webnovel

Obrolan Fabian dan Almira

Siangnya, Fabian yang baru saja mengerjakan tugasnya langsung meregangkan tangannya ke berbagai arah. Lalu tangannya merogoh ponsel yang ada dihadapannya itu. Dilihatnya ada banyak pesan masuk salahsatunya dari David.

Fabian mengernyit heran karena handphone miliknya dalam mode silent. Tidak mau ada yang menganggu pekerjaannya sehingga membuat ia tidak memperhatikan ponselnya itu. Segera ia beranjak dari kursi kebesarannya itu menuju cafetaria kantin.

"Emang ya kalau urusan makanan sama minuman itu si David paling semangat," batin Fabian sambil memasukkan handphone miliknya kedalam saku jasnya.

Fabian mengintai seluruh cafetaria yang sangat luas, mencoba mencari di bagian mana Asisten pribadinya itu berada.

"Disebelah mana sih tuh si David," ucapnya kesal ketika tidak kunjung menemukan Asprinya itu.

Disaat yang bersamaan, Almira juga nampaknya sedang menunggu makanan yang dipesannya. Ia duduk manis sambil menatap kearah keramaian orang-orang yang ada di cafetaria ini.

"Itu malah ada Almira, saya samperin aja kali ya. Daripada nyari si David yang enggak jelas dimana," batinnya sambil matanya menatap kearah Almira.

Bos tampan itu langsung berjalan kearah Almira yang tengah duduk sendirian, padahal ia sedang berada ditengah-tengah keramaian namun entah mengapa tatapan Almira terlihat kosong, ia terlihat seperti orang yang sedang banyak pikiran.

"Hai Almira," sapa Fabian.

Mendengar suara Fabian membuat Almira refleks langsung tersenyum menatap laki-laki yang ada dihadapannya itu.

"Pak Fabian? Kok tiba-tiba ada didepan saya?" tanya Almira.

Fabian langsung tersenyum kecut. "Kebetulan saya juga mau makan disini diajak sama David tapi saya enggak tahu dia ada disebelah mana," jelas Fabian jujur.

"Oh yaudah sini duduk, Pak."

"Boleh?"

"Boleh dong."

Fabian langsung duduk didepan Almira, hatinya begitu nyaman ketika berdekatan dengan Almira. Sementara itu Almira sendiri berusaha untuk tetap tenang meskipun rasanya sedikit canggung ketika ia harus duduk bersama dengan orang besar di Perusahaan tempatnya bekerja itu.

Sesekali Almira dan juga Fabian saling bertatapan hingga membuat mereka bertambah canggung terutama Fabian.

"Banyak wanita yang sudah dekat dengan saya tapi saya belum pernah merasakan kenyamanan seperti ini. Saya sangat bahagia ketika bersama dengan Almira padahal kita enggak ada ikatan apa-apa," batinnya.

Sementara itu Almira sendiri sekarang pikirannya tengah bercabang kemana-mana. Ia juga mulai kepikiran dengan mantannya yakni Agya, ia takut jika mantan kekasihnya itu terus-menerus menganggu dirinya dan juga Medina, sang adik.

Almira sendiri sudah tidak ingin berurusan lagi dengan laki-laki itu, laki-laki yang sudah membuat dirinya merasa berada dititik terendah dalam hidupnya, laki-laki yang sudah menggoreskan luka yang begitu dalam hingga membuatnya trauma dengan sosok laki-laki.

Padahal tidak semua pria itu buruk seperti Agya yang telah tega menghancurkan hatinya, namun saat ini Almira sendiri masih bingung dan bimbang. Ditinggal disaat tengah mencintai orang itu secara didalam memang sangat menyakitkan, mimpi dan juga rencana membangun hubungan yang indah harus kandas begitu saja.

"Aku harusnya udah bisa melupakan Agya, aku yakin aku bisa lepas dari bayang-bayang dia," bisik Almira dalam hatinya.

Almira juga mulai ingin kembali fokus bekerja dan berpikir bagaimana caranya agar karirnya di Perusahaan ini bisa semakin bersinar. Ia ingin membuktikan kepada orang-orang yang sudah menyakiti hatinya bahwa ia juga bisa sukses, bahwa ia juga bisa jadi orang yang independen, ia juga ingin membahagiakan sang mama disana dan tentu saja Tante Rita yang selalu mendukungnya, ia ingin membuat Tante kesayangannya itu bangga dengan dirinya.

Fabian terus melihat Almira yang terus melamun meskipun ada dirinya. "Almira melamun terus," batinnya.

Fabian juga sepertinya sudah mulai jujur dengan dirinya tentang perasaan hatinya pada Almira namun untuk mengungkapnya pada wanita yang telah membuatnya jatuh cinta itu masih belum ada niat. Apalagi jika dilihat-lihat menurut Fabian sendiri sepertinya Almira masih belum benar-benar bisa melupakan mantan kekasihnya.

"Aku sepertinya sudah benar-benar jatuh cinta dengan kamu, Almira. Saya baru sadar sekarang bahwa kamulah tipe perempuan yang saya cari selama ini dan bukan itu saja, kamu juga mampu membuat hati saya luluh," batin Fabian.

Tidak lama datang seorang waiters yang membawa beberapa makanan dan juga segelas jus mangga yang dipesan Almira. "Permisi," ucap waiters itu sambil membungkukkan badannya.

Fabian langsung mempersilahkan waiters itu untuk menyimpan makanannya kemudian waiters itu menatap kearah Almira yang malah terdiam terus dan tidak menyadari jika makanan dan minuman pesannya sudah datang.

Melihat itu Fabian langsung menyuruh waiters itu kembali pergi setelah menyimpan makanan dan minumannya. Lalu kemudian setelah itu Fabian langsung mengelus bahu dan juga memanggil nama Almira dengan nada suara yang lembut.

"I-iya Pak? Eh, iya makanan sama minumannya udah datang ya? Maaf ya," ucap Almira dengan gugup.

"Ngapain minta maaf? Lagian kamu lagi mikirin apa sih mir?" tanya Fabian mencairkan suasana.

"Enggak kok, Pak. Saya tadi cuma bengong aja nikmatin suasana disini," ucap Almira mengelak.

"Kamu jangan bohong, kalau kamu mau cerita sama saya kamu tinggal cerita aja ya," jelas Fabian.

"Iya, pak," jawab Almira yang masih terlihat canggung.

Almira langsung mengambil jus mangga pesanannya, lalu ia meminumnya. Setelah itu ia sedikit tenang. "Kenapa aku bisa lupa kalau aku lagi duduk sama Pak Fabian, bisa-bisanya aku melamun didepan Pak Fabian," batinnya.

"Almira kayak malu banget gitu, padahal biasa aja," batin Fabian sedikit tersenyum.

Tapi saat ini Fabian sendiri merasa terus ingin selalu ada untuk Almira, ia tidak ingin melihat Almira sedih apalagi merasa sendiri.

"Pak, saya minta maaf sekali lagi ya. Saya lupa kalau ada Pak Fabian disini," ucap Almira masih tidak enak.

"Iya kamu enggak usah minta maaf kok," jawab Fabian.

"Oh iya Pak Fabian mau pesan makan sama minum apa?"

"Nanti saya pesan sendiri."

Almira langsung mengangguk pelan.

Saat ini hati dan perasaannya sudah sedikit jauh lebih lega.

"Kamu lagi mikirin apa sih? Saya lihat dari tadi saat saya kesini pun kamu lagi diem terus," kata Fabian yang memancing Almira agar mau menceritakan tentang keluh kesah yang sedang dirasakannya.

"Biasalah, Pak," jawab Almira sambil tersenyum lebar.

"Masih mikirin mantan kamu itu ya?"

Almira langsung menatap wajah Fabian. "Kenapa Pak Fabian bisa tahu?" batinnya.

"Kenapa diem lagi? Tebakan saya bener ya?" tanyanya.

Almira langsung tersenyum kecil. "Enggak Pak, saya cuma lagi mikir gimana caranya saya suapaya semakin fokus dalam bekerja suapaya cita-cita saya kedepannya bisa segera terwujud," jelas Almira.

Dengan raut wajah penasaran. "Emangnya cita-cita kamu itu jadi apa?"

"Cita-cita aku cuma pengen membahagiakan dan juga membanggakan orang-orang yang ada disekitar aku terutama untuk orang yang selalu ada untuk aku. Oh iya, aku juga pengen banget bisa jadi orang yang bermanfaat dan memberikan impact positif bagi banyak orang," jelas Almira sambil memamerkan senyuman manisnya.

Mendengar hal itu membuat senyuman lebar terukir dari sudut bibir CEO muda dan tampan itu.

Disaat Fabian tengah asik menggobrol berduaan dengan Almira, dilain tempat David sendiri sudah cukup banyak memakan makanan yang dipesannya hingga tersisa sedikit kentang goreng dihadapannya. "Perut gue udah kenyang banget tapi Pak Fabian enggak muncul-muncul juga, apa jangan-jangan dia enggak kesini ya? Tapi tadi dia balas pesan gue," batinnya sambil mengusap-usap perutnya yang kekenyangan itu.