Aksara mendudukkan diri di samping Mas Abim di ruang tengah. Mas Yudhis dan Arjuna menyusul tak lama kemudian.
Rumah ini, masih dingin di bandingkan dulu saat abah masih bersama mereka. Namun tidak masalah, semoga saja kehangatan itu segera kembali seperti sedia kala. Abah masih bersama mereka, di dalam hati. Karena memang, tidak ada yang bisa menggantikan posisi abah di hati masing masing orang.
Ibuk tak lama kemudian datang dengan sepiring gorengan hangat. Beliau tersenyum kecil, senyum hangat nan cantik yang mampu menenangkan semua orang, "Jangan berantem lho ya," ibuk mengingatkan kala mendapati Mas Abim dan Arjuna yang sudah saling melempari tatapan tajam.
Mas Yudhis tertawa dalam wajah suramnya. Aksara tau, kakak sulungnya itu pasti masih terbayang bayang akan sosok abah. Terlebih, diantara putra putra abah, Mas Abimlah yang paling dekat dengan beliau.
"Sidangmu gimana Mas?" ibuk menatap Mas Yudhis, "Lulus nggak?"
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者