Jadi, kita harus melaporkan tindakan penyerangan dan penculikan yang mereka lakukan," jelas sang tante.

"Aku ngga tau gimana ciri-ciri dua orang itu. Tadi terlalu takut dan panik, aku ngga bisa melihat dengan pasti mengenai mereka," jelas Riana.

"Itu tugas mereka sebagai seorang polisi. Kita hanya perlu mengatakan apa yang kita tau saja, untuk selanjutnya ... serahkan sama pihak kepolisian," papar Tante Rena.

Riana setuju dengan saran dari sang tante. Mereka pergi ke kantor polisi terdekat, untuk melaporkan kejadian yang menimpa Alvin hari ini.

"Selamat siang, ada yang bisa kami bantu?" tanya salah satu petugas polisi, saat Riana dan Tante Rena masuk ke kantor mereka.

"Siang, Pak. Kami mau melaporkan tindak kejahatan," jawab Tante Rena.

"Baik, silahkan duduk," kata petugas tadi mempersilahkan.

"Tindak kejahatan apa yang ingin kalian laporkan?" tanya petugas itu, bersiap mengetik semua informasi yang mereka katakan.

"Penculikan, Pak." Lagi-lagi Tante Rena mengambil alih jawaban. Tante Rena tidak membiarkan Riana menjawab, karena dia tau, Riana tidak mau mengingat kejadian buruk hari ini.

"Baik, siapa namanya?" Petugas polisi mulai melakukan penyelidikan.

"Alvin Ravendra," jawab Riana.

"Korban pergi sendiri, apa ada orang lain yang bersamanya?"

Riana mulai menceritakan kronologis kejadian yang menimpa keduanya. Meski tidak terlalu memperhatikan si pelaku, tapi Riana ingat, dia melihat ada tato pada leher salah satu pelaku.

"Ada dua orang, masing-masing memakai mobil jeep dengan warna yang sama yaitu hitam." Tambah Riana. Dia juga menceritakan, sebelum dua mobil jeep datang, ada satu mobil sedan yang berusaha membuat mereka celaka.

"Baik, terima kasih atas informasinya. Kami akan segera menyelidiki kejadian penculikan ini," ucap petugas tadi.

"Tolong segera temukan suami saya, Pak. Saya takut mereka orang jahat yang ingin mencelakakan suami saya," pinta Riana.

"Baik, Bu. Kami pasti akan berusaha keras mencari jejak si pelaku," balas petugas itu.

"Terima kasih, Pak. Kalau begitu, kami permisi," pamit Tante Rena, mengajak Riana keluar dari kantor polisi.

"Tante, kita ke rumah orang tua Alvin lagi ya. Siapa tau, Roger udah pulang," pinta Riana.

"Oke, tante anter kamu ke sana," jawab sang tante, menyetujui permintaan Riana.

Setelah selesai dengan laporan di kantor polisi, Riana dan sang tante kembali ke rumah orang tua Alvin.

Siang itu, terasa begitu panas. Riana menunggu di depan gerbang keluarga Ravendra. Cukup lama, tidak ada mobil yang terparkir ataupun mobil yang datang.

Riana berpikir untuk menelfon Alan. Mungkin dia sedikit tau ke mana kira-kira orang tuanya pergi.

"Halo, Alan. Kamu masih di kantor?" tanya Riana pada adik iparnya.

"Kamu beneran ngga tau orang tua kamu pergi ke mana? Mungkin ada sesuatu yang mereka katakan, seperti ke mana saja mereka pergi selama ini." Riana masih berusaha membujuk Alan untuk mencoba mengingat lagi.

"Apa? TPU? Untuk apa mereka ke sana? Apa ada kerabat dekat yang selalu mereka kunjungi? Oke, baik. Makasih ya," ucap Riana menutup telfon.

"Apa kata Alan? Ke mana tuan dan nyonya Rames pergi?" tanya Tante Rena, tak kalah penasaran.

"Alan bilang, orang tuanya selalu pergi ke TPU pada tanggal 17 setiap bulannya. Karena selalu penasaran, Alan mengikuti mereka pergi beberapa kali, makanya dia tau kalau setiap tanggal 17, orang tuanya pasti ada di TPU," jelas Riana.

"Oke, kita pergi sekarang. Eh, tapi TPU mana?" tanya Tante Rena, karena belum mendengar pasti alamatnya.

"Nanti Alan bakal share location, kita jalan dulu aja," ajak Riana.

Mereka menuju TPU (Tempat Pemakaman Umum) sesuai dengan lokasi yang sudah Alan kirimkan. Lokasinya cukup jauh, mereka harus menempuh perjalanan hampir satu jam.

TPU yang Alan bicarakan, ternyata jauh dari pemukiman. Mereka harus melewati puluhan anak tangga untuk bisa sampai di sana.

"Aduh, cape juga ya. Masih jauh ngga sih tempatnya?" keluh Tante Rena.

"Bentar lagi kayaknya, Tante masih kuat, kan?"

"Kalau masalah kuat sih masih, tapi kaki udah mau copot rasanya"

"Apa kita istirahat dulu?" tawar Riana.

"Enggak usah, kita lanjut aja. Bentar lagi sampe, kan?"

"Iya, ya udah kita lanjut lagi"

Setelah beberapa langkah, Riana dan Tante Rena sampai di TPU yang dituju. "Kayaknya ini pemakaman keluarga. Hanya ada beberapa di sini. Coba tante liat, marga yang tertulis pada nisan sama," ucap Riana sesampainya mereka di pemakaman.

"Iya, kamu benar. Mungkin pemakaman ini dimulai dari nenek moyang mereka." Sahut Tante Rena.

"Bukannya tadi Alan bilang, kalau orang tuanya ada di sini. Terus di mana mereka sekarang? Kenapa ngga ada?" tanya sang tante mengingatkan.

Riana melihat sekeliling. Mencari keberadaan Roger bersama kakek dan neneknya. Mereka tidak ada di sana saat Riana sampai. Mungkin tuan dan nyonya Ravendra sudah membawa Roger pergi.

"Riana, ayo liat sini!" perintah Tante Rena.

Riana baru saja melangkah pergi untuk melihat-lihat situasi di sekelilingnya. Namun, panggilan sang tante membuatnya berhenti melangkah maju dan kembali ke tempat Tante Rena berada.

"Apa apa, Tante?" tanyanya.

"Lihat! Makam ini memiliki nama Alvin Narendra"

next...