webnovel

PANIC TIME

Dicari, calon istri untuk ayahku. Persyaratan: 1. Wanita tulen. 2. Bersedia mengasuh tiga orang laki-laki. 3. Fulltime mother. 4. Umur max 35th. 5. Mampu bersifat sabar dan menyayangi. 6. Pengalaman tidak diutamakan. Kirim CV ke alamat; GioSyailendra@gmail.com Selamat datang, di Syailendra Corporation eh... Syailendra House ding, hehehe... PS: Nama ayah saya Rakai Radjiman Syailendra. Iya, si pemilik jaringan hotel S itu! Yang umurnya mau 45 tahun tapi masih kece. Yang katanya so damn hot di ranjang! **** "Gio... lu uh bego apa gimana sih?! Tinggal pilih aja malah bingung." suara elengking Cica sejenak membuat kuping gue berdenging. Gue mendelik, "gue lagi nyeleksi nih. Bisa mingkem gak sih?! Lagian yang nyari babon siapa, yang seneng siapa." "Susah amat lu nyari ibu tiri doang. Bukannya lebih susah buat lu nyari pacar ya?!" Gue mendengkus, sialan bener sih mulut cabe-cabean sahabatnya ini. Laknat banget hinaan si Cicak-cicak di dinding ini. "Udah, jodohin aja Om Aji sama Sabri." "Sabri?" "Jangan bego deh. Bisa aja kan, mereka cinlok." "Cica mulai besok unnistal aja WebNovel lo itu. Sumpah, omongan lu ngelantur! Sabri dan Ayah jelas bukan kombinasi yang keren." "Kenapa?" "Are you insane?! Sabri dan Ayah adalah dua balok es. Mereka jelas bisa menghancurkan Titanic." "Terus apa hubungannyaaaa?!" suara Cica terdengar geregetan setengah mampus. "Tuttttt---" ... "Hallo?" Gue mengernyit ketika bunyi telepon gue mendadak aneh. "Tuuuuttttt---" ... "Hallo?!" Gue mengulangi suara. ... "GIO!" Oh, shit! Terouble has come. "Sejak kapan, jam malam berubah menjadi jam setengah satu dini hari?!" suara Mr. R. Radjiman Syailendra menggelegar, wajah pria dengan tuxedo Armani itu berubah gahar. Di tangannya jelas ada kabel power dari telepon wireless yang ada di dapur. Gue menampilkan cengiran tanpa dosa, "semenjak nggak ada ibu-ibu ngomelin aku." ****PanicTime****

pororo90 · 青春言情
分數不夠
18 Chs

PT. 16

Panic Time 16

If You Can See The Little Sparks.

****

Setelah makan kenyang, keluarga kami segera mengantar Sabrien karena takut kalau bakalan kemaleman sementara besok udah senin. Pekerjaan tentu sudah menunggu. Gue tahu betapa berdedikasinya Sabrien menjadi asisten ayah selama ini. Gue tahu bahwa roso tresno jalaran soko kulino—rasa cinta karena terbiasa, adalah gambaran jelas dari bapak gue dan Sabrien. Harusnya gue nggak mementingkan ego gue sendiri tanpa memandang sekitar.

Gue menarik napas lelah karena beberapa tahun yang lalu, gue adalah anak nakal yang tidak menginginkan Sabrien dalam hidup gue. Dan kini, setelah semua terbuka. Dengan sangat jelas, gue mempertanyakan kemungkinan. Apakah sama jadinya kalaupun gue langsung menyetujui Sabrien dalam keluarga kami?

Jawaban apapun, gue nggak menemukan binar sayang Sabrien untuk ayah. Lebih ke kagum, dan bukan cinta. Atau barang kali gue nggak menangkap maksud yang sebetulnya. Kerena gue masih terlalu piyik waktu itu.

鎖定章節

在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者