webnovel

Kebaikan Tante Rita

Pagi ini Tante Rita datang berkunjung menemui dua ponakan kesayangannya. "Pagi Almira, Medina."

Sang Tante langsung menyapa keponakan-keponakannya itu dengan sangat ramah sambil memeluknya. Ia juga membawa makanan yang biasa ia masak sendiri.

"Pagi Tante," sahut Medina yang langsung menyalaminya.

Tidak lama setelah itu Almira dengan pakaian rapihnya keluar dari kamarnya dan segera menemui dan menyalami sang Tante. Ia juga memberikan senyuman manisnya itu. "Ya ampun Tante repot-repot datang ke sini sambil bawa makanan lagi," ucapnya.

"Enggak repot kok sayang, ini nanti kalian makanan ya."

"Iya Tante, pasti Almira sama Medina makan kok. Tapi lain kali kalau kesini Tante enggak usah bawa apa-apa soalnya Medina sama Almira udah masak juga."

"Iya bener yang Kak Almira bilang Tan, kita enggak enak bikin repot Tante terus," sambung Medina.

"Oh jadi kalian udah bisa masak ya? Bagus dong."

"Iya dong, Tan," sahut Medina dan Almira kompak.

Setelah itu Rita langsung menatap wajah Almira yang kini sudah tidak terpuruk dan sedih seperti biasanya, raut wajah Almira sekarang jauh lebih segar dan semakin cantik meskipun hatinya ia rasa belum benar-benar sembuh melupakan semua yang sudah terjadi. Namun Rita merasa sangat senang keponakannya bisa bangkit dan semangat lagi dalam menjalani kehidupannya.

"Mira, Tante seneng banget sekarang kamu udah mulai masuk kantor lagi. Semangat terus yang sayang ya," ujar sang Tante memberi semangat pada Almira.

Almira langsung tersenyum lebar lalu meraih tangan sang Tante. "Makasih banyak ya tan, selama ini Tante udah menguatkan aku, Tante juga selalu ada disaat aku dan Medina lagi sedih-sedihnya karena ditinggal Mama."

Almira merasa jika Tantenya itu seorang pahlawan yang hadir disaat yang tepat. Tidak hanya itu, Almira merasakan kasih sayang yang begitu besar dari Tantenya sama seperti ia mendapatkan kasih sayang dari sang Mama.

"Iya Almira sama-sama. Kamu anggap aja Tante ini Mama kamu sendiri ya," sahutnya dengan senyuman tulus yang terukir disudut bibirnya.

Almira langsung menganggukkan kepalanya. Tidak lama setelah itu muncul seorang gadis yang tidak kalah cantik dari Almira dan juga Medina. Ya dia adalah sepupu mereka yakni Ariana.

"Mama lagi ngapain sih kok lama banget! Aku dari tadi tungguin Mama diluar loh!" keluh gadis yang tidak lain adalah Ariana.

"Ariana kamu ternyata ikut kesini juga ya?" sapa Almira dengan ramahnya sementara itu Medina hanya tersenyum manis pada Ariana, ia malas basa-basi dengan sepupunya yang satu itu karena ia tahu jika Ariana sedikit toxsic.

"Emangnya kenapa kalau gue kesini? Enggak boleh? Orang adik lo aja sering datang ke rumah gue! Mana kalau datang ke rumah cuma buat curhat sama Ibu gue doang!" tandas Ariana dengan wajah sinis menatap Almira.

"Bukan gitu maksud aku," balas Almira dengan nada lembut.

"Almira, Medina. Kalian jangan dengerin Ariana ya dia kan emang gitu anaknya," ucap Tante Rita.

"Mama ngapain sih ngomong kayak gitu? Mereka itu cuma bisa merepotkan keluarga kita aja! Dari dulu saat Ibunya masih hidup aja mereka sering banget bikin kita repot!" seru Ariana yang kali ini ucapannya membuat hati Almira terluka.

Meskipun hatinya sakit mendengarkan kata-kata itu keluar dari mulut saudaranya sendiri, Almira tidak punya pilihan lain selain hanya diam.

"Medina, Almira, kayaknya Tante sama Ariana harus pergi ya. Kalian berdua jangan lupa makan ya," ucap Tante Rita dengan raut wajah yang sedikit malu karena ulah putri satu-satunya itu.

"Iya makasih banyak ya tan," ucap Almira.

Sementara itu Tante Rita dengan buru-buru menarik tangan Ariana keluar dari rumah dan mengajaknya segera pergi. Setelah keduanya pergi Medina langsung menghela nafasnya. "Kak kenapa sih Ariana itu kayaknya benci banget sama keluarga kita emangnya keluarga kita punya salah apa sama dia? Aku jadi kesel deh," keluh Medina sambil menatap wajah Almira.

"Kakak juga enggak tahu, udahlah benar apa yang Tante Rita bilang kalau kita enggak usah dengerin kata-kata Ariana," balas Almira.

Medina memang tidak bisa sabar seperti Almira yang mau saja diperlakukan seperti itu oleh Ariana. Dari dulu juga Ariana seperti memiliki dendam pribadi.

"Aku heran sama Kakak bisa-bisanya tetep berpikir positif sama dia," ucap Medina.

Almira tersenyum supaya sang adik bisa sedikit lebih tenang. "Kamu tenang Medina, gimanapun juga Ariana itu saudara kita apalagi kamu tahu sendiri Tante Rita juga baik banget sama kita."

"Jadi, soal ucapannya Ariana jangan terlalu kamu pikirkan," lanjutnya.

Ya, meskipun ia sendiri sakit hati dengan ucapan Ariana apalagi saat Ariana menyinggung Mama Alda yang sudah tiada. Namun Almira mencoba untuk bersikap dewasa dan ia juga menjadi contoh untuk Medina.

"Aku juga sejujurnya sakit hati sih sama omongan Ariana apalagi saat dia bawa-bawa Mama yang udah enggak ada tapi ya mau gimana lagi," batin Almira.

"Sudah, lebih baik kita makan aja yuk makanan dari Tante Rita karena Kakak juga mau cepet-cepet berangkat ke kantor, kamu juga mau ke kampus kan? Daripada nantinya telat," ucap Almira mencoba menenangkan Medina yang kesal akibat ulah sepupunya itu.

Medina menganggukkan kepalanya, mendengarkan apa yang Almira katakan meskipun hatinya masih tetap merasa kesal.

Sementara itu sekarang Tante Rita dalam mobil langsung menasihati putri semata wayangnya itu. "Ariana kamu itu harus bisa jaga sikap kamu didepan Medina dan Almira!" serunya yang sudah kesal karena ini bukan sekali atau dua kalinya Ariana bersikap kurang sopan didepan Almira dan juga Medina.

"Aduh, Mah! Enggak usah lebay deh! Emang kenyataan juga benar kalau mereka berdua itu cuma bisanya repotin keluarga kita aja!" balasnya yang masih merasa menang.

"Ariana!"

"Apaan sih Mah?"

"Kamu itu bukan anak kecil lagi ya! Seharusnya kamu itu bisa bersikap dewasa, kamu jangan kayak anak kecil dong."

Ariana langsung mengerutkan keningnya, merasa sangat kesal dengan apa yang dikatakan oleh Mamanya sendiri. Ia merasa diperlakukan berbeda, ia merasa jika sang Mama lebih sayang dengan Almira dan juga Medina dibandingkan dengan dirinya.

"Sialan banget kan! Kok jadi gue yang dimarahin sama Mama kayak gini! Perasaan apa yang gue bilang itu bener! Lagian kenapa sih gue harus punya saudara rese kayak si Medina sama si Almira mana Mama kayaknya sayang banget lagi sama mereka bahkan kayaknya sayangnya Mama sama mereka itu sudah berlebihan! Lagian apa spesialnya mereka berdua itu sih! Kalau dilihat-lihat mendingan gue kemana-mana," gerutu Ariana dalam hatinya.

Ariana menyetir mobilnya dengan perasaan kesal meskipun matanya fokus menatap jalanan namun hati dan pikirannya terus merasa kesal dengan sang Mama yang ada disampingnya itu.

"Lagian Mama juga lebay banget! Si Almira sama si Medina itu kan bukan anak kandungnya tapi kenapa bisa akrab banget gitu sih sedangkan sama gue bisanya cuma marah-marah doang," batin Ariana.

Sedangkan Tante Rita sendiri sesekali melirik kearah Ariana untuk memastikan jika putrinya itu menyetir mobil dengan benar. "Pasti Ariana marah sama aku karena aku udah nasihati dia soalnya kalau aku diem terus nanti jadi kebiasaan, aku juga udah bingung gimana caranya buat mendidik Ariana supaya jadi anak yang baik dan penurut," batin Tante Rita. Rasa sayangnya pada Ariana memang begitu besar karena Ariana adalah satu-satunya putrinya yang ia miliki namun sayangnya Arina tidak pernah sadar jika sang Mama juga begitu sangat mencintainya.