webnovel

REWRITE THE STAR'S

"Kamu adalah kata semu, yang tak jua menemukan titik temu." Arunika Nayanika, gadis cantik pemilik netra hitam legam dan pipi bolong disebelah kiri. Terkenal tidak bisa diam juga asal ceplas-ceplos saat berbicara, membuat gadis itu banyak memiliki teman, meski hanya teman bukan sosok yang benar-benar berarti dalam hidupnya yang disebut sahabat. Gadis yang sering menguncir kuda rambutnya itu adalah gadis yang rapuh. Dibalik sifat bar-bar dan asal ceplosnya, ia memiliki trauma berat dengan segala hal yang disebut 'rumah'. 'Rumah' yang seharusnya menjadi tempat ternyaman untuk kembali, saat dunia menyakiti. Namun tidak, untuk sosok Arunika. Sekolah, menjadi tempatnya melepaskan luka dan trauma pada 'rumah'. Hingga, Tuhan mengirimkan sosok luar biasa bernama Sandyakala Lazuardi. Sosok dingin, ketus, pedas dan misterius. Yang mampu membuat Arunika menemukan arti 'rumah' sebenarnya. Namun, berbanding terbaik. Menurut Sandyakala bertemu Arunika adalah kesialan dalam hidupnya, yang tak seharusnya tertulis dalam lembar cerita.

Mitha_14 · 青春言情
分數不夠
214 Chs

Murid Baru

Goresan 1 ; Murid Baru

Berawal dari tatap, indah senyummu memikat. Memikat hatiku yang hampa lara.

- Yura Yunita

----

Suasana didalam kelas XII IPS 1, terlihat begitu tidak kondusif. Kelas yang memang sudah dicap memiliki tiga puluh lima manusia yang mampu membuat guru-guru mengelus dadanya karena tingkah mereka yang tidak masuk akal.

Kelas yang selalu, mampu membuat mengukir banyak prestasi. Eits, bukan prestasi pararel ataupun Olimpiade sains seperti anak IPA yang begitu dibanggakan. Bukan, yang mereka dapatkan adalah prestasi kelas terbandel sepanjang angkatan.

"Tuhan ku cintai dia.. Ku ingin bersamanya, kuingin habiskan. Tangannya diatas semua." Laki-laki dengan rambut kribo mengalih fungsikan sapu kelas menjadi mic dadakan, ia bahkan berani menaiki meja kelas dan berusaha menjadi artis dadakan yang selalu tampil disaat jam kosong.

Beberapa murid laki-laki lainnya, yang tidak mau ribet hanya bisa duduk dipojokan dengan tatapan yang fokus dengan handphone milik masing-masing. Bermain game, hingga umpatan demi umpatan keluar dari bibir mereka.

Sedangkan murid perempuan asik bergosip ria, membicarakan tentang model baju terbaru atau artis yang sedang naik daun. Tak jarang juga, mereka membicarakan perempuan lainnya yang memang bisa mereka bicarakan bersama.

Berbeda dengan gadis yang selalu menguncir kuda rambutnya, ia hanya menenggelamkan wajahnya dibalik lipatan tangan. Hoodie merah miliknya, sengaja ia kenakan untuk menutupi beberapa lebam yang tidak ingin ia perlihatkan oleh banyak orang. Tudung yang menutupi kepalanya, membuat ia semakin nyaman untuk menenggelamkan wajahnya.

Suasana kelas yang ramai dengan kegiatan masing-masing, menjadi latar untuk dirinya. Sekolah adalah tempatnya untuk melepaskan luka yang terus mengikutinya. Tidak ada yang lebih indah, dibanding melihat tingkah-tingkah absurd milik teman-temannya. Orang-orang sepertinya hanya membutuhkan arah untuk sekedar memberitahunya kata bertahan.

Gadis itu pasti akan merasa sedih, jika tidak lagi menemukan tempat ternyaman nya. Jika sudah lulus nanti.

"Woy... Bu Rengginang dateng!" Sosok yang menjadi pengamat keadaan, masuk kedalam kelas dan berteriak begitu nyaring. Membuat mereka mulai kembali keposisi masing-masing.

Suara ketukan sepatu fantofel dengan lantai sekolah, membuat mereka semakin diam dan berusaha membenarkan letak tiap letak benda yang memang tidak sesuai dengan tempatnya. Ah, sayangnya ketukan itu bukan hanya satu irama, namun dua. Membuat mereka ingin tau siapa yang berjalan bersama Bu Reganata atau yang sering kelas XII IPS 1 sebut Bu Rengginang, biar seperti makanan yang bisa membuat kenyang katanya.

"Selamat pagi, anak-anak..." Bu Reganata menatap tiap anak kelas didiknya. FYI, Bu Reganata juga adalah wali kelas dari XII IPS 1.

"Pagi Bu.." Jawab kelas XII IPS 1 bersamaan.

"Delon permen karetnya dibuang! Ini belum jam istirahat." Suara milik Bu Reganata, bergema diruangan membuat sosok yang di panggil Delon hanya bisa menampilkan deretan giginya dan menempelkan permen karet itu pada kertasnya kembali, lalu mengantonginya.

"Kok nggak dibuang Delon?" Bu Reganata menarik sebelah alisnya bingung.

"Sayang Bu, buat nanti lagi.." Dan jawaban milik Delon hanya bisa, membuat wanita dengan badan seperti ikan buntel itu menggeleng takjub dengan tingkah anak muridnya.

"Arunika Nayanika!" Suara menggelegar milik Bu Reganata, bergema kepenjuru ruangan. Membuat gadis yang dipanggil namanya itu langsung menegakan badannya dengan mata sayu miliknya.

"Kamu kebiasaan sekali, selalu tidur dikelas. Kenapa pakai jaket didalam kelas?"

"Maaf Bu, saya tidak enak badan."

Bu Reganata menatap mata sayu Arunika yang meyakinkan, membuat wanita itu hanya bisa mengangguk-angguk kepalanya.

"Kamu mau ke UKS? Atau mau Ibu antar pulang saja?" Tawar Bu Reganata, kala melihat salah satu anak muridnya itu sakit.

"Nggak Bu, saya udah mendingan." Bu Reganata hanya mengangguk, kala mendengar jawaban milik Arunika.

"Kebetulan kita kedatangan murid baru, pindahan dari kota Bandung." Pernyataan Bu Reganata, membuat pasang mata menatap ingin tau siapa sosok yang belum ia ketahui akan kedatangannya.

Begitulah murid XII IPS 1, mereka akan tidak tau jika menyangkut sesuatu yang sedang booming disekolah atau bahkan sesuatu yang sedang diperbincangkan seantero sekolah. Karena kelas mereka tidak memiliki sosok update, yang bisa membantu mereka semua mendapatkan informasi. Hanya kelas XII IPS 1. Aneh memang.

"Sandyakala, silahkan masuk..."

Sepatu Converse lusuh yang saling bersinggungan dengan lantai sekolah, membuat seluruh pasang mata menatap kearah sosok yang baru saja masuk kedalam kelas. Tapi tidak, dengan gadis yang hanya bisa menatap papan tulis lesu.

Bisik-bisik mulai terdengar dari bangku perempuan. Kala sosok pangeran es sudah datang dihadapan mereka.

"Pagi semua. Gue Sandyakala Lazuardi. Pindahan dari Bandung."

Setelah suara dingin itu bergema dipenjuru ruangan, banyak teriakan-teriakan nyaring yang dikeluarkan dari siswi.

"Ganteng banget sih..."

"Rumahnya didaerah mana?"

"Nomer Handphone dong.."

"Udah punya pacar belum?"

"Akun sosmed deh."

Dan masih banyak lagi, teriakan tak bermanfaat yang keluar dari bibir-bibir tiap siswi. Sandyakala hanya menyapa mereka dingin dan acuh.

Arunika menatap sosok yang membuat satu ruangan ini heboh. Sejenak, netra hitamnya bersitatap dengan netra abu-abu milik laki-laki itu. Dunia Arunika seakan berhenti berputar, jantungnya berdetak lebih cepat dari biasanya. Hingga, Sandayaka memutuskan pandangan mereka sepihak kala suara Bu Reganata memasuki indra pendengarannya dan membuatnya kembali kealam sadar.

"Sandyakala, kamu duduk didepan Arunika ya. Perempuan yang menggunakan Hoodie."

"Baik, Bu."

Langkah kaki Sandyakala mendekati tempat dimana yang sudah diberitahukan Bu Reganata. Hingga, akhirnya sosok itu duduk didepan Arunika.

Tanpa Sandyakala sadari, Arunika mulai jatuh hati pada sosok bermata abu-abu itu. Seperti menemukan oasis di gurun pasir, seperti itulah Arunika yang menemukan Sandyakala.

°°°

"Halo.. Salam kenal ya, nama gue Arunika Nayanika, lahir di Bandung suka apapun tentang lo." Arunika mengulurkan tangannya kearah sosok laki-laki yang sedang memperhatikan layar handphone.

Sandyakala memperhatikan Arunika sebentar, sebelum akhirnya kembali fokus dengan benda pipih ditangannya itu.

"Sandyakala yang artinya cahaya merah saat senja dan Arunika artinya cahaya matahari sesudah terbit. Itu artinya kita memang cocok, nama kita aja memiliki arti Senja dan Pagi." Sandyakala menatap Arunika, tatapan yang mampu membela siapa saja jika tatapan itu bisa mengeluarkan laser.

"Lo lupa? Pagi dan Senja nggak akan pernah menyatu." Sandyakala berdiri dari duduknya dan berjalan berlalu dari hadapan gadis yang menurutnya gila itu.

Arunika tertawa, membuat pasang mata menatapnya dengan gelengan kepala. Mereka sudah tau sifat seorang Arunika Nayanika. Sosok yang misterius namun selalu tertawa bahagia, seakan tak pernah berteman dengan luka.

°°°

Sandyakala Lazuardi laki-laki pemilik mata abu-abu itu mampu memikat hati, membuatku percaya pada malaikat diatas bumi.

Membuatku percaya, jika tak semua luka akan terus berteman dengan air mata. Jika tak semua rasa mudah mendapatkan jalannya.

~ Arunika Nayanika

••••