webnovel

Reincarnation of The Silver Wolf : Kaishi

Mengisahkan seorang Pria yang memiliki tujuan hidup untuk menguak satu persatu misteri yang ada di Dunia ini. Dengan ditemani beberapa orang termasuk adiknya dalam petualangan yang cukup panjang ini, apakah dia akan berhasil menguak semua misteri yang ada di Dunia yang bernama Iruna ini? REINCARNATION OF THE SILVER WOLF FANFICTION FROM TORAM ONLINE BY SHIRO NISHIKUJOU

Shiro_Nishikujou · 奇幻
分數不夠
358 Chs

Perjalanan yang tertunda

>Kediaman Tim Shiro

"Kepikiran mulu, Bisa bisanya dewi pino mencuri ciuman pertama ku." Shiro berbaring di kasur nya untuk melepas letih.

"Yah, Yang penting dia tak berhenti menjadi dewi." Shiro terus berbicara.

"Ni.. sarapannya sudah siap!"

Terdengar suara maika dari balik pintu.

"Oke, Aku datang." Shiro beranjak.

>Ruang makan

Hening, Mereka menyantap hidangan yang dibuat maika dengan keheningan.

Besok adalah hari yang mereka janjikan, Bertemu dengan Seele Zauga, Putri dari Dewi Specia.

"Shiro-kun." Touka angkat suara.

"Hm?"

"Waktu itu, kau pernah bilang kalau gadis bernama yuukari itu adalah orang yang kau cintai, benarkah itu?" Dalam hati, touka sangat ragu untuk menanyakan itu, namun, rasa penasarannya itu mengumbar semua keraguan di hatinya.

"Ya, Waktu itu, Waktu aku tersesat di hutan bersama nya, Aku merasakan getaran di hatiku." Shiro memegangi baju nya.

"Apakah, Kau tidak bisa mencintai wanita lain?"

"Entahlah, Aku... Tidak tau apa yang ku rasakan, Dewi pino, Saat aku melapor kepadanya, beliau malah mencuri ciuman pertama ku."

"FYUUUUUHH!!" Ayato menyemburkan teh yang sedang ia nikmati.

"K-k-kau.." Ayato menatap jengkel shiro.

"Yah, Aku tak tau apa maksud dewi pino melakukan itu." Shiro meneguk kopi hitam di gelasnya.

"Ternyata... kakakku itu... makhluk mesum... paling mesum di dunia.. bahkan seorang dewi pun.. menjadi korbannya.. jangan jangan.. aku pun.." Maika menatap seram shiro.

"S-s-sudah kubilang, dewi pino y-yang mencuri ciumanku, b-bukan aku!"

"Terimakasih atas hidangannya." Touka beranjak dari meja makan, berjalan tanpa semangat menuju kamarnya.

"Baka."

"Oy!"

"Shiro, Walau itu bukan ulahmu, aku tetap jengkel karena kau mendahului ku." Ketus ayato.

>Kamar Touka

"Kanzaki... Andai kamu masih di sini, Aku tidak perlu mencintai shiro-kun. Aku malah terlena dengan kemiripan wajahnya denganmu." Touka memeluk lututnya.

Mengingat kenangan kenangannya bersama pria yang ia cintai itu, yang sudah lama meninggalkannya.

"Coenubia, Ulahmu.. Kanzaki jadi tewas, takkan ku maafkan." Angin dingin tiba tiba berhembus.

_________________________

Sedikit penjelasan:

Shiro: Element Cahaya dan listrik

Maika: Angin

Touka: Es

Ayato: Api

_________________________

"Touka-Chan! Kenapa tiba tiba dingin?" Shiro terus mengetuk pintu saat mengetahui sumber dingin itu berasal dari kamar touka.

"Maaf!"

Seketika udara dingin itu menghilang.

>Malam Hari

Disaat semuanya sedang tertidur lelap, hanya shiro yang masih terjaga. Entah kenapa, ia merasa kalau dirinya tidak mengantuk sedikitpun, mungkin karena canggung gara gara dewi pino, entahlah.

'Kau yakin, Shiro.'

Terdengar suara wanita. "Mungkin cuma perasaanku saja." Shiro menjitak kepalanya sendiri.

"Shiro."

Suara itu semakin jelas.

Di jendela kamar shiro, terlihat sosok gadis berambut hijau muda terbang dengan sayap malaikatnya.

"Siapa kau?" Shiro berjalan mendekatinya, tanpa takut sedikitpun.

"Seele Zauga, Aku masuk." Gadis bernama seele itu masuk ke kamar shiro melalui jendela kamar.

"Kau... Nona seele?"

"Yup, Aku adalah putri dari dewi tercantik! Seele Zauga!" Seele memperkenalkan diri dengan lantang dan penuh semangat.

"Mengapa kau malah datang ke sini, Nona seele?"

"Aku hanya ingin memastikan, Apa kau yakin akan datang ke reruntuhan kuil ibu ku?"

"Tentu. Bukan hanya ingin bertemu denganmu, Aku juga ingin melihat langsung, Seperti apa kuil dewi Specia itu." Ujar shiro.

"Baiklah, Aku mengizinkanmu, Bagaimanapun, kamu adalah orang yang menyelamatkanku saat diriku masih belum sempurna." Seele tersenyum.

"Aku pergi dulu, Jaga dirimu sampai hari itu tiba, pahlawan."

Pandangan Shiro mulai memudar.

>Pagi

"WOAH?!" Shiro melompat dari tempat tidurnya

"Astaga! Hanya mimpi ternyata... tapi.." Shiro memakai celana nya (Lah)

"Nii! Bangun! pagi!" Suara maika lagi lagi terdengar dari pintu.

"Baik!" Shiro memakai Zirah pemberian dari dewi pino, zirah Es suci yang diberi warna putih seperti salju. Dewi pino memberikan itu karena menurutnya akan ada marabahaya yang bisa jadi mengancam nyawa shiro dan teman temannya.

Shiro segera keluar dari kamarnya dan menyapa teman temannya sekaligus adiknya itu.

Maika, Maika terlihat memakai Jubah Suci dengan celana super pendek, bahkan, paha nya sangatlah terbuka. walau begitu, Jubah suci adalah jubah yang memiliki sihir perlindugan tingkat tinggi. Kemungkinan maika terluka sangatlah kecil.

Ayato, Ayato memakai Zirah Elfin yang diberi warna Biru tua dan merah di bagian dada nya. Zirah Elfin adalah Zirah yang terbilang cukup langka karena hanya bisa di dapat dari Pegunungan Elf yang sangat jauh nan dingin.

Touka, Touka memakai Gaun Senja yang diperingan, membuatnya lebih cepat melakukan teknik evasion dan membuatnya lebih fokus dalam merapal mantra sihir.

Mereka berempat sudah siap untuk berangkat, Namun sebelum pergi ke NovSaterica yang dimana akan menjadi tempat peristirahatan mereka, Mereka memutuskan untuk Pamit kepada Dewi Pino dan meminta dewi untuk memberkati mereka berempat..

>Balai kota

"Kalian mau berangkat sekarang, ya?" Dewi pino sedang duduk di pinggir kolam hias yang ada di kuil sekaligus balai kota itu.

"Benar, Dewi." Ujar ayato. "Shiro, bicara lah. kau pemimpin regu ini." Ayato berbisik pada shiro.

"Etto.. Dewi pino, Kami mohon akan pemberkatanmu." Shiro meminta pemberkatan suci dari sang dewi.

"Ah, Benar, Dengan kesucianku, Kalian berlima, Aku berkati." Dewi pino tersenyum indah.

Tunggu

berlima?

"Etto... kami hanya berempat, dewi." Maika menggelengkan kepala. "Yap, Aku mengutus seseorang untuk mendampingi kalian, tenang saja, ia juga sudah diizinkan untuk pergi ke tempat itu." Ujar dewi pino.

"Keiko, Kemarilah." Panggil dewi pino.

STTT

Tiba tiba sosok gadis berambut ungu pendek muncul di belakang dewi pino sambil melakukan Seiza.

"Siapa dia?" Shiro memiringkan kepala.

"Namaku, Kashima Keiko, Abdi setia dewi pino." Keiko berdiri dengan wajah tegas.

Memakai baju Sakura Kimono IV yang terlihat seperti baju sekolah, dengan katana berwarna gelap di pinggangnya.

"Kamu, ingin ikut bersama kami kah?" Tanya ayato.

"Lebih tepatnya, saya diperintahkan dewi pino untuk mendampingi kalian berempat."

"Baiklah, Jangan banyak basa basi, mari kita berangkat." Shiro memakai Item berbentuk bulu, Item teleportasi untuk memindahkan dirinya menuju NovSaterica dan disusul oleh teman 1 tim nya.

>NovSaterica

Perlahan partikel mana mulai membentuk tubuh manusia.

Terbentuk 5 manusia yang tak lain regu shiro.

"Ugh, Sampai juga, Tunggu..." Shiro melirik dan terlihat kaget dengan keringat dingin di wajahnya.

"Apa.. yang terjadi.." Maika mematung.

Suasana di Nov Saterica sangatlah mengerikan, Darah dimana mana.

"T-tolong...." Suara seorang wanita terdengar kesakitan dari reruntuhan bangunan kayu.

"Nii!" Maika mendengar suara itu langsung menarik tangan shiro dan berlari menuju arah suara itu.

Satu persatu kayu mereka singkirkan, mulai terlihat seorang perempuan berusia 20 tahunan berkulit agak kecokelatan dengan darah dimana mana.

"Astaga! anda.. Dewi kunon!" Touka segera memberi pertolongan pertama.

"Dewi kunon?" Shiro bertanya siapa itu dewi kunon.

"Dewi kunon adalah Dewi Keadilan generasi baru, ia adalah seorang dewi sekaligus pemimpin suku diel." Jelas Touka.

"Astaga, Dewi, apa yang terjadi?" Shiro memberikan Revita untuk memulihkan luka yang ada di sekujur tubuhnya.

"Malam tadi, Kaisar iblis kecil itu datang menyerang desa ini, Aku tak bisa menandingi kekuatan sihirnya yang di atas kemampuan penyihir terhebat sekalipun." Jelas Dewi Kunon.

"Venena.. Sialan!" Ayato memukul tiang yang terbuat dari kayu.

"Ayato, sudah ku bilang itu bukan Venena! Takkan ku biarkan makhluk itu merusak nama baik gadis itu!" Shiro tak terima karena Venena selalu disalahkan dalam penyerangan.

"Ni, Sebaiknya kita tunda dulu perjalanan ke Kuil itu, tempat ini membutuhkan bantuan kita." Maika mengecek satu per satu orang orang di desa kaum diel ini.

"Kau benar, Kalian bertiga, Pindahkan orang orang yang terluka atau orang orang yang sudah meninggal yang ada di dekat hutan ke tempat aman, aku dan ayato akan Mencari orang di reruntuhan bangunan ini." Perintah shiro.

"Keiko, Kau terlihat ketakutan begitu. Ku kira kau adalah gadis dingin yang tak takut akan darah." Shiro berjalan mendekati Keiko.

"Bukan itu, Aku... Pernah mengalami ini." Keiko menatap seisi desa yang hancur berkeping keping itu.

"Sebelum dewi pino menemukanku.. Aku hidup sendirian di reruntuhan distrik labilans. Keluargaku di habisi oleh Gadis itu." Keiko mengeratkan kepalan tangannya.

"Keiko, asal kau tau saja, Yang membuat kerusuhan ini bukanlah Venena, namun, itu adalah Coenubia yang merasuki tubuhnya." Shiro membantah.

"Apa buktinya? jelas jelas gadis iblis itu yang membunuh keluarga ku!"

"Bukti, segala bukti ada pada 12 dewa dewi suci,Aku sudah pernah tinggal di alam kegelapan dan bertemu roh venena."

"Sudah! Bicaranya nanti! Kita harus segera meng evakuasi orang orang di sini!" Touka menyela.

"Ehm.. Apa kalian butuh bantuanku?"

"Eh?! Kamu.. Siapa?" Ayato melihat sosok gadis yang terbang dengan 2 sayap putih dengan surai berwarna hijau.

"Nona Seele? mengapa kamu di sini?" Shiro berjalan mendekati Seele.

"Oh shiro, padahal baru semalam kita tak bertemu, tapi rasanya aku rindu pada pahlawan yang satu ini." Seele berkata demikian.

"Ibuku menyuruhku untuk membantu dewi keadilan untuk meng evakuasi warga diel yang diserang coenubia. Kebetulan, Aku bertemu dengan kalian." Lanjutnya.

"Shiro, semalam... kau bertemu dengan nona seele?" Tanya ayato.

"yup, aku menemui nya lewat jendela kamarnya."

"Eh?! K-Ku kira itu cuma mimpi!"

"Aku membuatmu tertidur sesaat aku keluar dari rumahmu, bukannya kamu sendiri yang bilang kalau kamu tak bisa tidur?" Seele berhenti mengepakkan sayapnya dan turun.

"Baiklah, mari kita mulai Evakuasinya."

Seele mulai berjalan.

Bersambung