webnovel

Tamu tidak Diundang!

Ting Tong Ting Tong

Suara bel berbunyi membuat salah satu asisten rumah tangga di rumah itu yang awalnya bertugas untuk melayani mereka di meja makan melangkah keluar untuk membukakan pintu.

Tetapi saat kembali, asisten rumah tangga itu tidak datang sendiri, melainkan bersama, "Ngapain sih dia pakai datang juga, bikin mood jelek aja," gumam Kevin pertama kali. Membuat Lucy lalu menyahut, "Oma yang meminta Luna datang kesini, kenapa? Kamu nggak suka?"

"Iya jelas Kevin nggak suka!" Kevin ngomongnya jutek banget, membuat Mila langsung memberikan teguran pada Kevin.

"Kevin, please! Bisa nggak sih kamu kalau ngomong sama oma itu yang sopan sedikit?" Sebenarnya Mila menegur Kevin dengan berbisik, tapi karena keadaan sedang sunyi karena kedatangan Luna, beberapa orang di sana justru mendengar teguran Mila pada Kevin.

Membuat Orland sekali lagi menatap bangga pada gadis pilihan yang dibawa oleh Kevin untuk dijadikan calon istrinya itu.

Kevin hanya mendengkus mendengar omelan Mila padanya, tidak berniat membantah ataupun mendebat. Karena mau bagaimanapun sikap omanya pada Mila, Mila tidak akan membenarkan tindakannya. Pasti akan terus membela omanya.

"Halo semuanya!" Sapaan Luna barusan membuat perhatian semua orang menuju ke arahnya.

"Hai sayang, aduh kamu semakin hari semakin cantik aja ya!" Lucy sengaja memuji Luna dengan heboh untuk menyakiti Mila.

Tetapi Elena tidak tinggal diam saja melihatnya. "Halah, cantik operasi plastik juga buat apa!"

"Elena!" tegur Lucy, tetapi Elena acuh. Dia hanya berkata, "Memang benar 'kan Ma? Dia baru aja operasi plastik dua minggu lalu di Korea. Itu hidungnya jadi mancung berlebihan kayak pinocchio!"

"Sayang." Chris mencoba menghentikan istrinya agar tidak terjadi perdebatan antara istrinya dan juga ibunya.

"Kamu duduk dekat Kevin ya, Sayang." Lucy menempatkan Luna duduk di sebelah kiri Kevin, karena Mila kebetulan sudah menempati duduk di sebelah kanan Kevin.

"Vin, kamu ganteng banget sih hari ini. Kamu pasti sengaja ya karena tahu aku mau datang?" Luna mengatakan itu dengan sebelah tangannya mengelus pipi Kevin dengan menggoda, membuat Kevin segera menangkis tangan liar Luna.

"Apaan sih kamu ini! Ma, Kevin tukar tempat duduk dong. Jadi nggak enak banget duduk di sini." Kevin segera mengatakan itu setelahnya.

Kebetulan mamanya Kevin duduk di sebelah kanan Mila, jadi posisi Mila tadi diapit oleh Elena di sebelah kanan dan Kevin di sebelah kiri. Nah, sekarang Kevin yang menempati tempat duduk Elena.

Jadi, Elena berganti duduk di sebelah Luna, sementara Kevin masih bisa duduk di sebelah kanan Mila.

"Ihh Kevin, kamu kok gitu sih?" protes Luna dengan nada manjanya, membuat Elena langsung melemparkan serangan. "Gak usah lebay deh kamu. Biasa aja!"

"Oh iya Oma, tadi sebelum kesini aku mampir beli cake buat oma. Nanti selesai makan malam, kita makan rame-rame ya!"

"Ehemm banyak kalori!" Elena sengaja menyahut, membuat Chris hanya menggelengkan kepalanya. Sedikit heran dengan sikap istrinya yang selalu terkesan kejam terhadap orang-orang yang tidak dia suka.

"Aduh, harusnya kamu gak perlu repot-repot Sayang. Makasih ya, kamu baik banget deh. Beda banget sama calon istrinya Kevin yang datang kesini nggak bawa apa-apa." Lucy sengaja menekankan kata 'nggak bawa apa-apa' untuk menyindir Mila.

Membuat Kevin hampir, hampir saja kembali tersulut emosi, tetapi Mila memilih untuk mengalihkan pembicaraan.

"Oh iya Ma, ini yang masak sop merahnya siapa? Enak banget. Mila suka!" serunya, membuat Kevin tersenyum melihatnya.

Untung saja Mila tidak terpengaruh dengan ucapan omanya barusan.

Meskipun sebenarnya Mila sengaja mengesampingkan perasaan sakit hatinya karena perlakuan oma Kevin karena tidak ingin merusak suasana, apalagi kalau sampai Kevin tersulut emosi.

"Mama loh yang masak. Beneran kamu suka?"

"Iya Ma. Rasanya persis banget sama buatan mama Mila. Rasa terbaik sedunia!" Mila mengatakan itu dengan mengacungkan ibu jempolnya, membuat Elena memberikan senyuman lebarnya.

"Kamu bisa aja deh ngerayu mama."

"Cari muka!" sindir Lucy, tapi Mila memilih untuk mengabaikannya. Semakin didengarkan juga semakin sakit hati. Jadi lebih baik dibiarkan saja.

"Luna juga suka banget loh Tan sama masakan daging tante ini, apa ya ini namanya?"

"Masa' kamu gitu aja nggak tahu sih. Nggak bisa masak, ya?" sindir Elena sarkas.

"Sayang, kamu juga cobain ini deh. Rendang buatan mama paling enak! Mama bahkan sampai sengaja pesan dagingnya langsung dari Australia loh waktu aku bilang kamu mau datang."

Kevin mengambilkan makanan untuk Mila, sengaja menunjukkan kemesraan di depan Luna.

"Serius dagingnya langsung datang dari Australia?" Mila sampai takjub mendengarnya.

"Iya, benar kata Kevin. Kemarin aja sampai mama kamu marah-marah sama kurirnya karena pesanan dagingnya telat."

"Wah seriusan Om?" Luna ikut menyahut, tetapi Chris hanya memfokuskan pandangannya pada Mila, ikut mengabaikan Luna.

"Itu beneran Pa? Sampai dimarahin?" reaksi Mila takjub. Setengah tidak percaya.

"Iya Sayang. Papa sampai bingung gimana misahin mama kamu dari kurirnya, habis kurirnya itu sampai ketakutan gitu. Mama kamu kan kalau marah nyeremin! Hih!"

"Mas, ih. Ya jangan diceritain juga dong yang bagian itu. Kamu ini gimana sih?!" Elena ikut memarahi suaminya.

"Ya gak papa dong, Sayang. Aku kan ceritanya juga sama calon menantu kita juga ini," elak Chris, yang segera disetujui oleh Elena.

"Kalau sama Mila sih nggak papa, tapi kalau sama orang asing kayak di sebelah ini ya jangan!" Elena bicara sambil melirik ke Luna, membuat Oma segera bertindak.

"Cukup ya Elena! Kamu ini apa-apaan sih?!" sentak Oma Lucy, berdiri dari posisinya dan menatap tajam menantu perempuannya.

"Lucy, duduk kembali ke tempatmu. Kita belum selesai makan malam. Jangan berlebihan!" tegur Orlan, suami Lucy.

"Aku berlebihan? Yang benar saja, Orlan. Kalian semua yang sudah bersikap tidak sopan pada tamuku. Lalu aku harus diam saja begitu?"

"Lucy ..." Sekali lagi, Orlan masih mencoba bicara baik-baik dengan istrinya.

"Kenapa? Kamu mau ikut-ikutan membela gadis yang tidak jelas asal–usulnya itu?! Padahal jelas lebih baik Luna kemana-mana. Sudah cantik, lulusan S2, pebisnis, dan berasal dari keluarga yang jelas bibit, bobot, dan bebetnya!" Lucy sampai menunjuk Mila dengan tangannya, membuat Orlan tidak bisa tinggal diam.

"Lucy cukup aku bilang! Kamu tidak dengar perkataanku?!" Orlan sampai berdiri dari duduk saking emosinya.

"Sudah Oma, Luna gak papa kok. Luna nggak masalah kalau semua orang di sini tidak menghargai Luna. Mungkin mereka hanya sedang terpengaruh dengan tampang pura-pura polos gadis itu."

"Diam kamu Luna! Jangan pura-pura baik kamu! Penampilan saja tidak sopan, bisa-bisanya kamu justru menghina calon menantuku." Elena juga ikut masuk ke dalam perdebatan itu.

"Tante, Luna pakai baju ini karena datang dari pemotretan, makanya Luna nggak sempat –"

"Kalau nggak sempat, ngapain kamu datang? Tidak ada yang mengharapkan kedatangan kamu juga di sini."

Mendengar perkataan Elena itu, wajah Luna berubah pias. Sebelah tangannya langsung mengambil tas kecilnya, dan berpamitan untuk pulang.

"Oma, Luna mau pulang sekarang! Permisi." Luna sudah melangkah dari ruang makan, tapi Lucy menahannya.

"Yaudah pulang sana! Nggak usah balik kesini lagi ya!"

"KEVINN!" Lucy menyentak cucunya.

"Sayang, jangan pulang dulu, ya? Tadi cake yang kamu bawa juga belum dimakan loh."

"Nggak mau! Pokoknya Luna mau pulang Oma!" Luna segera berjalan cepat meninggalkan ruang makan itu. Membuat Lucy semakin dibuat emosi bukan main karena yang lainnya seperti tidak peduli dengan kepergian Luna.

"Kalian benar-benar keterlaluan! Seharusnya kalian lebih memilih Luna, bukan gadis itu yang jauh dari standar keluarga kita!" Sekali lagi Lucy merendahkan Mila.

"Standar seperti apa yang sedang kamu bicarakan Lucy? Kamu ingin menyandingkan cucu kesayanganku dengan perempuan seperti Luna? Hah, yang benar saja! Aku tidak bisa membayangkan bagaimana reputasi kita di depan seluruh kolega kita jika aku harus memiliki cucu menantu yang berpenampilan seperti itu!"

"Orlando! Tega sekali kamu mengatakan itu! Luna tidak seperti itu!"

"Sayang, ikut mama yuk! Kita ke kamar Kevin, mama mau nunjukin sesuatu ke kamu." Elena lebih memilih mengajak Mila pergi sebelum gadis itu mendapatkan hinaan lebih banyak dari mama mertuanya.

"Pah, Vin. Sepertinya ada yang harus kita bahas mengenai masalah investor di bandung kemarin." Chris ikut menyahut karena tidak ingin mendengar omelan mamanya lebih lanjut.

"Kevin juga perlu membicarakan soal jaringan cabang bisnis kita di Eropa Pa." Kevin ikut-ikutan papanya.

"Yaudah kita bicara di ruangan Opa ya!" Orlan lalu berjalan lebih dulu bersama putra dan cucunya, meninggalkan Lucy yang semakin dirundung oleh amarah karena sikap keluarganya.

"Hei kalian semua tunggu! Aku belum selesai bicara!" Lucy berteriak seperti orang kesetanan, tetapi sayangnya tidak ada yang mempedulikan.

Oh, Poor Lucy.