webnovel

Malam yg Indah

"Pak Fabian jangan liatin saya kayak gitu bisa enggak sih?" ucap Almira dengan nada pelan saat tidak sengaja memergoki Fabian yang terus memandanginya dengan tatapan yang tajam. "Siapa juga sih yang lagi liatin kamu?" balas Fabian mengelak

Setelah itu Almira langsung melanjutkan meminum minuman yang diberikan oleh Fabian. Malam ini suasana cukup tenang, udaranya tidak terlalu dingin namun juga tidak terlalu panas, kesejukan dimalam ini menyelimuti tubuh mereka berdua.

Malam ini rasa capek yang dirasakan Almira sepertinya sudah hilang karena saat ini tumbuhnya tidak terlalu kelelahan seperti saat ia baru datang ke kamar. Mungkin karena ia sudah istirahat tidur atau mungkin karena saat ini ia sedang bersama dengan Fabian yang membuat tubuh dan hatinya merasa sangat nyaman.

Fabian juga merasakan hal yang sama, ia merasa sangat nyaman dan bahagia ketika bisa melihat Almira tersenyum tulus. Ia berharap juga Almira bisa melupakan masa lalu pahit yang menimpanya dan mulai mau membuka hatinya kembali. Sebenarnya saat inipun Fabian masih belum menyangka jika ia bisa jatuh cinta dengan Almira karena memang hubungan mereka dari awal hanyalah sebagai Bos dan Staf. Sama halnya yang sedang Almira saat ini rasakan dan ia masih menganggap Fabian atasannya dan nampaknya ia tidak menyadari jika atasannya itu diam-diam jatuh cinta dengan dirinya.

"Semoga saya bisa meluluhkan hati kamu ya Almira, membuat kamu menjadi wanita paling beruntung dan juga paling bahagia di dunia ini," batin Fabian sambil melihat beberapa helai rambut Almira yang terurai sedikit tertiup angin malam.

Sesekali Almira juga melihat kearah Fabian dan lagi-lagi ia memergoki atasannya yang sedang menatapnya dengan tatapan yang menurutnya berbeda bukan seperti tatapan biasanya. "Ini perasaan aku aja atau emang Pak Fabian lagi liatin aku terus dari tadi?" batin Almira yang kali ini pura-pura tidak tahu dan lebih memilih diam untuk menikmati makanan dan juga minuman yang ada dihadapannya.

"Pak Ini Pak Fabian emang udah makan? Masa saya terus yang makan?"

"Saya udah makan dari tadi makannya saya inget kamu udah makan atau belum," jawab Fabian dengan wajah datar.

Setelah merasa kenyang, Almira menyenderkan kepalanya pada kursi tempat duduknya lalu ia melihat keatas langit. "Keindahan bintang-bintang malam ini benar-benar menggambarkan rasa bahagia yang aku rasakan hari ini padahal aku capek tapi enggak tahu kenapa bahagia aja gitu," batin Almira sambil tersenyum tipis menatap langit malam.

"Makasih banyak, Pak Fabian udah baik banget pake kasih Almira makanan sama minuman segala?" ucap Almira sambil melepaskan senyuman manisnya dihadapan Fabian.

"Setelah makanan dan minumannya abis aku enggak disuruh bayar kan?" tanya Almira melemparkan candaan.

"Kamu pikir saya orangnya itung-itungan apa," balas Fabian sambil mengerutkan keningnya lalu tersenyum simpul.

"Tapi emangnya Pak Fabian enggak capek ya seharian ini kita lumayan sibuk, saya aja sampe ketiduran," ucap Almira mulai banyak melemparkan pertanyaan untuk membuat topik pembicaraan agar suasananya tidak canggung.

"Saya udah biasa. Oh iya, kalau kamu ngerasa capek mending sekarang kamu ke kamar aja lagi buat istirahat dan saya maaf udah ganggu waktu istirahat kamu."

"Santai aja kali, Pak. Aku ngerasa malam ini benar-benar sejuk dan tenang banget dan rasa capek aku seharian itu rasanya hilang gitu aja lagian tadikan aku juga udah sempet tidur."

"Ini kita kerja serasa lagi liburan enggak sih, Pak. Ini semua gara-gara Pak Fabian juga misahin saya sama temen-temen yang lain," lanjutnya lagi.

"Hmmm, mulai deh ungkit-ungkit itu lagi. Saya kan juga udah minta maaf sama kamu."

"Ya enggak sih Pak."

"Udah, mending kita nikmatin aja suasana malam ini," lanjut Almira sambil menyilangkan kedua tangannya mendekap tubuhnya.

"Ini adalah impian saya, bisa berdua dan menikmati malam indah di taman seperti ini bersama kamu," batin Fabian yang merasa sangat bersyukur bisa duduk bersama dengan Almira.

Rasanya Fabian ingin menghabiskan waktu malam ini bersama dengan Almira, seluruh waktunya yang ia miliki rasanya hanya ingin ia habiskan dengan wanita yang sangat dicintainya ini.

Almira merasa juga merasa sangat bersyukur karena memiliki atasan yang sama sekali tidak sombong bahkan Almira bingung harus dengan apa ia membalas semua kebaikan-kebaikan Fabian. Karena, Almira merasa jika Fabian menganggapnya bukan hanya sebagai staf melainkan sebagai partner. Fabian juga tidak segan menjelaskan berbagai macam hal tentang bisnis di perusahaan jika ada bagian yang belum Almira pahami.

Sikap Fabian yang rendah hati benar-benar membuat Almira kagum dengan sosoknya.

Tidak lama kemudian saat mereka berdua sedang menikmati suasana yang indah dimalam ini handphone milik Fabian bergetar. Fabian langsung mengernyitkan dahinya karena merasa kesal ada orang yang menganggunya di saat-saat indah seperti ini. Mendengar suara handphone milik Fabian berbunyi membuat Almira sontak menoleh kearah Fabian.

"Siapa yang telepon Pak?"

Saat melihat nama David, Fabian langsung mengehla nafasnya karena ia sudah menduga jika sepupunya itu pasti tidak akan bisa berhenti menganggunya.

"Biasa David, dia ngapain coba pake Vidio Call segala."

"Wah Pak David? Coba angkat, Pak." Almira begitu antusias saat mendengar nama David.

Fabianpun langsung mengangkat telepon dari David.

"Ada apaan sih malem-malem telepon?" tanya Fabian.

"Wah songong banget, emangnya enggak boleh ya? Eh tunggu-tunggu lo lagi dimana? Kok kayak lagi diluar gitu sama siapa?" tanya David yang tidak mengetahui jika saat ini Fabian sedang masih bersama dengan Almira.

"Lo?" batin Almira yang biasa mendengar David selalu berbicara sopan saat di kantor pada Fabian. Almira juga belum mengetahui jika Fabian dan David sebenarnya memiliki ikatan darah.

"Gue curiga nih," ucap David.

"Curiga apaan sih? Lagian lo ngapain sih paket telepon gue segala?" keluh Fabian dan kali ini membuat Almira semakin bingung.

Almira mengerutkan keningnya. "Apa kalau di luar kantor mereka berdua kayak temen gitu ya cara bicaranya?" batin Almira.

Dalam telepon tersebut terdengar jelas jika David meminta Fabian untuk mengarahkan kamera kesampingnya, awalnya Fabian tidak mau tapi karena David terus memaksa akhirnya ia mau mengarahkan kamera pada Almira.

Almira langsung tersenyum lebar sambil melambaikan tangannya. "Hai Pak David?" sapa Almira dengan sangat ramah.

"Hai, wah-wah ternyata dugaan gue bener, kalian lagi ngapain malem-malem diluar gitu? Emangnya kalian lagi dimana?" ujar David yang langsung mencecar Fabian dan juga Almira dengan berbagai macam pertanyaan.

"Kita berdua cuma duduk-duduk biasa ditaman belakang tempat kita menginap di Surabaya," jelas Almira.

"Emangnya kalian enggak nginep di Hotel? Tumben banget biasanya Fabian kalau kemana-mana wajib banget nginep di hotel bintang lima," jelas David yang langsung membuat Fabian kesal mendengarnya.

"Udah belum nih teleponnya kalau udah mau cepet-cepet gue matiin," ucap Fabian yang tahu jika saat ini David hanya akan menganggu waktunya bersama dengan Almira.

"Sabar dong, buru-buru banget," jawab David.

Fabian melihat kearah Almira. "Pasti Almira kebingungan karena saya kan belum cerita sama dia kalau saya dan David sebenarnya memiliki ikatan yg sangat dekat," batin Fabian.