webnovel

Resident Evil: Eddie

Tanpa alasan yang jelas, tiba-tiba Eddie Cai ter-isekai ke dunia Resident Evil. Mengenal Ada Wong yang bisa datang dan pergi layaknya angin. Tekanan hidup Eddie terus bertambah, yang bisa dia lakukan hanya "Bertempur" dengan Wesker versi perempuan untuk menenangkan stress. Adapun Alex, Jill, dan Rebecca, Eddie tak terlalu mengenal mereka... Mungkin sekedar teman nongkrong serta minum kopi bersama? Tunggu... Masing-masing wanita itu punya anak? Anak siapa mereka? Eddie tidak tahu... *** Advanced chapters available on; patréon.com/Mizuki77

Mizuki77 · 漫画同人
分數不夠
353 Chs

Bab 261

Flora mundur selangkah dengan sedikit ketakutan, dia masih belum mengenal orang yang ada di depannya dengan pasti, oleh sebab itu dia perlu berhati-hati. "Apakah benar yang anda katakan?" Katanya dengan nada pelan.

Melihat reaksi wanita itu, Eddie hanya mengangkat alisnya. "Jangan khawatir, aku bukan orang jahat. Aku telah dimintai tolong untuk datang kesini menyelamatkan anda. Apakah anda mau pergi bersama kami?"

Flora merasa sedikit ragu-ragu, "Sebelumnya kamu bilang bahwa kamu akan pergi ke panti asuhan, kan? Aku tidak mau kesana..."

"Kenapa?" Eddie bertanya dengan penasaran.

"Ada banyak monster di tempat itu, aku pernah mendengar bahwa ada monster yang lebih mengerikan dari pada kanibal gila yang berkeliaran di jalanan." Flora merasa semakin ketakutan. Melihat zombie biasa saja sudah membuatnya merinding, apalagi monster yang lebih mengerikan dari pada zombie biasa itu.

"Monster? Jangan khawatir, tidak perduli seperti apa monster itu, kita akan mengatasinya dengan mudah. Aku pandai bertarung, tentunya lebih pandai dari lelaki anda." Eddy mengetuk hidungnya sambil tersenyum bercanda.

Keyakinan pria aneh itu entah kenapa membuat Flora sedikit kaget, "Aku tidak punya kekasih. Ngomong-ngomong, panti asuhan itu dikabarkan menjadi tempat yang terkutuk, dikatakan bahwa anak-anak di sana sering menghilang tanpa alasan yang jelas. Selama ini banyak sekali saksi yang menyatakan bahwa mereka pernah melihat monster-monster mengerikan." Flora menelan ludah, dia melanjutkan. "Hanya saja kepala biro bernama Brian itu tidak pernah menerima gugatan macam apa-pun, semua ini omong kosong!"

"Begitukah? Tidak masalah, aku akan mengingatnya." Eddie mengangguk, dia melanjutkan. "Jika kamu tidak ingin ikut dengan kita, maka tetaplah di sini. Aku akan kembali untuk menjemputmu setelah aku menyelesaikan urusanku disana." Eddie menyarankan.

"Terima kasih atas kebaikan anda." Flora berterima kasih dengan senyum tulus.

"Ngomong-ngomong, aku ingin bertanya sesuatu. Anda terlihat sangat berhati-hati sambil bersembunyi di dalam toko, aku ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi di sini. Apakah ada seseorang yang mencoba memanfaatkan kekacauan yang terjadi di kota?" Eddie bertanya sambil mengerutkan kening.

Flora ragu-ragu sejenak, melihat ke arah kiri dan kanan, dia berkata dengan nada berbisik, "Ya, ada gangster di daerah ini. Mereka sering melakukan hal-hal yang buruk. Baru-baru ini gangster-gangster itu pergi ke penjara terdekat untuk membebaskan para narapidana jahat yang ada di dalamnya."

"Belum lama ini ada Gang yang masuk ke toko terdekat dengan paksa. Mereka membunuh pemilik toko laki-laki lalu melakukan hal-hal yang buruk kepada pemilik wanita. Saya sangat takut ketika mendengar kabar itu, jadi aku bersembunyi di dalam toko-ku." Kata Flora, dia masih ketakutan. "Saat aku mendengar suara anda tadi, aku mengira bahwa anda adalah salah satu dari gangster itu, jadi aku takut dan tidak ingin keluar." Flora meminta maaf dengan tulus.

"Sekarang aku mengerti. Kehati-hatian membuat anda selamat, keputusan yang bagus. Menjaga diri dari orang yang tidak dikenal itu sangat penting, terutama untuk seorang wanita lajang seperti anda." Eddie mengangguk, "Tapi sepertinya kita mempunyai beberapa masalah saat ini." Eddie melenturkan lehernya ke samping, membuat punyi *pop* yang melegakan. Dia melihat ke arah lift yang baru saja terbuka, di sana terlihat empat atau lima gangster yang baru keluar dari lift.

Pada pandangan pertama, Eddie dan Flora tahu bahwa mereka bukanlah orang-orang yang baik. Badan penuh dengan tato, selain itu penampilan mereka sedikit acak-acakan.

Melihat orang-orang itu mendekat, Flora merasa takut. "I-itu mereka! Ayo lari, mereka yang membuat masalah di sini sebelumnya, kita harus lari, jika tidak mereka akan membunuh kita!" Flora mencengkram lengan Eddie sambil berteriak panik.

"Apakah kamu takut pada mereka?" Eddie berkata lucu. Menghadapi preman-preman itu dia tidak perlu takut, heck, dia akan menendang bola-bola mereka seperti pemain sepak bola profesional!

"Ayo cepat, jika tidak, mereka akan mengejar kita! Kita akan mendapat masalah, dan wanita anda juga akan menjadi korban mereka!" Flora berkata dengan gemetar, ketakutan yang dia rasakan sekarang benar-benar nyata.

"Jangan takut, dengan aku di sini tidak akan ada yang terluka." Eddie berkata tenang sambil menepuk bahu Flora.

Pemimpin bajingan-bajingan itu melangkah maju diikuti dengan anak buahnya di belakangnya. Mereka memegang pistol, pisau semangka dan tongkat baseball sambil mengarahkan hal-hal berbahaya itu tepat ke arah pria sombong yang ada tak jauh di depan mereka. Dengan nada memerintah, pemimpin itu berkata dengan nada arogan, "Kamu, menyingkirlah dari wanita-wanita itu, jika tidak kita akan menyembelih anda, hahaha!"

"Penuh omong kosong, majulah, aku akan meretakkan ginjal kalian." Eddie berkata sambil membunyikan jari-jarinya. Dia sudah bosan dengan bajingan tak bermoral itu. Bajingan-bajingan seperti merekalah yang tidak memiliki garis batas dalam berbuat kejahatan.

"Huh? Katakan sekali lagi? Aku tidak mendengar anda." Pemimpin preman itu berkata dengan songong. "Bocah, apakah kamu ingin menjadi pahlawan? Aku sedang dalam suasana hati yang baik hari ini, segeralah menyingkir, dan aku tidak akan membunuhmu." Preman itu mengernyit, kemudian dia menatap ke arah wanita yang dia cari-cari dari kemarin.

"Flora, dasar jalang. Akhirnya kamu keluar juga, hari ini aku tidak akan membiarkanmu lari!" Pemimpin bajingan itu berkata dengan galak.

"Carillo, aku tidak akan pernah bersamamu bahkan jika itu berarti kematianku! Kamu bajingan, kamu membunuh keluargaku, kamu akan segera mendapat karma!" Flora berkata dengan nada marah. Bahkan jika dia merasa takut, kemarahannya tidak bisa disembunyikan.

"Teruslah bertindak kuat, aku pasti akan memuaskanmu dengan paksa, haha!" Carillo tertawa kejam.

"Dan kamu, bocah bangsat, aku sudah memerintahkanmu unuk menyingkir. Kenapa kamu masih di sini? Ingin mati?" Carillo menarik pistol yang ada di pinggangnya lalu membidikkannya ke arah Eddie.

"Apakah kamu pernah mendengar kata karma?" Eddie...

"Karma? Keadilan? Cuih, penuh omong kosong." Carillo meludah, "Aku akan menunjukkan apa itu keadilan yang sesungguhnya. Kamu ingin keadilan? Maka aku akan memperkosa wanita-wanitamu di depan tubuh tak bernyawamu sama seperti apa yang telah aku lakukan sebelumnya, haha!"

"Hahaha, tunjukkan kepada dia boss. Kita akan memperkosa mereka bersama!" Anak buah Carillo tertawa keras. Hanya tuhan yang tahu apa yang pernah mereka semua lakukan untuk memuaskan nafsu mereka.

"Matilah kau!" Carillo menyeringai lalu menarik pelatuk pistol.

*Bang!* Suara tembakan keras terdengar.

Flora yang ketakutan bersembunyi di belakang Eddie. Tanpa sadar dia menggunakan Eddie sebagai tameng.

Eddie berdiri tak bergerak, wajahnya terlihat bosan, tapi anda dapat melihat urat-urat yang ada di pelipisnya. Peluru yang ditembakkan itu terlihat sangat lambat di matanya. Dengan cepat, dia menghentikan peluru itu dengan tangan kosong.

*Grip!*

Mencengkram tangannya dengan erat, peluru pistol utuh itu langsung berubah menjadi logam yang tidak berguna. Kemudian Eddie menjatuhkan peluru di ke tanah, ketika suara *Ting* logam yang terjatuh terdengar, sosok Eddie langsung bergegas ke depan dengan cepat.

Dalam waktu kurang dari satu detik, Eddie telah berada tepat di depan Carillo. Dengan keras, dia menendang tepat di bawah pusar pria itu.

*Bang!*

*Crack!*

Suara dampak tendangan yang diikuti oleh suara patah tulang punggung terdengar. Tubuh Carillo yang sebelumnya lurus langsung bengkok ke arah belakang, tulang punggunya seketika patah oleh dampak mengerikan tendangan tersebut.

"!!!"

Sebelum kematiannya, mata Carillo terbelalak kaget.

-----

read chapter 440 on;

patréon.com/mizuki77