"Apa tuh man!?"
Llen waspada. Ia tidak menyalakan deteksi ruangnya, ia sebabnya ia tidak merasakan makhluk di balik semak itu datang.
Namun, Llen yakin tidak merasakan niat membunuh dari makhluk itu—hanya permusuhan kecil, itu terasa cukup lucu.
Menghampiri asal suara itu, ia menghapus semak-semak yang menghalangi. Disana, ia menemukan seorang gadis muda yang usianya tidak jauh berbeda dari Llen—memiliki telinga kucing dan ekor kucing berwarna coklat, sama seperti rambutnya—tanpa menggunakan busana dan hanya secarik kain tipis yang—setidaknya—menutupi tubuhnya.
Gadis itu meringkuk dan bergetar, entah ketakutan ataupun kedinginan di balik sebuah pohon yang berada di depan Llen.
'Sial! Siapapun!!!' Llen menjadi cukup panik.
<<Tenang ... usia anda tidak jauh berbeda darinya.>>
'Oh ya....' ia menjadi lebih tenang ketika mendengar tanggapan Rivera. Namun, ia mengingat sesuatu.
'Bagaimana dengan author yang membuat cerita ini??!!!!' Llen kembali panik, dan lebih panik dari sebelumnya.
Membuka genggaman tangannya, disana muncul sebuah pakaian untuk gadis di depannya. Llen segera memberikan gadis itu pakaian di tangannya.
"Cepat pakai!!"
Gadis itu cukup terkejut saat melihat pakaian muncul dari udara kosong—dan kebingungan—melihat tingkah Llen yang baik kepadanya, tetapi segera melakukan apa yang diperintahkan oleh Llen, karena ia juga kedinginan dengan hari yang sudah mulai larut.
Setelah beberapa menit kemudian, ia telah selesai menggunakan pakaian itu dan sudah menjadi lebih baik. Ia menggunakan celana hotpants, stocking hitam, jaket dengan bulu putih di kerah dan lengannya serta blus putih dibawah jaket itu.
Gadis itu terlihat senang melihat penampilan barunya, begitu juga dengan Llen yang melihat tingkah laku gadis itu. Walaupun gadis itu sudah tidak memberikan aura permusuhan, ia tetap waspada dengan Llen yang terus memandangi dirinya.
<<Lolicon!>>
'Santai Neng ... aku tidak mungkin di tangkap, karena aku seumuran dengannya.'
<<...>>
Kembali melihat gula— maksudnya gadis di depannya, Llen memperkenalkan dirinya, "Namaku Llen, siapa namamu?"
"..." gadis itu tidak menjawab ... mungkin, tidak bisa menjawab. Ia juga mencari sesuatu.
"??" kebingungan dengan tingkah kucing—gadis kecil di depannya, Llen mencoba mengartikan apa yang ingin dilakukan oleh gadis itu.
<<Dia bisu, bodoh.>>
Llen hanya ber 'oh' ria dalam batin mendengar ucapan Rivera. 'Tunggu, kenapa aku merasa kau menjawab dengan lebih singkat dan kasar dari biasanya?'
<<Mana ada.>>
Mencoba mengesampingkan masalah itu, Llen kembali melihat ke arah gadis di depannya yang masih mencoba mencari cara memberi tahu Llen.
Gadis itu menunjuk pada tenggorokannya dan melambaikan tangannya dengan cepat seperti orang menolak sesuatu.
"Kau tidak bisa berbicara?" tanya Llen yang dijawab anggukan olehnya.
Menciptakan sebuah alat tulis dan buku, Llen lalu memberikannya kepada gadis kucing di depannya.
"Bisakah kau menulis disini?" dijawab anggukan seperti sebelumnya.
Menulis dengan bahasa yang tidak dimengerti oleh Llen, gadis itu menunjukkan tulisan yang sangat asing baginya. Namun, Llen segera menciptakan kemampuan yang bisa membuatnya bisa memahami segala bahasa di seluruh dunia, bahkan dunia lain.
"Jadi Astia, ya ... boleh aku memanggilmu Tia?" gadis itu mengangguk mengkonfirmasi.
"Lalu, bagaimana kau bisa berada di tempat seperti ini? Dan... apakah kau seorang yokai?"
Gadis itu, Astia menulis sesuatu di buku yang diberikan oleh Llen, dengan bahasa yang tentu saja bukan bahasa dunia ini entah bagaimana.
Beberapa saat kemudian, Astia selesai menulis dan menunjukkannya kepada Llen. Sepertinya gadis itu sudah—sedikit—lebih jinak daripada sebelumnya.
Membaca tulisan yang tertulis disana, Llen akhirnya mengetahui asal-usul dari gadis Astia ini. Dia bukanlah seorang yokai—karena tidak mengetahuinya—melainkan seorang Beastkin. Atau lebih dikenal dengan Demi-human bagi beberapa orang.
Demi-human adalah manusia yang memiliki beberapa bagian tubuh hewan seperti telinga dan ekor kucing, atau apapun itu—yang membuat mereka dapat memiliki beberapa kelebihan dari hewan tersebut, seperti penciumannya dan pendengarannya.
Namun, masalah dari semua ini adalah.... 'Bagaimana caranya gadis ini berada di sini? Maksudku, dia adalah seorang Beastkin. Beastkin berbeda dengan yokai yang sejatinya makhluk tak kasat mata.'
<<Menurut penelitian yang saya lakukan. Gadis itu berada di dunia ini karena terdampar. Ringkas cerita, ketika sedang bersama ayah dan ibunya, tiba-tiba muncul retakan ruang yang membawa mereka ke dunia ini.
Ketika mereka terbangun, mereka telah berada di suatu hutan asing yang dekat dengan sebuah desa. Mereka yang tidak tahu apapun mencoba bertanya kepada orang-orang yang berada di desa.
Dengan telinga hewan yang mereka miliki, tentu saja, mereka diburu oleh banyak orang di desa tersebut karena dianggap sebagai siluman.
Ayah dan ibu anak ini terbunuh karena mencoba mengulur waktu untuk gadis itu kabur menuju tempat yang jauh. Dan anda mengerti kelanjutannya.>>
Terdiam ... Llen menelan saliva yang tersisa di mulutnya. Llen sedikit kebingungan dengan beberapa bagian, tapi ia telah mengerti secara garis besarnya.
'Mungkin, karena aku sepantaran dengannya, aku dianggap bisa dipercaya?'
<<Itu adalah jawaban paling masuk akal. Lagipula, gadis kecil itu sudah putus asa dengan keadaannya.>>
Menghela napas internal, Llen hanya bisa merasa kasihan dengan kejadian yang telah menimpa Astia kecil.
"Kalau begitu Tia, maukan kau ikut denganku?" Astia memiringkan kepalanya kebingungan.
Llen menepuk kepala Astia yang membuat Astia secara refleks memejamkan matanya. Astia membuka matanya lagi dan memandang Llen yang sedikit lebih tinggi darinya. Llen hanya tersenyum dan menunjukkan sebuah cermin.
Membelalakkan matanya, Astia terkejut melihat telinganya telah menghilang dan berubah menjadi telinga manusia. Ia kemudian menuliskan beberapa kata di atas buku di tangannya.
'Apakah aku menjadi manusia?'
Llen menggelengkan kepalanya. "Tidak, aku hanya memberikan sebuah sihir ilusi sederhana yang tidak mungkin bisa di lihat oleh siapapun."
Senyuman tersungging di bibirnya, Astia senang karena tidak perlu berlarian lagi dari orang-orang yang mengejarnya, tapi apakah mereka bisa mengenali wajahnya atau tidak itu adalah masalah lain.
"Karena Tia sudah siap, ayo kita pergi sekarang."
Llen dan Astia pergi dari sana menuju kota. Mencari rumah adalah tujuan mereka saat ini. Dan memalsukan identitas adalah langkah awal mereka untuk mendapatkan tempat tinggal.