Merasakan ketakutan saat dia ikut bersama dengan Rey membuat Retta beberapa kali memejamkan matanya sambil mendengarkan suara knalpot mobil milik Rey yang sekarang terdengar begitu menggelegar.
Tidak ingin terus-terusan menutup matanya, Retta lebih memilih untuk memperhatikan Rey yang sekarang tengah mengemudikan mobilnya. Melihat bagaimana tangan Rey yang begitu lincah memutar-mutar stir mobilnya.
Pemandangan yang tercipta di hadapannya tidak semenarik pemandangan yang ada di sampingnya, bahkan Retta jauh lebih suka memperhatikan pergerakan tangan dan juga jemari Rey sekarang, karena dia tidak bisa seperti itu.
Pantas saja cara nyetir dia terlihat berbeda.
Sekarang Retta sudah cukup paham dan juga mengerti dengan alasan yang membuat Rey begitu santai saat melajukan mobilnya di jalan raya, karena dia sudah begitu mengusai mobil yang dia kendarai.
*****
"Bagaimana, puas?" tanya Rey setelah dia menghentikan laju mobilnya setelah beberapa kali dia memainkan trik saat melajukan mobil yang tidak semua orang bisa melakukannya.
Retta melirik ke arah Rey. "Puas? Deg-degan iya." Kalimat ini adalah sebuah kalimat kejujuran, karena memang sedari tadi Retta merasakan yang namanya deg-degan. Retta tidak terbiasa dengan hal ini.
Setelah itu Rey melangkahkan kaki keluar dengan diiringi oleh banyak tepukan yang terdengar dengan begitu meriah. Retta juga bertepuk tangan sejenak yang langsung dia tujukan pada Rey.
Setelah selesai dengan keinginannya, Rey kembali ke dalam Basecamp dan duduk santai di sana. Rey mengambil kaleng minuman yang ada di meja dan menikmatinya dengan santai.
"Jadi, lo Leader Algar?" tanya Retta sambil menatap serius wajah pacarnya. Retta ingin mendapatkan penjelasan dari semua ini.
Malam ini adalah kali pertama Retta mengetahui kalau pacarnya adalah ketua dari geng Algarix Star, karena sebelumnya Retta tidak pernah mencari tahu latar belakang pacarnya sebab Retta tidak memedulikan hal tersebut.
Algarix Star atau yang lebih biasa dikenal dengan Geng Algar adalah sebuah geng yang sudah cukup lama berdiri di mana di dalam Geng Algar isinya hanya anak-anak mobil yang sekarang posisi Leader dipegang oleh seorang Rey Putra Anggara.
Rey sendiri menjabat belum cukup lama, baru sekitar 5 bulan, tapi dirinya sudah begitu dipandang oleh setiap anak—anak Algar, bahkan anak geng mobil yang lainnya juga sudah cukup tahu tentang siapa Rey Putra.
Geng Algar terkenal dengan geng yang cukup sangar di kalangan Geng mobil yang ada di kota ini, bahkan sampai satu Provinsi juga cukup tahu siapa Algar, terlebih setelah pergantian pemimpin.
Banyak perubahan ke arah positif yang terjadi setelah Algar berada di tangan Rey. Namun, hal itu juga tidak membuat banyak musuh Algar yang pergi.
Musuh-musuh Algar semakin banyak, karena banyak Geng yang merasa tersaingi dan juga tidak mau kalah degan Algar, sehingga banyak persaingan antara geng yang satu dengan geng yang lainnya.
Cukup santai, Rey menganggukkan kepalanya sambil menyimpan minumannya. "Seperti yang sudah lo ketahui," jawab Rey dengan begitu enteng.
Ya Tuhan, gue kelamaan dikurung sama Arkan sampai gak tahu kalau cowok yang sekarang berstatus sebagai pacar gue adalah Leader dari Algar.
Selama Retta bersama dengan Arkan, memang dirinya tidak bebas. Tidak heran kalau banyak perubahan dalam diri Retta yang seolah membuat Retta kehilangan kepribadiannya.
"Gue baru tahu tadi, makanya dari awal gue kebingungan kenapa lo parkir di tempat yang kayaknya udah khusus buat lo gitu."
Memang saat melihat Rey yang parkir di tengah-tengah mobil yang berjejer sudah membuat Retta tanda tanya, terlebih dia juga anak geng yang sudah kemungkinan tidak akan jauh berbeda, tapi bodohnya dia tidak sampai punya pikiran kalau Rey adalah seorang Leader.
"Yang penting sudah tahu, siapa pacarnya." Rey berucap dengan begitu santai, karena memang dia sama sekali tidak akan terlalu memikirkan jabatannya di Algar.
Retta menjadi berpikir tentang banyak hal sekarang, beberapa kejadian kembali teringat dalam pikirannya dan Retta terus mengingat banyak hal lainnya yang cukup menjadi salah satu tanda kalau Rey adalah seorang Leader.
"Gak heran kalau lo sama sekali tidak memilih untuk mundur saat gue mengatakan kalau lo ingin menjadikan gue pacar lo, maka harus menemui sepupu gue terlebih dahulu, padahal gue sudah mengatakan kalau dia itu Leader."
Sekarang Retta sudah paham dengan alasan itu, memang tidak akan sembarang cowok yang memilih untuk mengiyakan persyaratan tersebut, terlebih Retta sudah memberikan bocoran siapa sepupunya.
"Paling kalau dia musuh gue, ujungnya bertengkar." Dengan nada yang sangat ringan, Rey berucap seperti itu. Memang dari awal Rey sama sekali tidak merasa takut.
Saat mengetahui kalau sepupu dari cewek yang ingin dia jadikan sebagai pacarnya adalah seorang Leader, maka risikonya adalah sebuah perkelahian, apalagi sepupunya Retta adalah musuhnya.
"Kenapa gue takut sendiri ya?" Retta berucap menggunakan nada yang berada di tengah-tengah antara rendah dan juga datar.
"Takut kenapa?" tanya Rey yang setengah tersenyum sambil memperhatikan ekspresi pacarnya.
Kedua bahu Retta terangkat. "Entah karena apa, tapi yang jelas gue ngerasa takut aja gitu."
Rasa takut yang sekarang Retta rasakan begitu sulit untuk dia jelaskan, tapi memang sekarang ada sebuah rasa takut yang berada dalam pikiran Retta.
Apakah dengan mengetahui kalau Rey adalah Leader Algar membuat Retta merasa takut, tapi karena apa?