webnovel

AWAL

Honda jaz berwarna merah, masuk pintu gerbang sebuah kampus ternama itu melaju pelan, hingga masuk ke sebuah tempat parkiran. Mobil-mobil mewah berderet berjajar dengan rapi. Tampak sebelah kanan mobil alphat, tersisa, satu tempat kosong. Dengan pelan, mobil itu mengarah ke tempat kosong  sebelah kanan mobil alphat. Tiba-tiba, sebuah mobil hitam, lamborgini masuk menyelip tempat itu. Dari dalam mobil honda  jaz, tampak seorang wanita terlihat kesal dan sedikit kecewa. Ia hanya bisa memberi suara klakson mobilnya  pada arah orang yang memarkirkan mobil hitam lamborgini. "Tid ... tid ... tid ...." Pengemudi itu keluar dari mobil lamborgini hitam, dengan kaca mata yang masih menempel. Ia mulai mendekati mobil berwarna merah itu. Spontan gadis itu, cukup terkesima, melihat pesona pria yang populer di kampus itu.

"Hey kau! Turun," ujar pria berkaca mata hitam, dengan angkuh.

Wanita itu tampak gugup. Ia dengan sedikit panik keluar dari mobil honda jaznya.

"Maaf ... maafkan saya," ujar wanita itu, dengan gugup, sambil tertunduk.

Pria itu hanya diam memandang wajah culun wanita yang berambut kepang dua dan berkaca mata putih.  Pria itu menatap dengan dingin. Wanita itu terlihat sangat gugup dan ketakutan.

"Hey! Aku baru lihat wajahmu! Siapa kamu?" tanya Pria itu dengan dingin.

"Maaf ... maafkan saya! Saya mahasiswa pindahan," balas wanita itu, yang terlihat masih gugup dan menunduk.

"Kau tahu, ini tempat siapa?" tanya pria itu, sambil menunjukkan ke arah mobilnya.

"Maaf ...! Saya cari tempat parkir. Saya pikir ..., tempat itu kosong. Jadi ... saya berencana untuk menempatinya," balasnya terbata-bata.

Wanita itu masih ketakukan dan gugup dihadapan seorang pria yang paling populer di kampus itu. Namun, pria itu masih berdiri menatap dengan dingin.

"Kau tahu itu tempat siapa?" bentak pria itu dengan keras.

Wanita itu semakin menunduk penuh dengan ketakutan. Wajahnya seakan menahan tangis, namun ia masih bisa  bertahan dan menunduk.

"Hey kau! Mengapa kau terus menunduk?"

"Maaf ...! Maafkan saya! Saya tidak bermaksud ....!"

"Hey! Bisakah kau berbicara dengan tenang, tanpa harus menunduk ketakutan? Kau pikir aku setan apa?" bentak pria itu yang masih kesal, dan memotong kata wanita yang ketakutan itu.

Tiba-tiba wanita itu menangis tersedu-sedu di hadapan pria itu. Ia sudah tidak tahan dengan kegarangan  pria yang belum ia kenal.

"Hey ... hey ... hey ....! Sudah ... sudah ...! Kau tak perlu menangis," bujuk pria itu merasa kasihan.

Wanita itu masih saja terus menangis tersedat-sedat. Sambil tertunduk dengan rasa ketakutan.

"Sial! Mimpi apa aku semalam?" gerutu pria itu, sambil menolakkan kedua tangannya di atas pingang, dengan wajah sedikit kebingungan.

Wanita itu masih terdengar menangis ketakutan, seakan ia sedang bertemu dengan seorang preman. Pria itu terus mempelototi wanita yang sudah tidak berdaya dengan ketakutannya.

"Hey! Apa kau akan terus menangis seperti itu?" tanya pria itu tanpa rasa bersalah sedikit pun.

Sudah lima menit pria itu berdiri menatap wanita yang masih terus menangis di hadapannya. Tiba-tiba, datang empat sosok wanita cukup modis dan cantik dengan penampilan luar biasa. Empat wanita itu cukup heran, saat berada didekat pria berkaca mata. Mereka terus memperhatikan, seorang wanita berambut kepang dua, dengan kaca mata putihnya. Mereka saling menatap satu sama lain, seakan-akan mempertanyakan keadaan yang sedang terjadi. Wanita itu terus terisak-isak, tanpa memikirkan empat wanita yang baru datang.

"Em ...! Hay Candra?" sapa Angel dengan ramah.

"Em ...! Kalian bisa urus wanita ini?" tanya Candra, dengan wajah kesalnya.

"Oia tentu! Kami bisa ko," sahut  Angel, dengan cepat, dan tersenyum.

"Kalau begitu ... kalian urus wanita ini," tegas Candra, sambil pergi.

Tiga sahabat Angel hanya bisa sedikit menggelengkan kepala sambil menghela nafas. Tapi tidak bagi Angel.

"Ok! Kalian paham, apa yang harus kalian lakukan?" tanya Angel dengan senyum.

"Iya! Terus kami harus bawa ke mana wanita yang malang ini nyonya Angel?" sahut Ratna, yang sedikit dongkol.

"Sudah! Lu ... lu pada. Jangan banyak protes. Gua mau mengejar impian dulu. Bay bay ...," ujar Angel meninggalkan tiga sahabatnya, tanpa beban.

"Idih ...! Emang parah tuh anak. Lama-lama bisa gila juga tuh si Angel," gerutu Sari.

"Hey Sari hello ...! Lu ini kaya baru tahu aja sih, gimana kelakuan tuh anak?" sahut Veronica.

"Woy! Sudah ...! Bukan saatnya kalian pada berdebat. Ini anak mau kita apakan coba?" tanya Ratna.

"Mana gue tahu?" sahut Sari, dengan sebal.

"Lagian ..., ngapain juga ngurus anak yang ngga penting ini. Kenal aja gue mah ogah. Lu pada bisa lihat ngga penampilannya anak ini?" ujar Veronica, memandang wanita itu dengan tengil.

Wanita itu mulai berhenti dari tangisannya. Namun ia masih tertunduk penuh kecemasan. Tiga wanita itu menatap dengan sinis. Dari ujung kaki hingga kepala, mereka tampak menyisir pandangan matanya, pada wanita berambut kepang dua.

"Hey! Gue baru lihat wajah lu? Apa lu ada masalah dengan si Candra?" tanya Veronica dengan tengil.

"Maaf ...! Saya mahasiswa baru di sini," balas Kania, yang masih tertunduk.

"Lu mahasiswa baru sudah bikin ulah sama si Candra! Wah-wah ...! Hidup lu bisa berantakan kalau begitu," tukas Sari, yang mulai mendekati Kania, dengan wajah sinisnya.

Kania semakin gugup dan ketakutan dihadapan tiga wanita yang baru ia jumpai itu. Kata-kata itu, semakin membuatnya meringis. Tiga wanita itu tampak senang dan tersenyum melihat ekspresi penuh ketakutan Kania.

"Apa yang sedang kalian lakukan?" tanya seorang pria yang sudah berdiri di belakang mereka.

Sontak tiga wanita itu terkejut, sontak wajah sinis itu hilang seketika.

"Eh Rizki ...! Itu anu ..., kami itu ...!" sahut mereka sedikit gugup.

"Apa?" potong Rizki, sedikit membentak.

Tiba-tiba Veronica mulai mendekati dan beramah tamah pada Rizki. Ia tersenyum dan memperlihatkan pesonanya di hadapan Rizki, sambil mulai  berkata, " Rizki! Kamu tidak usah repot-repot mikirin urusan ini. Lebih baik, kita jalan bareng! Gimana Rizki?" tanya Veronica dengan senyum ramah sepenuhnya.

"Hey kamu! Kenapa denganmu?" tanya Rizki, pada Kania, yang mengabaikan ajakan Veronica.

Spontan Kania terdiam dan masih bingung, jika pria itu bertanya padanya. Mimik wajah Veronica tampak mulai sedikit kesal, merasa ia diacuhkan oleh Rizki.

"Hey! Jawab! Apa lu tuli?" tukas Veronica dengan sinis.

"Owh...! Sa ..., saya?" balas Kania yang masih gugup.

"Iya emang lu! Siapa lagi kalau bukan lu?" bentak Veronica, sambil mendelik.

"Maaf ...! Maaf ...," ujar Kania dengan gugup.

Spontan Rizki langsung menarik tangan Kania tanpa sepatah kata, ia ditarik dan di bawa oleh Rizki. Veronica hanya bisa menahan rasa amarahnya, saat Rizki menarik dan mengajak Kania pergi dari hadapannya.

"Rizki ... Rizki ... Rizki ...," teriak Veronica dengan kesal.

"Haah! Ada yang galau lagi kayanya?" sindir Ratna dengan enteng.

"Ya ...! Ya ..., ya! Hulala ..., lalala," sahut Sari, bernyanyi-nyanyi.

"Lu lu pada kaya seneng sekali sih lihat gue menderita begini?" ujar Veronica dengan wajah cemberutnya.

"Lagian, lu nya kurang gesit sih! Coba lebih gesit lagi. Pasti lu dapat," sahut Sari.