Xian menaruh tubuh Maw ke karpet dengan pelan seraya memberinya makanan Maw seperti biasanya, tetapi ... tiba-tiba ia mengambil mangkuk kecil itu. "Oh tidak! Jangan ini, Maw. Aku akan membuatkanmu makanan spesial sebagai permintaan maafku!" ujar Xian seraya mengusap kepala Maw dan Maw membalasnya dengan mengelus tangan Xian manja.
"Tetapi kau makan saja dulu deh, untuk mengganjal perutmu sedikit." Xian meletakkan semangkuk makanan Maw kembali di hadapannya.
Kemudian Xian berdiri mengarah pada lemari pendingin, ia mengambil sekotak daging berukuran setengah kilo memotongnya tipis-tipis, lalu memasaknya ... dicampur dengan 3 butir telur. Karena Xian tahu telur sangat bagus untuk stamina Maw.
Sreng ....
Sreng ....
Xian penuh semangat memasak makanan untuk Maw kali ini, apalagi saat Maw mulai mendekatinya seraya mengusapkan kepalanya pada kaki Xian.
"Sabar, Maw ... sebentar lagi makananmu akan siap!" ucap Xian mengarah pada Maw.
Kemudian Xian memindahkan daging cincang tadi ke mangkuk, lalu menaruhnya di lemari pendingin sebentar.
Xian dan Maw yang terlihat tak sabaran menanti makanan itu tepat di depan lemari pendingin, mereka bersandar pada siku lemari pendingin itu untuk waktu yang tak ditentukan.
Sampai pada akhirnya Xian membuka lemari pendinginnya dan mengeluarkan semangkuk makanan Maw dari sana.
"TARA! Maw, lihatlah? Betapa sangat melezatkannya ini bukan? Aku membuatnya dengan sepenuh hati, kau makanlah ini sudah kudinginkan jadi kau bisa melahapnya langsung!" ujar Xian yang berjongkok berhadapan pada Maw, ia menaruh mangkuk tersebut di depan Maw.
Dan Xian duduk tepat di samping Maw sembari memperhatikan Maw makan dengan lahap, sesekali Xian mengusap kepala Maw dan mengatakan maaf untuk kejadian tadi.
"Pelan-pelan, Maw ... kuambilkan minum dulu, ya!" Xian beranjak dari duduknya, melangkah untuk mengambil air minum untuk Maw.
Namun, belum sempat Xian menuangkan air minum untuk Maw. Tiba-tiba Maw terbatuk kuat.
Xian berlari menemui Maw, ia melihat Maw sudah terbatuk-batuk mengeluarkan darah segar dari dalam mulutnya.
Xian yang panik langsung menggendong Maw yang masih kejang di hadapan makanannya, "Plis, Maw! Bertahanlah ... kumohon, kumohon kau bertahan sedikit saja," ujar Xian yang berlari sembari mencari keberadaan ponselnya.
Kini Xian merasakan eratan Maw mulai meregang, ia menurunkan Maw dari gendongannya lalu menaruhnya ke ranjang.
Xian menatap Maw, mengusap wajahnya secara perlahan. "Maw ... kau bercanda kan? Kau sedang bermain-main denganku kan? Kau hanya tidurkan, Maw?" rentetan pertanyaan itu keluar dari dalam mulut Xian, ia mengangkat wajah Maw ... sekarang Maw benar-benar tak ada tanda kehidupan, tubuhnya sangat kaku dan dingin.
Xian menangis sejadi-jadinya ... ia memeluk Maw erat, "Maw ... kumohon jangan pernah tinggalkan aku! Aku tak ingin sendiri, Maw! Bangunlah!" ucap Xian menangis dipelukan Maw.
Namun, sepertinya Maw benar-benar sudah pergi untuk selamanya ... meski Xian menangis memanggil Maw, Maw tetap tak dapat lagi bangkit dari kematiannya.
Xian yang sangat takut akan kehilangan, kini bersikap kembali seperti dulu lagi ... fikirannya kosong secara tiba-tiba ia berdiam beberapa detik, hingga akhirnya ia sadar saat Xian menoleh mengarah pada Maw yang terbaring kaku di sampingnya.
"Aku akan membawamu ke rumah sakit, Maw! Sekarang juga! Bertahanlah!" ucap Xian yang segera menggendong Maw untuk pergi ke rumah sakit.
Sebenarnya Maw tak akan lagi bisa kembali, meski Xian akan membawanya ke rumah sakit sekali pun, tetapi Xian masih mempunyai harapan besar untuk menghidupkan kembali Maw seperti sedia kala.
Bip ....
Bip ....
Suara kunci mobil yang Xian hidupkan diiringi dengan cahaya lampu yang menerangi wajah Xian, Xian menaruh Maw di samping pengemudi lalu menancap gas dengan kecepatan tinggi.
Ia tak lagi memikirkan keselamatannya yang terpenting adalah Maw akan hidup kembali! Xian sibuk mencari rumah sakit hewan yang buka sampai malam begini, tetapi nahas baik tak lagi di tangan Xian.
Ia harus berputar berpuluh-puluh kilo jauhnya hanya untuk mencari rumah sakit hewan yang masih buka sampai malam hari, hingga akhirnya Xian menemukan rumah sakit hewan dengan plang nama kartika di depannya setelah satu jam lebih Xian memutari kotanya.
Citt ....
Bunyi decitan ban mobil Xian berhenti di halaman parkiran rumah sakit itu, ia turun dengan terburu-buru sembari menggendong Maw untuk masuk ke dalam.
"Dok ... dok! Tolong aku!" teriak Xian dalam ruangan unit gawat darurat.
Ruangan itu nampak sangat sepi hanya ada Xian di dalamnya, tak nampak dokter jaga satu pun yang terlihat di sana.
Xian yang kebingungan harus bagaimana lagi, memutuskan berteriak dengan sangat kencang. "Dokter?!" panggil Xian dengan suara yang sangat tinggi.
Barulah muncul pria berjas putih menghampiri Xian, "Maaf ... ada yang bisa saya bantu?" tanya dokter itu dengan datar.
"Dok ... tolong bantu anjingku, ia tak sadarkan diri sejak tadi dan mengeluarkan darah sangat banyak dari dalam mulutnya! Kumohon, dok! Bantu selamatkan dia, aku akan bayar dengan harga yang tinggi jika ia selamat!" ujar Xian dengan napas yang terburu-buru seraya membaringkan Maw pada ranjang hijau.
Namun, belum saja dokter itu memeriksa Maw atau hanya sekedar mengecek denyut nadi Maw, ia langsung menggeleng seperti sedang menandakan sesuatu yang tidak beres.
Seketika Xian menangis setelah melihat ekspresi dokter itu, "Dok! Kau mengapa hanya melihatnya? Ayo segera lakukan penanganan yang terbaik untuknya, dok! Kumohon!" Xian menyatukan tangannya, memohon pada dokter itu dengan sangat.
"Aku tidak bisa melakukan apa-apa lagi, ia sudah tenang berada di surga," ujar dokter itu seraya menepuk bahu Xian.
Xian yang mendengar perkataan itu, seketika menatap dokter itu dengan tatapan yang sangat tajam. "Apa katamu berada di surga? Ia tak akan pernah kemana-mana, ia akan terus di sampingku sampai kapan pun!" ujar Xian dengan air mata yang tiba-tiba menetes tak tertahan dari pelupuk mata Xian.
"Pak, inilah kenyataannya ... peliharaanmu ini sudah tidak lagi bernyawa, ikhlaskan dia." Dokter itu menepuk bahu Xian lagi dan meninggalkannya sendiri sembari memperhatikan Xian dari kejauhan.
Ia memeluk Maw dengan erat, Xian tak tahu lagi harus bagaimana setelah ini? Hidupnya kini benar-benar hancur. Xian terus menangis sembari memeluk Maw, air matanya seperti tiada arti kali ini.
Xian lagi-lagi harus menangisi sebuah kehilangan, kehilangan yang terus menghantui dirinya.
Sekarang? Ia seperti ditampar dengan kenyataan, ia menghilangkan nyawa teman yang seharusnya masih menemaninya hingga sekarang jika ia tak melakukan hal kecerobohan yang sampai menghilangkan nyawa Maw.
Xian menangis meratapi penyesalan yang tak akan pernah berarti lagi, ia mencium Maw dengan lembut ... mencoba menenangkan dirinya kembali, meski hatinya terus berteriak memanggil Maw untuk kembali.
Bersambung ....