webnovel

RAHASIA CINTA AGEN

Hazel terpaksa harus menerima perjodohan dengan anak sahabat orang tuanya. Dia masih mahasiswi semester akhir, bertemu dengan lelaki misterius yang pandai berkelahi yang ternyata seorang agen rahasia negara. Perjodohan keduanya tidak berdasarkan cinta. Namun, kebersamaan menumbuhkan benih-benih suka di hati Hazel, tetapi tidak dengan Michelle. Lelaki itu sibuk mencari kekasih lamanya yang menjadi mata-mata dalam penyamarannya sebagai agen. Bagaimana Hazel menghadapi suami yang tidak menaruh hati padanya? Cover by : Dt.Art

Zubaidah_ZB · 青春言情
分數不夠
20 Chs

Michelle Merasa Bersalah

"Kamu tidur saja, Hazel. Aku akan menjengukmu besok lagi."

"Tidak, kau tidak perlu menjengukku lagi besok. Jadwalmu pasti sibuk."

"Pergi dari sini!" Hazel melempar vas bunga di atas nakas setelah berusaha keras untuk mencapainya dengan tangan dipasangi infus. Bukannya takut apalagi merasa sakit karena pecahan kaca mengenai kaki, Michelle malah semakin mendekat. Dia sengaja meminta izin pada Tante Clara untuk masuk sendiri karena harus meminta maaf dan berbicara dengan Hazel.

Sahabat Hazel sudah pada pulang untuk berganti pakaian. Mereka sudah menjenguk Hazel ketika perempuan itu terbangun dari koma, jika saja ada Cheryl dan Crystal tentu mereka akan menghalangi Michelle bertemu dengan Hazel. Beruntung hanya Olivia dan Alexa yang baru sampai dan tidak mempermasalah Michelle meminta waktu untuk ke ruangan inap Hazel, meski Alexa tadi sempat memberi sedikit ancaman jika Michelle mengganggu Hazel, dia tidak akan mengampuninya.

Alexa dan Olivia juga orang tua Hazel menunggu di luar, sedangkan orang tua Michelle berpamitan untuk pulang sebentar.

"Pergi dan enyahlah dari hidupku! Puas kau aku hampir mati dan sekarat!" jerit Hazel ketika Michelle mendekati ranjang. Pintu sengaja dikunci dari dalam oleh lelaki bermata elang, tetapi sekarang sorot matanya begitu lembut tidak lagi tajam menatap lawan.

"Tenanglah, Hazel!" Michelle menangkap tangan lemah Hazel yang ingin menamparnya, dia segera menarik tubuh dibalut baju biru itu ke dalam pelukan.

"Aku minta maaf, aku berjanji akan menangkap orang yang telah membuatmu sekarat."

"Kau pelakunya, kau yang menyuruhku pulang hingga bisa menghirup racun itu." Hazel melirih pelan dan membuat Michelle semakin merasa bersalah. Bagaimanapun dia lelaki dan sudah seharusnya bertanggung jawab. Mamanya begitu marah pada Michelle ketika mengetahui kebenaran yang sudah terjadi. Sedangkan Papa Hazel sempat tersulut emosi ingin menonjok Michelle jika saja Mama Hazel tidak cepat menarik tangan suaminya.

"Jangan membuat keributan di rumah sakit. Jika dia berbuat salah, maka biarkan dia memperbaikinya."

"Iya, Gate. Aku berjanji akan membuat Michelle bertanggung jawab. Segera kita nikahkan mereka, Michelle harus menjaga dan selalu menjadi pelindung Hazel mulai dari sekarang untuk membayar kesalahannya." Perkataan Zecano disetujui oleh Farah dan juga Clara.

"Aku tidak akan membiarkanmu menelantarkan putriku begitu saja lain kali. Tidak peduli kau putra dari sahabatku, jika Hazel terluka karenamu maka kau juga harus lebih terluka oleh tanganku."

Michelle tidak gentar mendengar kalimat ancaman dari Gate, dia bisa menerima hukuman apa pun dan akan menyanggupi semua permintaan termasuk menikahi Hazel. Demi janjinya dan tanggung jawabnya. Bukan karena cinta. Michelle tidak ingin dianggap lelaki pengecut.

Selenanya sudah kembali, Michelle sudah memikirkan matang-matang langkah selanjutnya. Dia tetap menikah dengan Hazel, tetapi dia juga akan berusaha kembali berhubungan dengan Selena. Terlebih setelah penghianat setahun lalu, masalah mereka masih belum berakhir. Masih banyak hal yang ingin dia tanyakan. Mungkin Michelle akan kembali pada Selena jika kesalahpahaman berakhir, toh pernikahannya dengan Hazel juga bukan atas dasar saling cinta. Apalagi dia yakin kalau Hazel juga berpikiran sama, Hazel tidak mungkin akan jatuh cinta padanya. Perempuan keras kepala itu sudah tentu menyukai lelaki lain. Mereka tidak akan pernah cocok, melainkan selalu berperang kata. Mungkin akan saling berseteru juga mengingat Hazel pandai bertarung.

"Aku tidak akan membiarkan mereka mendekatimu lagi. Aku akan segera menikahimu dan menjadi pengawalmu."

Hazel segera mendorong tubuh kekar Michelle setelah berusaha keras mengumpulkan tenaga.

"Apa kau pikir aku akan menyetujui untuk menikah dengan seorang lelaki sepertimu? Aku lebih baik, uhuk!" Hazel terbatuk-batuk bahkan dadanya terasa sesak. Michelle mendekat dengan wajah khawatir.

"Aku panggil dokter, tidurlah." Michele berusaha menidurkan Hazel dan memencet tombol darurat, tetapi Hazel melarangnya.

"Kehadiranmu membuatku sesak, keluarlah dari ruanganku," titah Hazel dengan suara parau seraya memegangi dadanya.

"Michelle, pergilah!" Hazel melirih sebelum merebahkan tubuhnya dan menarik selimut hingga dada, tidur secara menyamping untuk membelakangi Michelle.

Michelle tidak punya pilihan ketika ketukan berulang kali dari luar. Dia beringsut membuka pintu dan tampak sosok Cheryl dan Crystal berdecak pinggang dengan wajah sangar.

"Kau jangan menyentuhnya lagi setelah apa yang kau lakukan kemarin."

"Pergilah dari sini, percuma wajahmu tampan jika kau tidak punya hati."

"Cher, Crystal, sudah jangan membuat keributan di sini. Kita tunggu saja, sepertinya Hazel sedang tidur." Olivia berusaha mencegah perdebatan antara Michelle dengan sahabatnya.

"Nak Michelle, Tante bisa mempercayaimu?" Tante Clara mengalihkan perhatian, mereka membiarkan keduanya di luar ruangan, berlalu ke kantin.

"Aku janji Tante, mereka tidak akan bisa menyentuhnya lagi." Clara tersenyum lembut.

"Terima kasih. Maafkan Om Gate, dia bersikap seperti semalam karena begitu mencemaskan Hazel." Michelle mengangguk mengerti.

"Tante masuklah, Hazel membutuhkan Tante di sampingnya. Michelle akan datang lagi nanti malam, harus mengurus beberapa hal terkait pelaku. Bryan sudah menangkap dalangnya, biarkan kami yang mengatasi semua, Om Gate tidak perlu turun tangan."

"Terima kasih, Michelle."

***