webnovel

PRIA KERAS KEPALA

Aku mungkin terlalu lama menyadari perasaanku yang semu. Namaku Jeon Jung Ki. Pria mengenaskan yang ditinggal kedua orang tuaku saat sedang bermain di taman dekat rumah saat usiaku duabelas tahun. Aku tinggal di rumah pamanku setelah kematian ibuku. Rumah asalku di Bu San. Lalu aku dikirim oleh pihak kepolisian untuk tinggal di rumah pamanku. Kakak dari ibuku. Hidup cukup dewasa di rumah pamanku, tidak tamat sarjana dan aku harus bekerja paruh waktu dikafe milik seseorang dengan menjadi barista pada akhirnya aku menjalin hubungan dengan seseorang. Pria dewasa dua tahun dariku. Sayangnya setelah aku mendapatkan kebahagiaanku sejenak dengan pria itu, namanya Kim Tae Woo. Pada akhirnya aku juga mendapatkan rasa sakit. Ditinggalkan dan ditinggalkan lagi. Aku harus percaya pada siapa, saat rumahku setelah pamanku adalah Kim Tae Woo? Pria itu memilih menikah dengan wanita pilihan ibunya, dan menjadikanku sebagai pacar keduanya. Sejak awal hubungan ini sudah salah, tapi aku sudah terlanjut mendapatkan rasa sakit.

sakasaf_story · LGBT+
分數不夠
58 Chs

33. Ketahuan Berbohong Pada Ji Min.

"Siapkan minumannya," minta Ji Min setelah mendengar jawaban Jung Ki mengenai pria yang datang ke kafe saat Ji Min sedang sibuk mengambil stok barang untuk membuat beberapa pesanan dari pelanggan.

"Baca ini," minta Ji Min dengan memberikan tulisan menu yang dia dapatkan dari pria yang datang dengan pakaian dan tas besar miliknya.

"Kau mau ku buatkan sekarang atau nanti, Kak Ji Min?" tanya Jung Ki pada Ji Min karena pekerjananya hampir berantakan hanya karena kedatangan Ji Hoon

"Nanti, pelanggan nomor satu Jung Ki." Jung Ki menganggukkan kepalanya pelan, pria itu mengambil gelas kaca dan mulia mengukur dosis dan beberapa bubuk yang dia butuhkan, meraciknya sesuai dengan takaran dan mencampurnya dengan baik.

Es, susu, tanpa gula, pemanis dan beberapa hiasan penutup atas mejanya.

Ada beberapa sedotannyang dia pasang dengan sendok yang sengaja dia siapkan agar tidak mendapatkan masalah siapa tahu jika Ji Hoon membutuhkan barang itu untuk mencari masalah dengannya.

"Lengkap sekali," celetuk Ji Min saat dia melihat Jung Ki memberi beberapa toping dan juga alat minum sangat lengkap tidak seperti biasanya. "Aku sengaja memberinya, antarkan saja Kak. Aku tidak ingin dalam masalah," jawabmya cari aman dan mendorong baki untuk mengantarkan minuman yang dipesan oleh Jeon Ji Hoon agar cepat pergi juga dari tempatnya bekerja.

Ji Min membawa minumannya dengan baik, tangan yang sama, dan postur tubuh yang sama, bersih tegak dengan membawa baki kecil berisi minuman dengan baik.

"Ini minumanmu," ucap Ji Min dengan berusaha mencari sisi lain dan celah agar bisa menaruh minumannya ke sisi meja untuk mendapat sedikit tempat untuk pesanan pria tersebut.

"Tolong taruh di sisi kiri," jawab Ji Hoon dengan menujuk sisi sempit samping bukunya dan memberikannya dengan baik.

Baru saja Ji Min selesai meletakkan minumannya dorongan kecil tidak sengaja atau disengaja oleh Ji Hoon berhasil membuat Ji Min terkejut karena minuman itu tumpah dengan gelas dan suara nyaring satu ruangan karena jatuh.

"Astaga!" terkejutnya Ji Hoon yang saat itu membuat Jung Ki menghela nafasnya berat. "Kau menjatuhkannya," ucap Ji Hoon langsung menuduh Ji Min bahkan saat pria itu baru saja melangkah satu kaki berbalik dan minuman itu tumpah mengenai celana panjangnya dan sebagian sepatunya.

"Tunggu dulu! Kau yang sengaja memenuhi satu meja ini, saat aku menaruhnya dengan baik, semua tidak ada masalah. Kau yang mendorongnya tanpa sengaja." Ji Min membela dirinya sendiri karena dia yakin jika yang dia lakukan sama sekali tidak disebut kerugian dari pihak caffe. "Aku pembeli, dan aku raja di sini. Kau yang bersalah."

"Maaf, tapi aku sama sekali merasa jika aku tidak bersalah, seharusnya kau yang mengganti rugi biaya minuman dengan gelas yang sengaja kau pecahkan." Ji Min kembali menunrut apa yang dikatakan Ji Hoon untuknya dan padanya juga.

"Hey! Kau tidak sopan!" teriak Ji Hoon membuat Ji Min mengeratkan tangannya sebagai kepalan, tidak sampai Ji Min melakukan kekerasan dan kembali angkat bicara Jung Ki menghalangi Ji Min untuk mendapat masalah dengan Jeon Ji Hoon kakak sepupu laki-lakinya.

"Kak Ji Min, biarkan saja. Aku akan menggantinya dengan uangku," sela Jung Ki saat Ji Min sudah kesal dengan apa yang kakak sepupu laki-lakinya lakukan di tempat kerjanya.

Jung Ki datang dengan sarung tangan, tempat sampah kecil tempat pecahan kaca dan juga lap air yang akan dia gunakan untuk mengelel lantai yang basah.

"Biarkan aku membersihkannya, aku hanya tidak ingin ada pelanggan yang melihat kekacauan ini, Kak." Jung Ki mengambil langkah cepat dengan membersihkan lantai, mengambil pecahan gelas kaca dan es batu yang masih membeku san air yang akan dia gunakan sebagai penyerap kotorannya.

"Sopanlah sedikit, anak muda. Kau lebih muda dariku, jika kau tidak bisa sopan setidaknya bersikaplah seperti manusia." Ji Min sedikit menasihati dengan membantu kekacauan yang Ji Hoon lakukan baru saja.

Pecahan kaca selesai dibersihkan, Ji Min mendapatkan sebagian pecahannya dan memilih berjalan keluar ke tempat sampah untuk menghilangkannya.

Hanya da Jung Ki dan Ji Hoon di ruangan itu, dengan posisi Jung Ki yang sibuk membersihkan lantai dimana Ji Hoon melakukan kekacauan kali ini Ji Hoon angkat bicara. "Jadi seperti ini caramu bekerja?" tanya Ji Hoon membuat Jung Ki terdiam tanpa suara dan tetapenutup mulutnya agar tidakendapat masalah lebih dalam dan serius hanya karena doa sedang bekerja.

"Jeon Jung Ki, belum puaskah kau menjadi pria buruk pembawa sial dimanapun kau berada?" tanya Ji Hoon lagi-lagi diabaikan oleh Jung Ki karena pria iru memilih tetap diam dan menyelesaikan pekerjaannya.

Pria itu berjalan menjauh menuju tempatnya bekerja dan memilih untuk membuat pesanan Ji Hoon ulang agar tidak membuat Ji Min curiga hubungan antara dirinya dengan Jeon Ji Hoon.

"Kau mengabaikanku?" Ji Hoon mencekal tangan Jung Ki saat pria itu berusaha menjauh dan mengabaikannya dengan tujuan liciknya sendiri. "Kau berpikir seperti itu?" tanya Jung Ki balik membuat Ji Hoon terdiam.

"Aku memintamu untuk pergi sebelumnya, dan kau memilih datang. Aku memasamu untuk meninggalkan tempat kerjaku, namun kau memilih untuk menetap dan membuat masalah di sini."

"Ketahuilah Kak, dimanapun kau berada, didekatku atau dijauhku, kau yang menjadi pria pembawa sial. Karena kau memang sial yang sebenarnya ada di dunia ini, Kak Ji Hoon." Jung Ki mengatakannya dengan tatapan kosong dan wajah yang datar.

"Pergilah jika kau masih ingin menghentikan mempermalukan dirimu sendiri, lanjutkan saja jika kau ingin membuatku dalam masalah namun berbalik pada dirimu sendiri." Jung Ki menjauh dengan menghempaskan tangannya saat Ji Min masuk ke ruangan tersebut agar tidak terlihat sangat aneh nantinya.

Mata tajam Ji Min melihat ke arah Ji Hoon dan beejalan mendekat ke arah Jung Ki yang sedang membuat ulang minuamnnya kembali. "Pria itu menyebalkan," celetuk Ji Min dengan menghela nafasnya berat karena dia hampir kelepasan dan tidak bisa menahan kemarahannya.

"Sudahlah Kak Ji Min." Jung Ki hanya bisa memberi sedikit ketenangan pada Ji Min agar tidak memiliki kemarahan yang lain yang akan mengubah mood baiknya sejak pagi.

Setelah menceritakan bagaimana hubungan Kim Seok Jin pada Jung Ki, cukup banyak antara Jung Ki dengan Twe Woo dan beberapa masalah yang keduanya alami.

Sikap cuek dan masalah kecil antara Jung Ki dengan Ji Min karena tadi malam Ji Min melihat Jung Ki dan Yoon Seok pergi ke klinik kesehatan bahkan saat Jung Ki sudha diantara oleh Kim Seok Jin ke rumah sakit sekitar juga.

"Biarkan aku yang memberikannya." Jung Ki memberikan minuman yang sudah dia buatkan untik Ji Min dsn untuk dirinya. Lalu Jung Ki berjalan menuju Ji Hoon dengan minuman yang sama dengan gelas, air, dan takaran yang sama.

Jung Ki datang dengan minuman, dan mengalihkan beberpa buku dan merapikannya dan menumpuk. "Minum ini dan jangan membuat masalah di sini, Kak." Jung Ki berjalan kembali ke tempatnya untuk berbicara dengan Ji Min lagi.

"Kau sudah mengurusnya?" Ji Min bertanya pada Jung Ki karena dia kembali dengan wajah santai dan tatapan yang tidak mendapat tekanan apapun. "Tidak perlu mengingat apa yang baru saja terjadi, Kak Ji Min."

"Tadi hanya kesalahan kecil, lupakan saja." Jung Ki mengatakannya pada Ji Min dengan santai agar Ji Min melupakannya, pria itu terkekeh san mengambil sedotan untuk dirinya dan Jung Ki. "Minum minumanmu," ucap Ji Min saat dia menyedotnya dengan cepat karena ada satu pelanggannyang mulai datang, Ji Min menyimpan minimannya ke sisi lain Jung Ki dan kembali menyapa pelanggannya.

"Tolong tiga susu putuh hangat untuk putri dan istriku," minta pria tadi saat dia menunjuk satu mobil yang masih aktif karena dia akan menunggunya minumannya dengan ukuran dibawa perjalanan.

"Tunggu sebentar, tuan." Ji Min pergi ke arah Jung Ki untuk menyerahkan menunya. "Tiga susu putih hangat dengan cup kemasan." Jung Ki menganggukkan kepalanya pelan dan mengambil tiga cup kemasan hangat.

Jung Ki memanaskan air dan mulai memberi takaran kecil susu tanpa gula yang akan merusak gigi dan memberikan satu kardus untuk membawa pesanannya. "Ini," ucap Jung Ki pada Ji Min saat pria itu sedang mengurus pembayaran dan menyerahkannya langsung pada pembelinya. "Terimakasih, nak." Jung Ki tersenyum dan mengangguk, Ji Min mengurus kembkianmya dan pria itu peegi dengan mobil yang menyala setelah lima menit menunggu.

Gerakan antara Ji Min dan Jung Ki sejak tadi dilihat oleh mata tajam Ji Hoon, dan dengan serius dan kesal juga pria itu hanya busa menaikan satu alisnya pelan.

"Pria itu benar-benar munafik," ucapnya kembali meminum minumannya dan menyelesiakan tugansya dengan cepat.

Cepat selesai namun tidak cepat pulang. Ini berbeda.

"Bagaimana minumannya?" tanya Jung Ki saat menanyakan bagaimana rasa minumannya pada Ji Min karena dia mengurangi gula yang dia gunakan sekarang. "Kau sedikit merubah takarannya?" Jung Ki menganggukkan kepalanya jujur.

"Perutku sedikit nyeri jika aku minum terlalu banyak air manis, tapi tidak dengan cemilan." Jung Ki menjawabnya jujur, pria itu memutar bola matanya malas.

"Aku akan terbiasa dengan itu, lagipula minuman ini sangat aman jika kau tidak terlalu memperbanyak coklat. Susunya terasa begitu pekat, aku suka." Jung Ki terkekeh begitu Ji Min menyadari jika ini lebih ke dominan minuman memiliki banyak susu daripada coklatnya.

"Sejak tadi pria itu terus melihat ke arahmu dengan tajam, terus berbicara kecil karena tidak suka padamu." Jung Ki memutar bola matanya malas, dia menaikan satu alisnya sedikit menjawabnya kecil.

"Aku tidak mengenalnya," jawab Jung Ki singkat dan menjelaskan jika dia tidak perduli, tidak masalah, dan bukan urisannya untik mencampurinya. "Baiklah." Ji Min meneguk minumannya.

"Ku pikir kau hanya berpura-pura tidak mengenalnya, karena sejak tadi aku bisa melihat tatapanmu yang melihat gerak gerik pria itu namun kau berusaha keras untuk menjawab jika kau tidak mengenalnya."

"Kau sulit menutupi kebohonganmu, Jung Ki. Aku bisa melihatnya, dan kau sedang berbohong sekarang."

Hallo, saya tetap memberi peringatan pada kalian untuk jangan mencontoh dan tetaplah terbuai saja pada novelnya.

sakasaf_storycreators' thoughts