Seseorang dari dunia lama mungkin tidak tahu kenapa Aiden Leonore merupakan anak yang begitu suram.
Tidak suka berkomunikasi dengan siapapun, bahkan jarang berbicara dengan sesama keluarganya, dia adalah seseorang yang sebenarnya mudah emosi.
Menahan kuatnya emosi campur aduk itu dan tetap tersenyum dalam diam di hadapan semua orang, anak ini selalu seperti itu.
Rasa marah, kebencian, dan semua kejahatan itu akan di luapkan ketika dia sedang sendiri tanpa ada siapapun yang harus di rugikan, berteriaklah sesuka hatimu.
Dunia manusia, dunia dimana dia tidak ditakdirkan menjadi sang pahlawan atau semacamnya, berbuat baik dengan sihir. Hal baik dan pahlawan itu bisa dimiliki siapa saja, namun tidak dengan sihir.
Saya mengagumi cerita-cerita fiksi yang saya baca, novel-novel itu, film, buku cerita, komik ataupun mangga, semuanya memang luar biasa. Saya menggagumi pola pikir pencipta fiksi-fiksi itu, membuat saya lebih menggagumi lagi karakter fiksi.
Sifat karakter fiksi seperti ini, mungkin aku tidak akan menemukannya di dunia manusia, lagipula menjadi seorang penyihir itu seperti mimpi bodoh bagiku. Aku hanya terus menjalani mimpi-mimpi dimana aku mati tertusuk oleh tombak yang begitu besar, mati terjatuh dari jurang tak berujung dan kemudian bangun kembali dari tidurku.
Mimpi ku yang terbawa menjadi sosok kesukaanku, aku adalah raja iblis yang menjadi diriku sendiri, sudah cukup untuk mengagumi fiksi-fiksi itu, tidak bisakah aku menulis kisahku sendiri?
Aku seringkali menulis kisah pendek seperti apa jika aku masuk ke dunia iblis, memiliki kehidupan yang menyenangkan, tanpa ada usik dan campur tangan siapapun sepenuhnya.
Mimpi-mimpi itu sudah sering di alaminya, menjadi seorang tirani yang kuat tanpa halangan. Mimpi seorang anak yang duduk di bangku SMA, mimpi-mimpi yang akan terus menjadi bagian-bagian kecil dari ingatannya yang begitu menyenangkan.
Tapi disinilah aku, aku menuliskan kata ini sekarang juga, bahwa kehidupan selanjutnya memang menyenangkan, aku mendapatkan sesuatu yang kuinginkan.
Memiliki rumah yang indah dan bersih, tanpa suara berisik dari tetangga dan ributnya suasana kota, kedua pelayan yang selalu menciptakan makanan indah dengan tangan mereka untukku. Tidak perlu ada uang pada kehidupanku sekarang, asal aku memiliki sihir yang melampaui hal-hal di luar batas normal, aku akan senang.
Hanya dengan menguasai sihir nyata, aku bukan berarti akan senang dan merasa puas, akan terus melampaui hal-hal yang lebih tinggi lagi, mencoba menggapai imajinasi yang tidak bisa tergambarkan di dalam kepalaku.
Aku hanya berasal dari manusia lemah, yang bahkan bisa terluka hanya dengan menabrak tembok, menginjak kerikil yang begitu banyak, terkena pecah beling. Benda kecil bahkan bisa membuatku berdarah. Manusia begitu lemah.
Aku menggagumi sosok raja iblis, aku menggagumi sesuatu yang tirani, kepemimpinan untuk diriku sendiri, aku tidak akan memperdulikan siapapun yang menghalang jalanku, bahkan jika harus dan sudah menggangu, akan akan membunuh mereka semua yang menghalangiku.
Seorang manusia lemah, Aiden Leonore. Pengagum karya fiksi yang benar-benar menginginkan kekuatan akan hal itu, semakin membuatnya depresi dalam kegelapan. Depresi dan rasa stress yang bukan berujung pada bunuh diri, tetapi meragukan keberadaan Tuhan karena membuat keinginan indahnya yang satu ini tidak terpenuhi.
Seharusnya ini wajar, keinginan seperti itu adalah keinginan di luar batasan siapapun. Bahkan sebagai penulisnya, saya tidak ingin mengatakan seperti apa keinginan-keinginan Aiden yang begitu dia inginkan. Menumpuk tak terhingga dan harus di capai satu per satu.
Cukup sang penulis yang memiliki cerita menyedihkan selamanya, tapi dia tidak akan membiarkan Aiden menjadi menyedihkan selamanya, aku adalah penulis yang akan mewujudkan keinginan itu.
Kata-kata ini adalah murni dari saya sendiri, yang merupakan penulis tanpa nama di luar seluruh dunia. Tapi aku bukanlah penulis di luar cerita ini, aku masih berada di dalam kisah ini, aku bisa mengaturnya juga atas izin dari penulis sejati di atas lapisan tak terhingga antara realita dan fiksi yang saling tumpuk menumpuk secara terus-menerus tanpa akhir.
....
....
.....
"Aiden! Aiden~ bangunlah."
"Kamu sudah tidur cukup lama."
"Kamu belum makan selama seharian penuh, kamu tidak boleh sakit."
Aiden...
Aiden...
Bangunlah...
Mendengar suara itu, Aiden bangun membuka perlahan matanya. Ketika dia berada di kasur indah nan lembut kesayangannya, tempat paling sempurna untuk melampiaskan rasa kemalasan dan terus berada disana. Dia hanya melihat Marie berada di sampingnya, membangunkannya secara perlahan.
"Marie, dimana ... dimana gadis itu? Apakah aku kehilangannya lagi jika harus berpisah antara alam sadar dan alam mimpiku?"
"Tidak, kamu tidak bermimpi sebelumnya, inilah aku, lihatlah aku adalah Marie."
"Oh, ya sekarang aku mulai ingat, aku hanya mengantuk dan..."
BRUK!
Dia terjatuh lagi dan tertidur. Marie segera mencoba memaksa membangunkannya, jika tak kunjung bangun, maka hal lain yang bisa di gunakan adalah mengancam.
"Aiden, bangunlah dari tidurmu~ atau aku bisa membakar kasur ini sampai habis dan menyisahkan abu."
"Tidak! baiklah! Aku akan segera bangun."
Dia bergegas dengan mata mengantuk yang berjalan ke arah kamar mandi untuk mencuci wajahnya. Begitu mengantuk hingga dia berjalan dan meraba-raba ke tembok tanpa pintu.
Sampai dia tahu bahwa itu bukanlah pintu kamar mandi, karena setelah tangannya meraba dan merasakan batasan untuk tidak maju lagi, dia tetap menganggap bahwa itu adalah pintu sampai membuat kepalanya terbentur dan sadar seketika.
"Dimana Valerie? Ajarkan aku!"
"Oh, Valerie~"
Dia kemudian keluar dari kamar mandi setelah membasuh wajahnya, ingin berada di padang rumput dengan angin yang begitu segar di wajah. Ketika seseorang habis membasuh bagian tubuhnya atau wajahnya, itu akan terasa sangat segar ketika di pertemukan dengan angin yang sejuk. Sensasinya dingin.
"Kamu, mau kemana??"
"Mencari angin, kamu bisa ikut denganku, kali ini aku bisa membiarkanmu. Mungkin ada sesuatu yang hanya akan di bicarakan oleh kita berdua."
Marie hanya mengikuti Aiden yang keluar dari kamar menuju lantai bawah. Marie merasa bahwa Aiden pada akhirnya menyerah karena jawaban tidak terduga padanya. Dia hanya turun ke bawah dan melihat tiga orang baru lainnya. Dia hanya jalan dan tidak menghiraukannya.
Karena mereka semua adalah bawahan Marie, semuanya jelas sekarang. Yang satunya kemudian muncul di hadapan Aiden dan bertanya.
"Lelaki iblis, ayo kita berkenalan, jadi kamu adalah calon raja iblisnya, aku sudah melihatmu sebelumnya." Ucap Isabel.
"Kamu? Melihatku? Aku bahkan tidak pernah mengenalmu, apalagi melihatmu."
"Kita berada di satu sekolah, ratu memerintah kami untuk rencan-"
"Tutup mulutmu!!"
Kemudian Isabel tidak bisa berbicara lagi hanya dengan perkataan Marie, mulutnya seperti di jahit dan tidak bisa terbuka. Tapi yang satunya lagi membantu Isabel berbicara.
"Oh ya, namanya Aiden bukan? Aku melihatnya dari proyeksi ratu, ketika dia benar-benar marah karena cintanya di tolak, dia menghancurkan banyak hal." Ucap Elyse.
"Benar! Ratu sangat menyukai orang ini rupanya, calon raja iblis kita." Ucap Verda.
Semuanya benar-benar bermulut ember bocor sekarang, hal yang benar-benar memalukan bagi Marie, semua terucap.
"Hehehe Aiden, cukup. Jangan dengarkan mereka lagi, mereka semua adalah bawahanku yang bodoh itu sebabnya mereka tidak bertugas untuk misi yang sulit."
Untuk saat ini, mereka memperkenalkan diri mereka kepada Aiden. Sebelumnya Valerie jelas sudah di kenali, sisanya di perkenalkan satu persatu.
Dengan rambut blonde atau pirang yang paling pertama, si cerewet yang mulutnya di jahit, namanya adalah Isabel.
Yang kedua adalah Elyse, berambut hitam yang sedikit berwarna kecoklatan, dan yang terakhir adalah rambut hitam yang panjang dengan mata merah, namanya adalah Verda. Yeah tapi sebenernya mata mereka bertiga adalah merah. Semua iblis memiliki mata merah, terkecuali Wanda yang di ciptakan Marie, matanya biru. Sedikit sifat baik yang ada dalam dirinya.
Dengan perkenalan singkat ini, Aiden hanya cukup tau nama mereka semua. Mereka semua tidak penting di hadapannya, siapapun itu, jika mereka penting dan bisa membangkitkan kesenangannya, maka orang itu akan terpandang di matanya.
"Oh, bawahanku yang penurut~ terima kasih atas perkenalan kalian, ingatlah setelah ini aku memiliki hadiah untuk kalian."
"Hadiah? Memberikan hadiah hanya karena memperkenalkan diri padaku?"
"Hadiah yang aku maksud adalah kata lain dari itu, sudah jelas itu adalah hukuman untuk mereka bertiga."
Sambil tersenyum begitu baik kepada tiga orang ini, namun senyum palsu itu membuat mereka semua ketakutan dan menyesal. Mereka jelas akan mendapatkan hukuman karena telah mengucapkan kata yang tidak-tidak dan memalukan kepada Aiden.
Mereka terus berjalan keluar di padang rumput seluas mata memandang, langit biru yang begitu indah.
"Marie, apa saja yang kamu hancurkan??"
"Tidak ada, memangnya apa?"
"Soal 'proyeksi ratu, ketika dia benar-benar marah karena cintanya di tolak, dia menghancurkan banyak hal' ini? aku tadi mendengarnya, apakah aku menyakiti hatimu?"
"Aiden~ tolong jangan di pikirkan, kamu membuatku malu, jika kamu masih memikirkannya aku akan memotong lidahmu sekarang."
Tiba-tiba sebuah gunting aneh yang terlihat tajam sudah berada di tangannya, dengan nada indah yang bercampur rasa mengancam.
"Ahh, maaf kalau begitu. Mari kita berbicara tentang sesuatu yang mungkin tidak penting."
Tidak ada objek apapun sebagai pengalas.
Aiden sudah percaya diri, karena dia tahu bahwa dia seharusnya bisa sejak awal, meneteskan setetes air saja bisa menumbuhkan pohon. Kali ini yang terjadi adalah membelokan pertumbuhan awal menjadi sesuatu yang berbeda. Akar yang akan tumbuh tidak akan menjadi pohon, tetapi dia mengubah pertumbuhan nya membentuk sebuah kursi dari akar pohon, terlihat seperti kursi modern karena kaki nya benar-benar sempurna dan simetris, tapi semua bahan ini dari akar pohon.
Sebuah kursi yang cukup untuk diduduki tercipta, kursi untuk cukup untuk dirinya dan Marie. Menghadap ke pemandangan indah yang tak terduga di dunia iblis. Marie langsung duduk di sebelahnya tanpa ragu, karena memang selalu seperti itu.
"Marie, pemandangan seperti apa yang kamu suka?"
"Kenapa kamu bertanya seperti itu?"
"Aku hanya ingin tahu saja semuanya tentangmu, kamu sudah tahu banyak tentang diriku bukan? Termasuk sering membaca pikiranku, membongkar rahasiaku."
"Pemandangan yah, kalau soal itu. Aku selalu suka pemandangan yang indah, seperti yang kita lihat sekarang, pemandangan terbaik yang sama juga bagiku ketika semuanya terwarna dengan merah, aku sangat senang dengan setiap hal yang berhubungan dengan warna merah, ketika aku menyiksa jutaan iblis di lautan darah, biarkan tangisan dan teriakan minta tolong mereka meluap-luap, aku akan tertawa di atas semua itu."
"Hentikan-hentikan, kamu memang buruk hahaha."
"Lalu? Bagaimana denganmu? Pemandangan seperti apa yang kamu sukai? tidak menjawab atau berbohong, maka aku akan memotong lidahmu secara permanen."
"Hihhh terlalu mengancam~ baiklah aku suka pemandangan yang tenang, terkadang pemandangan di luar angkasa juga begitu menakjubkan, begitu banyak objek-objek indah yang ada, berbagai macam warna."
"Indah katamu?"
"Yap! aku membayangkan diriku berada melayang di angkasa, di antara semua benda langit yang begitu besar, tapi aku adalah raja iblis yang menghancurkan semuanya dalam sekejap."
PLAKK!!
"Bicaramu juga belok! Kupikir kamu tidak seharusnya seperti ini, itu karena kamu terlalu banyak tidur dan bermimpi."
"Soalnya aku merasa terlalu malas setiap hari, rasanya seperti tidak ingin melakukan apa-apa."
"Bagaimana dengan sekarang? Apakah pemandangan ini juga indah?"
"Humm, boleh juga, asalkan aku bisa bersama gadis iblis mimpiku."
Keduanya kemudian saling menatap satu sama lain.
Perasaan ini tidak menyenangkan. Marie adalah gadis iblis mimpi yang sebenarnya, antara keajaiban semesta atau keberuntungan yang datang untuknya. Aiden menyukai gadis itu, tapi itu adalah Marie. Bagaimana jika perasaan itu di katakan dengan serius? Di tahan hanya akan menyesakkan hati, apakah di ucapkan bisa merusak? Dia bukan seseorang yang bisa berbicara secara langsung dan berterus terang.