webnovel

Ada Apa dengan Cleo?

Jika Mr. Rolleen masih dengan pemikiran awamnya terhadap perubahan sikap Cloe dikarenakan gadis itu sedang melakukan pemberontakan kecil mengingat dia sedang dikurung di pegunungan Reen, maka lain halnya dengan Lucio. Pria itu sadar betul bahwa Cleo mencoba menghindarinya, apapun caranya.

Seperti sekarang, jika bisanya mereka bertugas menyiapkan alat makan untuk makan malam secara bersama, siapa mengira Cleo sudah mengerjakan pekerjaan itu seorang diri begitu Lucio tiba di dapur. Bila bertanya Lucio terkejut mendapati hal itu? Maka benar bahwa pria itu cukup terperangah mengingat ini benar-benar bukan karakter Cloe.

Tidak berhenti di sana, baru saja Lucio berniat duduk di sebelah gadis itu, siapa yang tahu Cleo mendadak berdiri dan berjalan pergi menyisakan dia seorang diri. Diam-diam Lucio menarik napas dalam lantas menghelanya cukup keras.

Pria itu menyeringai, "Mari kita lihat, sampai kapan gadis bodoh itu akan bertahan," gumamnya.

Detik berikutnya, Cleo muncul kembali tetapi kali ini dia tidak seorang diri melainkan bersama Mr. Rolleen. Seperti yang Lucio perkirakan, Cleo mencoba beralasan pergi untuk menjemput Mr. Rolleen di gudang obat. Sebaliknya, tatapan Mr. Rolleen berbinar begitu mendapati hidangan di atas meja, lantaran nyaris semua menu yang ada adalah makanan kesukaannya.

"Wah! Seperti yang aku harapkan, Lucio benar-benar bisa diandalkan dalam hal memasak." Tatapan sinis Mr. Rolleen seketika mengarah ke arah Cloe yang masih berupaya menggapai tempat duduk terjauh dari Lucio. "Tidak seperti gadis sepertimu yang hanya bisa merajuk."

Cleo terkejut. Gadis itu menatap Mr. Rolleen cukup lama tetapi anehnya bibirnya terkunci rapat. Sekali lagi, itu bukan Cloe yang biasanya. Menyadari Cleo hanya diam lalu duduk di kursinya, mendadak suasana meja makan berubah kaku dan canggung. Mr. Rolleen segera menaikkan alis, hendak membuka mulut dan bertanya perihal sikap Cleo tetapi perkataan Lucio berikutnya membuat pria tua itu urung melakukannya. Mr. Rolleen terkejut.

"Mr. Rolleen, maaf tetapi malam ini bukan aku yang memasak, sama seperti tiga hari belakangan, semua makanan dimasak Cleo seorang diri."

Mr. Rolleen terbelalak. "Benarkah?" tanyanya, setengah tidak percaya. "Hei, Cleo tidak pernah ingin memasak dan melakukan hal normal seperti ini. Belakangan sebelum kamu datang ke pondok, aku yang renta ini yang harus menyiapkan semua makanan," jelas Mr. Rolleen masih tidak habis pikir. Kedua maniknya bahkan berkedip beberapa kali setiap kali menatap Cleo yang tampak tenang, tidak mengindahkan ketika dirinya sedang dibicarakan di depan wajahnya sendiri.

Gadis itu makan dengan perlahan dan segera beranjak ketika selesai. Sementara di sisi lain, Mr. Rolleen bahkan belum berhasil menyentuh satu hidangan pun saking terpananya mengamati Cleo.

"Sebaiknya kamu segera menghabiskan makanannya sebelum mereka menjadi dingin," sahut Lucio sembari merapikan kursinya lalu ikut beranjak.

Manik Mr. Rolleen kontan berkedip tak mengerti saat menyaksikan kecanggungan luar biasa dalam pondoknya. Biasanya, meja makan mereka akan diramaikan dengan segala drama-drama milik Cleo yang berniat mengusir Lucio.

"Heh! Apa yang terjadi dengan situasi ini?" gumam Mr. Rolleen sembari mengamati kepergian Lucio.

***

Lucio menatap celah teratas kamar Cleo yang sudah gelap dengan wajah kaku. Tampaknya gadis itu terburu memasuki kamarnya lalu mematikan lentera seolah menegaskan jika dia sudah terlelap. Lucio menghela napas setelahnya. Sepertinya Cleo benar-benar serius untuk menghindarinya. Tetapi kemudian, Lucio mengangkat bahu dan mengabaikan semua tindakan gadis itu. Toh, sedari awal dia selalu mengharapkan hari di mana Cleo berubah menjadi gadis pendiam. Jadi, sudah sepantasnya Lucio bergembira dengan hal itu.

Abaikan saja dan jalani hari seperti biasa tanpa harus terusik dengan perubahan kekanakan yang dilakukan Cleo. Paling-paling gadis itu sedang merencanakan sesuatu agar mendapatkan izin Mr. Rolleen untuk menuruni gunung.

Terserah! Lucio tidak akan peduli.

Dan begitu pagi tiba, Lucio bangun lebih awal dan menyiapkan semua barang bawaannya menuju kota. Seperti biasa, dia akan ke pasar kerajaan untuk memberi obat kepada mereka yang punya jadwal di hari ini, sekalian membeli beberapa bahan makanan yang sudah mulai menipis di pondok.

Pintu gudang terbuka lebih lebar dan menampilkan sosok Mr. Rolleen yang sedang menguap. Pria tua itu meregangkan otot lalu kemudian mendekati Lucio yang sedang berkemas.

"Cleo belum bangun?"

Lucio menggeleng. "Tentu saja dia tidak akan bangun," pria itu terkekeh mengejek, "kamu yang paling tahu semua kelakuan buruknya terlebih menyangkut gaya tidurnya yang jauh lebih mengerikan dari pada kerbau."

Mr. Rolleen segera terbahak mendengar perkataan Lucio.

Namun satu hal yang tidak mereka ketahui, bahwa nyatanya, Cleo sedang berdiri di balik pintu yang setengahnya tertutup sehingga keduanya tidak menyadari keberadaan gadis itu. Seharusnya, Cloe tidak perlu syok saat mendengar Lucio menjelek-jelekkan dirinya seperti itu. Dan sudah seharusnya Cleo terbiasa dengan semua perkataan menohok dan menyebalkan milik pria itu, tetapi anehnya, saat mendengarnya di belakang seperti ini, entah mengapa Cleo merasa hatinya kembali diremas dengan kuat. Terlalu sakit hingga pelupuk matanya kini tergenangi bulir air mata.

Lucio sialan!

Padahal niatnya, gadis itu sudah berusaha bangun pagi dan berbenah diri untuk membantu Mr. Rolleen di dalam gudang obat, tetapi ketika mendengar penghinaan Lucio yang menyamakannya dengan kerbau memaksa kedua kakinya bergerak pergi dan memilih kembali ke kamar. Toh, tidak ada bedanya sekarang sebab Lucio tetap akan menganggapnya bagai kerbau.

***

"Mr. Rolleen, kamu tahu aku tidak boleh menuruni gunung, jadi bisakah kamu membiarkanku berkeliling sebentar untuk mengurangi rasa suntuk."

Cleo sudah berjam-jam menggerus obat sementara Mr. Rolleen terlalu sibuk membuat ramuan baru ketika Cleo mengutarakan niatnya. Mr. Rolleen sempat berhenti lalu menatap cucunya dengan kening berkerut, sampai kemudian dia merasa tidak tega saat melihat raut wajah Cleo yang lusuh. Mr. Rolleen tahu Cloe bukanlah tipikal gadis rumahan yang suka mengurung diri di dalam rumah dan mengikuti semua aturan yang dibuat para tetua. Nyatanya, Cleo adalah tipikil gadis liar yang bebas yang selalu ingin berkelana ke mana-mana.

Jadi, ada kemungkinan, kondisi sekarang membuat Cleo sulit beradaptasi dan berakhir terkurung dalam perasaan bosan yang memuakkan, hanya karena berada di tempat yang sama selama berjam-jam.

Menghela napas, Mr. Rolleen berkata dengan suara pelan, "Baiklah, tetapi ingat, kamu sudah harus kembali sebelum gelap. Lagipula, Lucio sebentar lagi akan pulang dan membawa beberapa keperluanmu, mungkin kamu ingin melihatnya."

Mendadak kedua manik Cloe melotot. "Jadi kamu sungguh mengatakannya pada Lucio? Oh, padahal aku bisa membuatnya sendiri dengan kain sisa," ujarnya dengan wajah memerah. Cleo sedang mendapatkan jadwal bulanan yang meresahkan sementara kain khusus yang biasa dia gunakan mendadak menghilang. Tetapi Cleo tidak pernah berpikir bahwa Mr. Rolleen akan memberitahukan hal ini kepada Lucio, bahkan meminta pria itu membelikannya di pasar kerajaan.

Oh, itu memalukan!

Padahal alasan Cloe memberitahu Mr. Rolleen adalah agar pria tua itu mau membuatkan ramuan yang lebih canggih sehingga dia tidak perlu berdarah lagi. Sial!

"Loh, mengapa kamu jadi kesal seperti itu? Bukankah kamu memberitahukan hal itu kepadaku karena kamu malu mengatakannya langsung pada Lucio," komentar Mr. Rolleen jengah. "Cih, padahal aku sudah berbaik hati membantu dan kamu justru tidak berterima kasih."

Cloe menggeleng, hendak mengatakan sesuatu tetapi kemudian gadis itu menggeleng sementara bibirnya hanya berhasil mengeluarkan hela napas berat dibarengi kata, "Terserah," dengan begitu pasrah. Dan detik selanjutnya dia berlari pergi dengan segala tanda tanya di kepala Mr. Rolleen.

Sebentar-sebentar pemarah, pendiam, lalu kemudian pemalu.

Ada apa dengan Cleo?