Meskipun sudah beberapa kali ikut kompetisi, tetap aja ada rasa gugup dan gelisah. Kami berangkat menuju lokasi lomba pada pukul 7 pagi karena pada pukul 9 akan dilaksanakan kegiatan pembukaan lomba dan setiap peserta wajib mengikuti pembukaan. Bagi yang datang tepat waktu maka akan diberikan tambahan poin untuk tes tertulis.
Kompetisi ini terdiri dari 3-4 tahapan tergantung jumlah peserta dan aturan penyelenggaranya. Pada umumnya ada 4 tahapan, yaitu tes tertulis yang akan meloloskan 27 atau 18 tim, tergantung banyaknya tim yang ikut serta.
Selanjutnya babak perempat final, jika terdapat 27 tim yang lolos maka sebanyak 9 putaran akan diadu 3 tim sekaligus dan jika terdapat 18 tim yang lolos maka sebanyak 9 putaran akan diadu 2 tim sekaligus sehingga akan meloloskan 9 atau 6 tim.
Selanjutnya babak semi final dilakukan sebanyak 3 putaran untuk meloloskan 3 tim menuju final. Namun ada juga yang menggunakan metode play off untuk babak semi final.
Dan terakhir babak final untuk penentuan juara 1,2 dan 3.
Kadang ada pelaksana yang mengadakan babak grand champion yaitu juara 1 tiap kategori akan diadu untuk mendapat juara umum.
**
Ke – 5 tim klub kami yang akan ikut serta mendapatkan tambahan poin karena datang tepat waktu dan mengikuti kegiatan pembukaan. Masih ada sedikit waktu untuk kami persiapan sebelum babak pertama dimulai, kami pun menyiapkan kebutuhan yang akan digunakan yaitu pulpen dan papan ujian, hanya itu saja karena soal beserta lembar jawaban sudah disediakan oleh panitia penyelenggara. Kami juga melakukan doa bersama.
Tes tertulis pun berlangsung. Semua tim kami berusaha melakukan yang terbaik. Kami diberi kurang lebih 100 soal untuk dikerjakan dalam waktu kurang lebih 2 jam. Selesai dari tahapan ini ada waktu untuk pemeriksaan jawaban, sekitar 1 jam itu menjadi waktu istirahat untuk para peserta. Kami mencari tempat di sekitar lokasi lomba untuk berkumpul dan juga istirahat.
"arrgghh", erang Azio.
Aku sampai mengernyitkan dahiku ketika mendengarnya.
"kenapa sih?", tanyaku.
"kayaknya tadi ada jawaban yang salah", keluhnya sambil menepuk jidatnya sendiri, habis itu dia menggumam gak jelas.
"udahlah ngapain dipikirin sih, udah lewat juga. Mending pikirin aku aja, hahhaha", kataku sambil membuat ekspresi imut setelah itu aku kabur darinya. Memangnya hanya dia saja yang bisa menggodaku hehe.
"heh mau kemana", teriaknya sambil beranjak dari kursi untuk mengejarku.
Kamipun kejar-kejaran. Yang lain tertawa melihat tingkah kami, mungkin ada yang kesal haha.
"hadeh mereka", kata Sara sambil tepuk jidat dan mengelengkan kepalanya.
"asik tuh kayak gitu, melepas stress , haha", kata Delon sembari tertawa. Delon duduk tak jauh dari Sara, sehingga Sara yang mendengarnya menoleh kearah Delon, sepertinya masih ada rasa canggung namun dia mencoba menghilangkannya.
"kamu gimana?", kata Sara sambil menghadap Delon dan bicara senatural mungkin seperti biasanya untuk menghilangkan kecanggungannya.
Delon juga sudah bicara seperti biasanya, dan keduanya pun sudah akrab tanpa canggung lagi.
"apanya?", jawab Delon bingung.
"ya, tes yang tadi", kata Sara.
"ini pengalaman pertamaku, semoga yang tadi itu udah yang terbaik deh, sama Luci juga udah berusaha pokoknya", jawab Delon tenang.
"tenang aja, itu pasti udah yang terbaik, kan udah usaha. Kalian berdua udah sama sama berjuang", kata Sara.
"iya. Kita semua udah berjuang", kata Delon dengan senyumnya.
**
Grep
"mau kemana kau", kata Azio sambil ngos-ngosan.
Dia menangkapku dengan cara memelukku dari belakang karena larinya yang sudah mencapaiku. Menyadari tindakan Azio sontak aku langsung melepaskan tangannya.
"Zio jangan gini ah", kataku yang terkejut dengan tindakannya sambil melepaskan tangannya yang melingkar memelukku.
"ehh, jangan kabur", cegahnya.
Ketika aku sudah terlepas, mungkin Azio berpikir bahwa aku akan lari lagi padahal aku tidak akan lari karena sudah lelah, sehingga dia memegang pergelangan tanganku dengan erat.
"ahh", jeritku.
Hey. Dia pria, dan tangannya yang besar itu menggenggam pergelangan tanganku yang kecil, mungkin dia tidak sadar sudah menggenggamnya terlalu erat. Menengar jeritanku dia melepaskan genggamannya, berganti dengan kedua tangannya memegang tanganku yang dia pegang tadi.
"eh eh. Maaf. Maaf Nath. Kekencengan yah", katanya dengan wajah menyesal dengan kedua tangannya memegangi tanganku sambil mengelusnya.
Mungkin juga dia agak panik karena ada bekas kemerahan dipergelangan tanganku.
"sudah, gak pa pa kok, balik ngumpul yuk", kataku meyakinkannya.
"yang bener nih, pasti sakit yah, sampe merah gini. Kamu sih pake kabur kaburan segala. Ni tangan juga gak bisa mikir apa", katanya diakhiri dengan memukul-mukul tangannya sendiri, haha.
"iya beneran, lagian kamukan gak sengaja, udah ayo balik", kataku sambil segera kembali, skalian saja kutarik Azio.
**
Waktu pemeriksaan sudah selesai, dan seluruh tim disuruh untuk berkumpul untuk mengambil lembar jawaban yang sudah ada nilainya. Setelah semuanya dibagikan, di beri waktu lagi untuk dilakukan pemeriksaan kembali oleh peserta, setelah itu jika ada jawaban yang ternyata benar namun disalahkan oleh pemeriksa, maka tim bisa melakukan protes disertai bukti kebenaran.
Setelah semuanya sudah mendapat nilai yang benar maka akan diumumkan tim tim yang lolos ke babak selanjutnya. Karena waktu itu peserta yang ikut tidak terlalu benyak maka yang akan diloloskan ke tahap selanjutnya hanya 18 tim dengan nilai tertinggi.
Masa pengumuman ini sangat menegangkan. Syukurlah dari klub kami untuk kategori dewasa lolos ke tahap selanjutnya. Dan untuk kategori remaja seri B, 3 tim lolos ke tahap selanjutnya, dan sayang sekali timnya Delon belum bisa lolos tahap pertama ini.
Tim yang lolos mengikuti babak perempat final, aku sangat senang, keempat tim kami bisa mengalahkan tim lawan dan melaju ke semi final. Sebelum semifinal dimulai kami diberi waktu istirahat.
Waktu itu sudah sekitar jam 7 malam. Huft. Padahal baru masuk tahap 3 tapi udah malam.
Memang untuk tes tertulis memakan banyak waktu apalagi kegiatan pembukaan yang selesai hampir jam 12 siang belum lagi dipotong dengan jam makan dan jam istirahat. Alhasil kompetisi ini pasti akan selesai tengah malam atau bahkan subuh, karena hadiah untuk para pemenang akan langsung diserahkan sekalian dengan kegiatan penutupan.
**
Ku perhatikan sekelilingku, tak ku dapati Delon disekitar kami. Aku chat ke Delon, bertanya dia dimana, dan dia membalas kalau dia ada di parkiran di dalam mobil.
Aku menghampirinya ke sana. Ku lihat dia berbaring di kursi mobil dengan pintu terbuka. Ku rasa dia masih kecewa dengan hasil bahwa timnya tak lolos babak pertama.
"kenapa kamu menyendiri disini, sana, kumpul bareng kita", ajakku.
"gak pa pa kok", katanya tanpa melihatku, dengan posisi masih tiduran dan lengannya menutupi matanya.
"kamu,, masih mikirin yang tadi? Hasilnya?", tanyaku memastikan.
"hmm, gak kok", katanya.
"aku tahu kamu kecewa, tapi,, ",
"Luci pasti udah berusaha semaksimal mungkin untuk kompetisi ini", katanya memotong kalimatku yang belum selesai.
"tapi aku malah mengacaukannya", sambungnya.
"hei, tentu saja dia sudah berusaha, dan,, "
"jawabanku yang banyak salah", katanya lagi lagi memotong kalimatku.
"hei. Delon? Hei!", panggilku sambil menepuk nepuk tangan satunya yang berada di atas perutnya.
Dia pun bangkit dari tidurnya dan mengubah posisi dengan duduk. Menunduk dengan wajah yang terlihat sangat kecewa. Padahal di depan banyak orang dia telihat tegar dan menerimanya.
Aku masih berdiri diluar mobil, agak kasihan juga ngelihat ekspresi wajahnya yang seperti itu.
"jangan berpikir seperti itu", kataku sambil memegang pundaknya. Kebiasaanku ketika ingin menenangkan orang, hehe.
"kau dan Luci sudah sama sama berjuang, oklah jika bagianmu banyak jawaban yang salah, tapi itu adalah usaha terbaikmu", kataku.
"tapi aku gak enak dengan Luci, pasti dia udah mati-matian ngafalin materinya kan", katanya.
"tenang dong. Inikan kompetisi pertamamu. Dan hasil yang tadi menurutku sudah merupakan pencapaian terbaikmu untuk kompetisi ini", kataku.
"ku harap begitu", katanya dengan ekspresi yang masih sama.
Ingin rasanya kupeluk dia untuk menenangkannya. Tapi tentu saja tidak bisa seperti itu. Atau, apa ku panggilkan Azio saja untuk memeluknya, haha. Konyol. Tentu saja tidak. Aku hanya bisa terus meyakinkannya. Atau membuat lelucon mungkin. Pasti garing, haha.
"kamu tau gak, karena waktu itu story BBM kita samaan, banyak teman temanku yang mempertanyakannya", kataku mengalihkan pembicaraan.
"kenapa emangnya? Kan kata katanya bagus", kata Delon dengan ekspresi yang ku rasa sudah membaik.
"tau ajalah. Ada apa dikit, ntar dikira jadianlah, apalah", kataku.
"suruh mereka bersyukur biar bahagia", katanya.
"haha. Itukan katmutnya", kataku sambil tertawa.
"rambutmu panjang banget ternyata yah"
"apa hubungannya sama rambut?"
"bagus"
"bagus apanya?"
"rambutmu"
"yaelah, rambut doang nih" candaku.
"kamu juga", katanya yang malah membuatku tersipu. Untung udah malam, gelap, jadi gak kelihatan.
"makasih yah", sambungnya.
"buat apa?"
"semuanya. Ayo ngumpul bareng yang lain. Entar dikira kita lagi pacaran", katanya sambil lalu melewatiku.
Aku jadi makin tersipu dan jadinya tidak membalas perkataannya, dan aku lihat, sepertinya dia tersenyum. Aku pun tersenyum dan merasa lega, Delon udah merasa lebih baik. Kami pun kembali.
Yang benar saja. Sesampainya kami di perkumpulan, mereka malah 'cie cie' dikira udah jadian. Tuh, si Azio dalangnya ngehasut yang lain.
"ehem. Congrats yah Nath", katanya sambil memberi salam ala ala kerajaan.
"apaan sih, kita barusan dari parkiran doang kok", bantahku.
"iya. Diparkiran. Untuk mengikat janji suci", goda kak Lisa sambil tertawa terbahak-bahak.
Aku jadi malu, dan pasti wajahku merona sehingga mereka pikir itu benar.
"tadi aku balikin papan ke mobil, karena capek jadi ketiduran. Nath datang buat minum terus dia bangunin aku", kata Delon dengan tenangnya.
Masih gak puas, Azio terus menggodaku
"hah?! Bangunin tidur? Kalian gak berbuat kan?", kata Azio dengan sandiwara wajah syoknya.
Langsung saja ku tepuk wajahnya dengan telapak tanganku.
"gak", kataku tegas sambil tanganku masih ada di wajahnya, ku cubit lengannya dan pergi melewatinya.
Sebisa mungkin ku normalkan ekspresiku. Tentu saja mereka semua hanya menganggap itu sebagai candaan untuk menggoda kami.
**
Semifinal pun dimulai. Tim pembina kami belum bisa lolos ke babak final. Astaga. Padahal mereka bertiga melawan satu orang. Sa tu o rang. Gak habis pikir aku, mereka banyak becanda sih.
Ok lanjut.
Semifinal untuk remaja seri B menggunakan metode play off, dimana setiap tim pasti akan diperhadapkan dan selama itu poin akan dikumpul. Tiga tim dengan poin teratas akan melaju ke babak final.
Kami punya tiga tim yang mengikuti tahap ini, dan dengan metode ini tentunya sangat menguntungkan. Dan ini sangat menegangkan. Nilai kami kejar kejaran. Posisinya tim Azio udah kebagian jatah dengan semua tim lawan dan posisi mereka sudah aman jika tim yang lain tidak melebihi poin mereka.
Dan yang tersisa adalah timku dan timnya Lala. Jika dironde selanjutnya timnya Lala lebih tinggi dari timku maka kami dengan poin kedua tertinggi saat itu akan terancam, kecuali kami mendapatkan poin lagi di ronde terakhir.
Dan benar saja, tim Lala sudah melampaui poin kami, sehingga posisinya menjadi tim Lala, tim Azio ditempat kedua, tim lawan, dan timku di posisi keempat. Sehingga di ronde terakhir ini kami harus melampaui tim lawan yang ada di posisi ketiga agar bisa masuk 3 besar. Dan jika itu berhasil, bayangkan, final kompetisi ini diikuti oleh 3 tim dari klub yang sama.
Ronde terakhir ini menjadi sangat menegangkan. Daaaaannn.... Timku masuk final. Yeeaayy. Ini sungguh suatu hal yang mengagumkan. Klub kami pun berseru kegirangan.
Hey. Ini adalah sejarah dimana untuk final diperebutkan oleh satu klub saja. Sebelumnya pernah disebuah kompetisi tapi 2 dari tim kami yang menempati tempat di final. Dan sekarang, juara 1, 2 dan 3 sudah ditangan kami. Dan ingat, sampai saat ini hanya klub kami yang mencetak sejarah itu. Sangat membanggakan.
Alhasil, kami mengikuti final, terasa seperti saat latihan saja, haha. Pada akhirnya timnya Lala mendapat juara satu, timku juara dua dan timnya Azio juara 3. Kami menerima piala. Ketiga piala juara kami bawa pulang. Sungguh, betapa tak tergambarkan lagi senangnya kami saat itu.
**
"niih, kasih liat papamu, bilang kamu udah juara sekarang", kataku sambil menyerahkan piala juara 3 kepada Azio.
"papa lihat kan sekarang, aku bisa dapet piala. Walau awalnya dijanjikan medali. Tapi gak pa pa", katanya dengan dramatisnya.
Memang awalnya diberitahu bahwa hadiahnya medali perorangan. Tapi katanya karena peserta yang mendaftar tidak cukup banyak, maka penyelanggara mengubahnya menjadi piala per tim.
Kami sedang persiapan untuk pulang. Ku lihat Delon, memang dia sudah terlihat tenang tapi kuyakin masih ada rasa kecewa. Begitu pu Luci, dia sedari tadi hanya bisa senyum senyum, teman teman yang lain selalu bercanda untuk menghiburnya.
"aku yakin, kau pasti akan mencapai lebih dari pada ini", kataku pada Delon tanpa menatapnya.
"ku harap begitu", katanya.
"aku pasti akan berjuang dan latihan lebih baik lagi", katanya semangat.
"nah gitu dong"
**
Hah ?! Akhir tahun, drama?