webnovel

Rache

Puncak dari rasa sakit adalah kehilangan. Namun, Puncak dari kehilangan itu sendiri adalah mengikhlaskan. Tuhan sudah merencanakan takdir manusia. Siapapun tidak bisa lepas darinya sejauh apa ia pergi dan sejauh apa dia berlari. Aksara tau, tuhan sudah melukiskan sebuah takdir dengan apiknya jauh sebelum ia lahir. Tapi bisakah ia mengeluh? Bisakah ia berkeluh kesah pada tuhan. Aksara tau, banyak orang yang lebih buruk keadaannya dibandingkan dirinya. Tapi untuk saat ini, tolong biarkan Aksara mengeluh sekali saja. Tuhan memang maha baik, jadi tolong ijinkan ia mengeluh. Meratapi apa yang sudah terjadi. Hidupnya yang sudah mulai tertata, bak bangunan megah dengan pilar pilar tinggi menjulang, roboh dalam satu kedipan mata. Semuanya pergi satu persatu. Meninggalkan Aksara dalam sendu sembiru badai gelombang kehidupan yang mungkin tak berkesudahan.

Eshaa_ · 现实
分數不夠
312 Chs

Kebersamaan

Aksara mendudukkan diri di samping Mas Abim di ruang tengah. Mas Yudhis dan Arjuna menyusul tak lama kemudian.

Rumah ini, masih dingin di bandingkan dulu saat abah masih bersama mereka. Namun tidak masalah, semoga saja kehangatan itu segera kembali seperti sedia kala. Abah masih bersama mereka, di dalam hati. Karena memang, tidak ada yang bisa menggantikan posisi abah di hati masing masing orang.

Ibuk tak lama kemudian datang dengan sepiring gorengan hangat. Beliau tersenyum kecil, senyum hangat nan cantik yang mampu menenangkan semua orang, "Jangan berantem lho ya," ibuk mengingatkan kala mendapati Mas Abim dan Arjuna yang sudah saling melempari tatapan tajam.

Mas Yudhis tertawa dalam wajah suramnya. Aksara tau, kakak sulungnya itu pasti masih terbayang bayang akan sosok abah. Terlebih, diantara putra putra abah, Mas Abimlah yang paling dekat dengan beliau.

"Sidangmu gimana Mas?" ibuk menatap Mas Yudhis, "Lulus nggak?"

鎖定章節

在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者