"Nih!" Kata Aran sambil melemparkan sekantung obat ke wajah Hiki. "Itu semua obat simpanan Aria. Cari saja obatmu sendiri." Katanya ketus.
"Grr, Aku tidak percaya kita harus minta tolong pada mereka." Gerutu Hiki pelan. Padahal di rumahnya juga ada banyak obat, tapi karena terlalu jauh kalau dia harus menggendong Rei sendirian ke sana, akhirnya dia dan Rei pun terpaksa untuk ke pondok mereka dulu.
Rei sendiri juga sebenarnya masih sadar, hanya saja tubuhnya memang mulai melemah akibat racun para monster kucing tadi. Meski untungnya dia masih punya tenaga untuk menepuk tangan Hiki saat dia hampir mencekokinya dengan obat yang salah.
"Tapi dia pingsan hanya karena menggunakan sihir tadi?" Tanya Rei kemudian.
Leyna tadinya kelihatan tidak mau menjawabnya, tapi setelah dia selesai mengganti kompres Aria, akhirnya dia pun menyahut. "Sejak awal sihir Aria memang tidak terlalu banyak, jadi dia kadang seperti itu kalau terlalu menggunakannya." Katanya. "Apalagi karena kalian, dia juga belum istirahat sama sekali beberapa hari ini." Lanjutnya ketus.
Meski begitu Hiki kelihatannya tidak merasa bersalah dan hanya melipat tangannya dengan bingung. "Aku tahu sihirnya memang tidak banyak, tapi kalau langsung pingsan setelah sihir tadi, bukankah itu terlalu sedikit?" Katanya pada Rei. "Walaupun pintar, sepertinya dia bukan penyihir yang berbakat." Tambahnya.
Karena sedang meneguk obatnya, Rei hanya terdiam mendengar itu. Tapi sebenarnya dia juga merasa agak aneh melihat Aria masih pingsan hanya karena menggunakan, berapa? Tiga macam sihir secara beruntun? Masa iya dia segitunya tidak berbakat? Pikirnya. Padahal saat dia menyuruhnya untuk mempelajari beberapa sihir dari buku, Aria juga menggunakan beberapa sekaligus…?
Tapi Mika yang daritadi diam karena dia perlu menyuruh ketiga adiknya tidur duluan, akhirnya ikutan memandang ke arah Rei dan Hiki dengan tatapan sinis juga. "Tapi sebenarnya pekerjaan apa yang kau tawarkan pada Aria?" Tanyanya.
Rei tadinya kelihatan tidak mau menjawab pertanyaan itu, tapi karena mereka semua memandanginya bahkan termasuk Hiki, dia pun akhirnya membalas, "Akan kuberitahu kalau dia yang tanya langsung." Katanya sambil mengisyaratkan pandangannya pada Aria.
Meski begitu Mika masih berkata lagi. "Apa tidak bisa Aku saja yang menggantikannya?" Tanyanya kemudian. "Aria tidak bisa melakukan pekerjaan yang berbahaya."
"Harus kubilang berapa kali kalau pekerjaannya bukan seperti itu? Kalau cuma penyihir yang punya banyak sihir, Aku juga bisa sendiri." Balasnya.
"Tapi pasti bukan pekerjaan yang normal juga kan?" Timpal Aran ikutan.
Mulai tidak senang diinterogasi, pandangan Rei pun ikutan menajam. "Yang penting lebih baik daripada jadi pencuri seperti kalian." Katanya, yang seketika hampir membuat Aran memukulnya kalau saja Leyna tidak menghentikannya.
"Kalian teman yang tidak tahu diri, kalian tahu itu kan?" Balas Rei lagi. "Kalian semua berhenti melakukan pertunjukkan sihir kalian dengannya demi menjadi pencuri. Bahkan sampai meninggalkannya sendiri untuk mengurus adik-adik kalian? Tapi ujung-ujungnya apa? Kalian justru merepotkannya setengah mati sampai seperti itu." Ocehnya, tanpa sadar jadi emosi sendiri.
"Kalau pun bukan Aku dan Hiki, suatu saat kejadian ini juga tetap saja akan terjadi, kalian tahu?" Tambahnya.
Tapi karena Rei juga langsung merasa lelah lagi, dia pun menghentikan perkataannya dan memilih untuk mulai berdiri meski masih perlu dibantu Hiki. "Pokoknya kalau kalian masih menganggapnya sebagai teman, biarkan saja dia bekerja untukku." Katanya lagi. "Orang sepintar dirinya tidak pantas cuma tinggal di pondok seperti ini bersama kalian."
Setelah itu Rei dan Hiki sudah akan berjalan keluar, tapi tepat saat mereka di pintu Rei malah berbalik lagi. "Ah, dan katakan padanya Aku harus kembali besok pagi. Jadi suruh dia kemasi barangnya cepat-cepat."
Finally... Intro-nya kelar juga dan akhirnya kita bakal move on ke ibukota
Tadinya mau langsung cepet-cepet ke ibukota, tapi entah bagaimana intronya malah jadi panjang asdjksjk
Is that a good thing or a bad thing...?
ANYWAY! Next arc let's go