Begitu sampai di rumah, Aqila tak juga mau lepas dari Arumi. Dia masih memeluk Arumi dan tidak mau jauh dari Arumi sedikitpun. Bukan hanya meneluk, tapi juga menangis di pangkuan Arumi.
"Pa?" panggil Arumi pada Rayyan sedangkan Rayan, hanya mengangkat kedua bahunya tanda dia juga tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Arumi semakin bingung karena Aqila terus saja menangis menanyakan Fadhil. Mirip sekali seperti anak kecil.
"Ayolah Ma, tolong cariin Fadhil sampai ketemu. Dia ke mana ya Ma? kenapa rumahnya dijual? Bukankah rumah itu sudah menjadi milikku? Fadhil membelikan untuk aku." Aqila semakin terisak.
"Ya Mama juga nggak tahu Aqila. Mungkin rumah itu menyimpan kenangan yang banyak antara Fadhil dan kamu. Dengan berada di rumah itu mungkin Fadhil merasa tersiksa karena masih terbayang-bayangi olehmu. Bukankah kamu yang menginginkan perceraian? Fadhil sampai stres memikirkan keinginanmu itu."
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者