webnovel

Ch.01

Kring kring kring.... Terdengar suara bising Yang menggema dari yang menggembala dari dirinya sepanjang weker yang terpasang di atas nakas di sebelah tempat tidur.

"Mmmhhhhh, " seseorang gadis mengerang dan menggeliat di atas tempat tidur yang terasa begitu nyaman. Tangannya menjulur menekan sebuah tombol penunda dari jam weker tersebut. Entah untuk yang keberapa kalinya gadis tersebut melakukan hal yang sama setiap 15 menit selama 3 kali berturut-turut. Hari sudah pagi, sang Surya sudah mulai menelisik namun dia masih enggan membuka matanya, dia malah semakin menarik selimut untuk menutupi dirinya dari sejuknya hembusan udara di pagi hari.

Dia adalah Kayla Cassandra, seorang siswi kelas XI MIPA di SMA Cahaya Bintang. Dia kerap di panggil Kay oleh mama,teman, maupun gurunya.

Hingga akhirnya sinar sang surya masuk lewat celah jendela tepat menerpa kedua matanya. Membuat gadis itu spontan membuat matanya secara sempurna. Dia menyadari bahwa matahari sudah mulai meninggi.

"Aduh gawat. Jam berapa ini?" dia meraih jam weker tersebut.

"ohh shitt, udah siang!" umpatnya sambil mengacak rambut hitamnya yang panjang sebatas bahu saat melihat jam weker yang sudah menunjukkan jam 7.00 tepat.

Bergegas dia beranjak lalu menuju kamar mandi untuk membersihkan dirinya, lalu memakai seragamnya dengan lengkap. Rambut hitamnya hanya dia sisir dan di beri minyak rambut namun dia biarkan terurai bebas karena merasa sudah tidak ada waktu lagi untuk mengikatnya. Setelah memasukkan semua buku dan peralatan tulisnya dalam sebuah ransel, Kayla segera keluar dari kamarnya.

"Kay engga sarapan?" tanya seorang wanita paruh baya yang tengah menyiapkan makanan di meja makan.

"Eggak Ma, Kay udah telat ini," sahut Kayla. Dia hanya menyempatkan meminum segelas susu yang sudah dipersiapkan seperti biasa di meja makan oleh Iren, mamanya. Kayla hanya tinggal berdua bersama Iren setelah papanya meninggal dalam sebuah kecelakaan naas saat Kayla masih kelas 5 SD.

"Kay berangkat ya ma,"

CUP

Kayla mencium punggung tangan Iren. Lalu bergegas berangkat.

"Eh Kay, hati-hati!" seru Iren sembari menatap anaknya yang berlarian dengan begitu terburu-buru menuju pintu keluar.

"Dasar anak itu," Iren menggelengkan kepalanya melihat kelakuan putri semata wayangnya itu.

Kayla berdiri di pinggir jalan, dia celingak celinguk mencari taxi, namun sepertinya ini adalah hari sial untuk Kay. Taxi yang biasanya ramai berlalu lalang di jalan tersebut, kini tidak ada satupun yang terlihat. Bahkan tukang ojek yang biasa nangkring di pos ojek depan rumah Kayla juga satupun sudah tidak terlihat.

"Aduhhhh ini taxi mana coba, ngga ada satupun yang keliatan? Lagi libur kali ya?" gumam Kayla sembari menggaruk tengkuknya yang bahkan tidak gatal itu.

"kang ojeknya juga, udah pada kaya kali y," Kay terus menggerutu.

Namun saat dia melirik arloji berwarna silver yang melingkar dia tangannya, matanya kembali membulat saat melihat jam sudah hampir setengah 8.

Kay semakin panik.

"Aduhhh, gimana ini? Jam pelajaran bentar lagi mulai, bisa-bisa beneran terlambat ini,"gumamnya.

"nggak! Pokoknya apapun yang terjadi harus bisa sampai di skolah tepat waktu,"

Kay kemudian memutuskan untuk berlari menelusuri jalan, beruntung dia memiliki tubuh yang ramping, jadi dia bisa berlari dengan cepat karena tubuhnya yang ringan.

Hosh hoshh! Kayla mulai kehabisan nafas, dia berhenti sejenak, kemudian mulai berlari lagi.

Tiba-tiba...Brukkkk!

Saking terburu burunya, tanpa sengaja dia menabrak seorang pria yang baru saja keluar dari mobil di depan sebuah toko buku. Kay menabrak pria yang mengenakan kemeja berwarna biru muda serta celana bahan berwarna hitam sebagai bawahannya itu. Wajah Kay tepat berbenturan pada dada bidang milik pria itu. Hingga tubuh pria itu ambruk jatuh ke tanah dengan di timpa oleh tubuh Kay tepat di atasnya. Jarak antara wajah mereka begitu dekat, hanya beberapa inchi. Mungkin jika seseorang mendorong sedikit saja kepala Kay, bibir mereka akan bersentuhan.

Bola mata mereka saling bertemu satu sama lain,Kay menatap wajah pria yang terlihat masih muda itu. Ujung rambut panjang Kay yang menjuntai terjatuh menerpa wajah pria itu. Pria itu bisa mencium aroma manis dari tubuh dan rambut Kay. Sama halnya dengan Kay, dia juga bisa mencium aroma khas maskulin dari parfuum pria itu yang membuatnya terlena. Selain itu, Kay juga sempat terpesona dengan wajah tampan dari pria itu, meski mengenakan kaca mata, namun pria itu terlihat benar-benar tampan. Pria itu tampak terkejut saat Kay menindih tubuhnya, pria itu bisa merasakan dua gundukkan kenyal itu berhimpitan dengan dadanya.

"Benar-benar tampan, sungguh surga dunia yang tidak bisa didustakan," fikir Kay. Sungguh dia ingin berlama-lama menikmati moment tersebut untuk mengagumi ketampanan pria itu. Namun sayangnya ini bukanlah waktu yang tepat untuk Kay menikmati momen tersebut, karena ada hal yang lebih genting saat ini.

Kay langsung menyingkirkan tubuhnya dari tubuh pria itu, pria itu juga turut berdiri saat Kay sudah menjauh darinya.

"Maaf" hanya kata itu yang bisa Kay ucapkan dari mulutnya sembari membungkukkan badannya. Setelah itu Kay langsung melanjutkan berlari karena benar-benar sudah tidak ada waktu lagi.

"tunggu!" ucap pria itu namun Kayla tidak menghiraukannya.

Pria itu bernama Rayhan Pramudya Aditama seorang guru muda, dia sedang dalam perjalanan menuju ke sekolah tempatnya mengajar mulai hari ini yang tidak lain adalah SMA Cahaya Bintang tempat Kayla menuntut ilmu.

Rayhan tersenyum miring, dia merasakan seperti ada sebuah getaran yang berbeda yang baru pertama kali dia rasakan di dalam dirinya saat dia menatap wajah gadis yang terlihat polos itu. Rayhan merasa seperti ada semacam daya tarik yang begitu kuat saat dia menatap manik berwarna cokelat milik gadis SMA tersebut.

Sementara itu Kayla masih berlari dan terus berlari hingga akhirnya dia bisa tiba di depan gerbang sekolah. Namun ternyata semua masalahnya masih belum berakhir. Pintu gerbang sudah tertutup rapat. Para siswa juga sudah tidak terlihat itu tandanya bel masuk kelas sudah berbunyi sejak tadi.

"Pak, Pak Tio," seru Kayla dari luar gerbang.

Pak Tio, satpam penjaga sekolah itu kemudian menghampiri Kayla.

"Aduh neng, neng terlambat ya?" ucap Pak Tio.

"Iya Pak, saya terlambat, tolong bantuin saya ya Pak? bukain gerbangnya?" Kayla memelas

"Tapi neng, saya nggak berani," tolak Pak Tio.

"ayolah Pak, pleaseee! sekali ini saja, ya pak ya? janji deh ini yang terakhir," Kayla memelas, merengek bahkan memohon kepada Pak Tio agar Pak Tio mau menolongnya kali ini.

"Aduh neng, maafin Bapak ya, tapi bapak nggak bisa bantuin neng, Bapak nggak berani, nanti Bapak kena marah kepala sekolah," sahut Pak Tio.

"Ya ampun Pak, sekali ini aja," Kay masiy berusaha memelas.

"Sekali lagi maaf ya neng?" ucap Pak Tio untuk yang terakhir kalinya sebelum dia meninggalkan Kayla yang masih berada di luar gerbang.