webnovel

Pulau yang Hilang

• VOLUME 1 : Laut dan Pulau • Bermula dari kekesalan pada kedua orangtuanya yang terjebak dalam kesulitan ekonomi, membuat Beno memutuskan untuk pergi memancing bersama sahabat karibnya ke lautan lepas. Dimana Indra, sahabat karibnya itu pernah mendengar di lautan tersebut ada hal yang tak biasa. Singkat cerita, mereka pergi ke tujuan. Awal mula, keadaan biasa-biasa saja. Namun, tiba-tiba gumpalan awan hitam ada di hadapan mereka. Pusaran air laut yang maha dahsyat tiba-tiba tercipta dan dengan sekejap menarik mereka masuk kedalamnya. Dunia baru tercipta disana. Membawa Beno ke tempat dimana ia tak tahu sama sekali keberadaanya. Setiap masalah dihadapannya harus dituntaskan. Dengan atau tanpa bantuan siapapun. "Aww, apa ini?" Teriak beno sembari menyingkirkan kepiting kecil yang baru saja mencubit hidung Beno. Seketika itu, Beno terbangun dari hamparan pasir putih. Ia duduk, menyandarkan diri di bawah pohon kelapa tak berbuah. Kepalanya masih terasa pusing, mungkin karena tadi terbawa arus pusaran air dahsyat itu. "Dimana aku ini?" Katanya sambil memijat lembut kepalanya. ~~~ • VOLUME 2 : Padang pasir • Berkisah tentang perjuangan seorang abnormal berupaya membebaskan dirinya dari keabnormalannya yang sudah menjeratnya selama 2 tahun. Hidup bagai robot dengan segala perintah. Dipekerjakan tanpa kenal lelah. Membuahkan banyak untung bagi para penguasa. Dilindungi seorang penjaga yang selalu memprotectnya dari segala macam kecurigaan penjaga lain saat ia kembali mengingat semua kenormalannya. Gagal-Bangkit dialaminya saat hendak meraih kembali kenormalannya. ~~~ Masih penasaran dengan kelanjutannya?? Kuy baca!

Ayunaeli · 科幻
分數不夠
103 Chs

Kembali Abnormal

"Apa? Yang benar saja?! Hanya tersembur gas itu, ia bisa kembali normal?! Kita harus laporkan ini pada Bu Bos!" Gerutu seorang penjaga yang langsung mengambil tindakan menelepon Bu Bos yang dimaksud.

Ia berjalan keluar dari ruangan berukuran 16 m² itu. Diam dalam lorong panjang dan mulai berbicara dalam sebuah smartwatch di pergelakan tangan kirinya.

"Lapor Penjaga satu!" Ucapnya.

"Ya silahkan!" Timpal diseberang.

"Seorang pria telah kembali setelah menghirup gas yang bocor di lantai bawah,"

"Kembali apa maksudmu?"

"Dia telah kembali menjadi normal, berbicara seperti orang normal,"

"Yang benar kamu!!" Ucap seorang wanita di seberang telepon dengan nada cukup tinggi.

"Benar nyonya, kini ia berada di ruangan P03,"

"Baik! Tunggu saya akan segera kesana!" Sahutnya lahi yang kemudian mematikan sambungan teleponnya.

Berselang 10 menit, seorang wanita berpakaian rapi dengan dua orang penjaga berjalan dengan tergesa menghampiri penjaga yang tadi terdiam di lorong dan menghubunginya.

"Dimana dia?!" Tanya wanita itu dengan tegas.

"Dia ada di dalam," Jawab penjaga itu yang kemudian membukakan pintu untuk wanita tadi. Mereka masuk ke dalam ruangan itu, begitu juga penjaga yang membukakan pintu barusan.

Mata Matt segera tertuju pada wanita tersebut saat ia baru saja masuk dengan arogan. Terlintas secara tiba-tiba ingatan dalam benaknya tentang wanita itu.

"Matt?" Sapa wanita itu dengan terkejut saat tahu bahwa yang dibicarakan penjaga itu adalah Pria yang dikenalnya.

Matt memicingkan matanya, matanya serasa tak asing akan wajah manis itu. Ia seperti sering bertemu dengannya, namun sayang ingatannya tak mampu mengingat siapa dan dimana mereka bertemu.

"Beri dia gas itu!" Perintah wanita yang kira-kira berusia 30an itu. Dokter yang tadi memeriksa Matt mundur seketika. Dan dengan cepat, penjaga yang mengerumuni Matt memeganginya dengan erat, dua penjaga yang tadi bersama wanita tersebut mencekoki Matt dengan nebulizer yang entah berisi gas apa. Namun yang pasti hal itu kembali mengingatkannya pada kejadian yang ia lihat pada kakeknya. Jelas sekali ia tak bisa melawan, penjaga-penjaga berbadan kekar itu memegangi Matt dengan erat.

Kepalanya kembali pening, pandangannya memburam, telinganya lagi-lagi ditusuk denging tak asing, hingga akhirnya ia tak sadarkan diri untuk ke sekian kalinya.

Tak menunggu sampai sejam, Matt kembali membuka matanya, pandangannya menjadi kosong kini.

"Bangun!" Perintah wanita berambut sebahu itu.

Entah apa yang sebenarnya terjadi padanya, benaknya hanya menangkap perintah itu dan kemudian menjalankannya. Badannya terbangun dari keterbaringan dan masih dengan pandangan kosong.

"Sepertinya dia sudah kembali menjadi abnormal, aku minta tak ada kejadian sama yang terulang!" Tegas wanita itu seraya meninggalkan ruangan bersama dua penjaga yang tadi datang bersamanya.

"Jaga dia sampai aku kembali!" Pinta penjaga yang tadi menghubungi Wanita Bos pada Dokter yang merawat Matt. Ia berjalan keluar diikuti beberapa penjaga yang tadi mengerumuni Matt.

Dokter itu kembali mendekat pada Matt yang masih terbaring lagi, rasa iba muncul dalam dirinya.

"Kasihan sekali pria ini," Lirihnya pelan.

Tak berselang lama, penjaga tadi kembali bersama seorang penjaga wanita dan seorang lagi penjaga pria.

"Bawa dia!" Perintahnya pada kedua bawahannya.

Penjaga wanita dan penjaga pria itupun membantu Matt untuk terbangun dan segera mengiringnya entah kemana yang pasti mereka keluar dari ruangan berbau medis itu.

"Joanna! Jaga dia selama bekerja!" Suruh Kepala penjaga yang berjalan di depan mereka.

"Siap Pak!" Timpal penjaga wanita yang diketahui bernama Joanna itu.

Mereka mengembalikan Matt menuju kamarnya yang ada di tengah padang pasir bersama kawanannya yang lain. Menaiki helikopter dari tengah laut menuju padang pasir yang berjarak sekitar 6 Km dari sana.

Bangunan berbentuk persegi panjang dengan area kosong di bagian tengahnya telah nampak dari udara, beberapa pepohonan sawit dan kurma melindungi bangunan itu. Meski hari telah gelap, sorot lampu dari heli yang mereka tumpangi mampu menerangi area itu sehingga mereka bisa melihat dengan jelas kawasan yang sudah hening itu.

Mereka hampir mendarat di tengah-tengah bangunan itu. Deru baling-baling helikopter terdengar keras mengepulkan kawanan pasir kecoklatan dibawahnya. Beberapa penjaga mendekat untuk memastikan yang datang bukan dari kubu musuh. Deru mesin dan putaran baling-baling telah terhenti.

Pintu belakang heli terbuka dan turunlah seorang penjaga pria dari sana.

"Kami ingin mengembalikan pria ini!" Ucap seorang penjaga pria yang mengiring Matt dari Ruang perawatan.

Matt telah ikut turun, begitu juga penjaga wanita yang selalu mengiringnya. Mereka kini sedang menuju kamar Matt yang berjarak 100 meter dari sana.

Memasuki lorong gelap tanpa lampu, untungnya sorot lampu dari helikopter masih menyala dan menyoroti mereka, sehingga mereka masih bisa melihat jalan yang mesti mereka pijak meski tak terlalu jelas.

Kamar 035, pintu besi bertuliskan angka tersebut di bagian atasnya dibuka perlahan. Kamar itu merupakan kamar terakhir di bangunan tersebut, letaknya berdampingan dengan ruang para penjaga yang menjaga bangunan tempat para abnormal beristirahat.

Ruang berukuran 9 m² lengkap dengan tempat tidur gantung yang nampaknya tak nyaman bagi manusia normal. Sebuah jendela kecil di bagian kanan atas. Beberapa paku di sembarang tempat mungkin untuk menggantungkan pakaian, karena tak nampak ada lemari disana. Wastafel dan cermin di sudut lain. Nampaknya mereka tak pernah mandi, karena sedari tadi mengamati, seorang penjaga wanita yang mengiring Matt tak mendapati satupun kamar mandi. Tapi meski begitu, entah kenapa badan Matt yang dari tadi diiringnya tak menimbulkan bau tak sedap di hidung imut wanita itu tapi entah mungkin karena ia memakai pelindung wajah.

Matt segera diiring masuk kemudian dibaringkan dan dibiarkan beristirahat.

Sebelum beranjak pergi, seorang penjaga wanita yang baru saja mengiring Matt nampak tersenyum melihat Matt yang tidur dengan nyenyak disana. Meski temapt tidurnya benar-benar tidak nyaman, hanya beralas busa tipis setebal 1 cm dan kain yang menerawang sebagai selimut.

Kedua penjaga tadi segera keluar dan mengunci kembali pintu yang sudah berisi Matt didalamnya.

Keesokan harinya,

"Bangun!!" Bising pengeras suara yang sangat mendenging di telinga Matt.

Matanya perlahan terbuka beberapa saat setelah bising itu menggema di telinganya. Tubuhnya beranjak dari tempat tidur paling tak nyaman. Mengganti pakaiannya dengan salah satu pakaian yang tergantung di paku dekat tempat tidur gantungnya. Dengan kaku kakinya berjalan menuju wastafel dan kemudian membasuh wajahnya diikuti dengan menyikat gigi yang mulai menguning.

Deru helikopter mulai bersahutan. 4 helikopter telah siap mengantar mereka menuju bangunan besar tengah laut, para abnormal telah berbaris sesuai helikopter yang akan mereka naiki.

Baling-baling yang menderu membuat kepingan ingatan terlintas dalam benak Matt. Membuatany hampir kehilangan keseimbangan, namun untungnya dia masih bisa menyeimbangkan kembali posisi tubuhnya.

Helikopter pertama telah terbang. Diikuti helikopter kedua, dan kemudian akan disusul helikopter ketiga. Kini giliran helikopter terakhir yang bersiap, Matt ada dalam barisan terakhir itu dan tentu saja ia akan menaiki helikopter itu.

"Cepat naik!!" Perintah seorang penjaga.

Masih penasaran sama kelanjutannya? Tungguin ya bab selanjutnya!!

Ayunaelicreators' thoughts