Nathan mengendarai mobil sportnya dengan kecepatan penuh melewati jalan tol. Seolah tak peduli dengan sekitarnya, Nathan makin leluasa melajukan mobilnya ditengah keramaian. Bunyi klakson dari Pengandara lain tak henti-hentinya terdengar oleh Nathan namun dihiraukannya. Hingga Nathan sampai di Club Colloseum.
"Lama bener Lu Nat! Capek nih mereka nunggu," tunjuk laki-laki itu kepada kumpulan wanita jalang yang siap menjual diri mereka kepada Nathan.
"Berapa perjam?" Tanya Nathan dengan tatapan yang tak lepas dari semua wanita jalang itu.
"Terserah Lo sih, jadi nggak ni anjir? Kalau kagak jadi mending Gue tawarin ke orang lain aja," kata orang itu.
"Sabar dong. Bentar biar Gue lihat dulu." Nathan terlihat berpikir.
"Hari ini Gue mau nantangin Lo," kata laki-laki berbadan atletis yang tiba-tiba muncul dibelakang Nathan.
"Oh Jesse, udah lama ga ketemu. Emang apa tantangannya?" Kata Nathan dengan senyum smirk khasnya.
"Kita lomba minum, gimana?" Kata Jesse.
"Kalo Gue menang?"
"Gue yang bayarin semua jalang yang Lo sewa," kata Jesse dan disetujui oleh Nathan.
"Yah, padahal uang Gue cukup untuk nyewa semua jalang yang ada di seluruh Indonesia. Tapi ya karena Lo nawarin, Gue mau aja. Rezeki masak ditolak," kata Nathan lalu segera menuju salah satu meja.
Nathan dengan santai menegak satu persatu minuman yang di sediakan. Hingga botol ke empat, saat lawan Nathan mulai terhuyung Nathan tetap terlihat segar.
"Yosh, Gue menang! Bayarin jangan lupa," kata Nathan sambil berjalan sempoyongan kearah salah satu wanita jalang.
"Sial! Berapa perjam mereka?" Tanya Jesse kepada salah satu temannya. Jesse dengan berat hati mengambil black card nya, lalu membayar semua tagihannya.
Nayara dan Nicholas kini sudah berada diruang tamu bersama dengan William dan Justin.
"Nathan mana Niko?" Tanya Sherina sedikit berbisik kepada Nicholas. Nicholas yang ditanya mencoba mencari alasan didalam otaknya.
"Niko kok diem? Jangan-jangan Nathan ke club lagi?" Tanya Sherina.
"Sebenarnya Nathan lagi jenguk temennya di rumah sakit. Temennya ada yang kecelakaan tiba-tiba," jawab Nicholas dengan tenang, namun sebenarnya di dalam hatinya sangat panik.
"Ya iyalah orang kecelakaan tiba-tiba, gapapa deh intinya gak ke club," jawab Sherina.
"Huek," tiba-tiba Nayara merasa mual.
"Nayara ada apa nak?" Tanya Adele merasa khawatir.
"Tidak apa-apa, mungkin masuk angin. Saya permisi ke kamar mandi sebentar," kata Nayara lalu langsung berlari kekamar mandi.
"Nicholas tolong urus adik kamu," kata Rivanno mengisyaratkan kepada Nicholas. Nicholas langsung mengikuti adiknya dan diikuti oleh William.
"William mau kemana kamu?" Tanya Adele namun tak mendapat jawaban dari William.
"Mungkin William merasa khawatir," kata Sherina tersenyum.
"Ada-ada saja," jawab Adele sambil menggeleng.
"Nayara Lo gapapa?" Tanya William yang saat ini sudah berada disebelah Nayara.
"Ngapain Lo ikut kesini? Kak Nicholas mana?" Tanya Nayara kaget. Karena setahunya, Nicholas lah yang mengikutinya.
"Kayaknya masih ngambil tisu," jawab William.
"Hoeek," Nayara memuntahkan seluruh isi perutnya kedalam wastafel. Dengan cepat William memukul pelan punggung Nayara, dan mengelap bibir Nayara dengan jarinya. Nayara menatap manik mata William yang bertemu langsung dengan matanya.
"Nayara kamu gak-," Nicholas menghentikan langkahnya saat melihat William mengelap bibir adiknya. Nicholas merasa kalau William menyukai Nayara.
"Ekhem!" Pekik Nicholas.
"Astaga kak Niko bikin kaget," refleks Nayara menjauhkan tubuh William dan langsung mengambil tissue yang dibawa kakaknya itu.
"Kenapa kamu? Masuk angin? Minum obat ya?"
"Kayaknya Naya kekenyangan deh kak, tadi makan banyak cookie," jawab Nayara.
"Udah baikan? Ayo balik," kata Nicholas mengajak keduanya kembali.
"Terima kasih untuk jamuan makan malamnya Tuan Rivanno," kata Thomas yang hendak pulang.
"Ah tidak, justru saya yang berterima kasih karena Tuan Thomas mau menjalin kerja sama di perusahaan amal milik kami," kata Rivanno.
"Saya merasa senang bisa membantu orang-orang yang membutuhkan," kata Thomas lalu mengulurkan tangannya.
"Sherina terima kasih karena telah mau menjadi temanku kami permisi dulu," kata Adele sambil memeluk Sherina.
"Nayara, kami pamit ya," kata Adele lagi.
"Baik tante, hati-hati dijalan," kata Nayara dengan senyuman khas nya.
Lagi-lagi William terpaku melihat senyuman Nayara.
"William, nak heh kok bengong! Ayo balik," pekik Thomas saat William tidak menjawab panggilannya.
"Eh, baik Pa. Gue pulang dulu ya Nay," kata William lalu keluarga Ackerley meninggalkan rumah keluarga Kalendra.
Didalam mobil William tak henti-hentinya tersenyum memikirkan Nayara. Adele yang melihat putranya pun tersenyum lalu memegang tangan William.
"Kenapa kamu Will? Masih mikirin Nayara ya?" Tanya Adele kepada William.
"Apaan sih Ma, nggak ih," bantah William dengan wajah memerah.
"Nayara kalo dilihat-lihat cantik juga ya," celetuk Justin mengejek William.
"Paan sih Lo! Nayara punya Gue! Dan satu hal lagi! Lo harus manggil dia pake Kak."
"Liat kan Ma, anak bujang Mama udah jatuh cinta wkwkkw," kata Justin tertawa terbahak-bahak.
"Bagus dong, berarti tipenya William high class," sahut Thomas.
"Udah dong Ma, Pa, Elu juga! Btw William boleh sekolah di SMA Semesta gak Ma?"
"Oh biar sekolah bareng Nayara? Boleh dong, makanya belajar yang giat," kata Adele.
"Ng-nggak kok! Menarik aja. Katanya disana banyak anak-anak hits," jawab William kalap.
Satu bulan kemudian....
"Nay, Lo bareng Gue apa Niko berangkatnya?" Tanya Nathan yang sudah siap dengan seragam sekolahnya.
"Gue berangkat sendiri aja nanti dianterin Papa, males sama Lo!" Kata Nayara.
"Pa, Ma, Nathan berangkat ya. Niko Gue duluan bye-bye," Nathan berpamitan lalu segera mengendarai mobil sport miliknya keluar pekarangan rumah.
"Naya kakak duluan ya, Pa, Ma, Niko berangkat," kata Nicholas menyusul. Berbeda dengan Nathan, Nicholas lebih suka mengendarai motor ninja kesayangannya.
"Nayara, nanti Papa sama Mama langsung balik ke Afrika. Kasih tahu kakak-kakak kamu ya," kata Sherina yang sibuk mengurusi barang-barang yang akan ia bawa ke Afrika nanti. Nayara menanggapi hanya dengan menganggukkan kepalanya.
"Nayara!!!!!!" Teriak Gisel yang sudah berada disekolah baru mereka.
"Akhirnya kita bisa satu sekolah ya," kata Bastian.
"Gue udah dari lama sih satu sekolah bareng Lo," kata Gisel.
"Ayo masuk," ajak Nayara kepada dua sahabatnya itu.
"Ehh? William?" Kata Gisel saat bertemu dengan William.
"Hai Gisel. Lama ga ketemu," sapa William ramah.
"Kamu sih, siapa suruh pindah rumah? Pisah kan jadinya," kata Gisel memajukan bibirnya.
"Kamu?" Tanya Bastian dalam hati.
"Jangan dimajuin bibirnya, aku cium loh," segera Gisel memukul dada William dengan keras.
"Hai Nay. Kita satu sekolah ya ternyata," kata William saat melihat Nayara.
Sebenarnya niat awal William adalah menyapa Nayara. Namun, siapa sangka ia akan bertemu teman masa kecilnya?
"Hai," jawab Nayara singkat.
"Kok kalian bisa kenal?" Pekik Gisel heboh.
"Waktu sebulan yang lalu keluarga ku main kerumahnya Nayara, yakan Nay?" Nayara hanya menanggapi dengan anggukan saja.
"Bentar, yah Nay. Kita ga sekelas hue," kata Gisel saat mengetahui bahwa hanya Nayara yang berbeda kelas dengannya.
"Yah Nayara. Sepi nih Gue kalo gak sama Lo," kata Bastian.
"Kan ada Gisel."
"Bosen gue dari dulu liat muka dia mulu, capek."
"Ish Gue juga!" Kata Gisel menoyor belakang kepala Bastian.
"Kayaknya gue sekelas sama Nayara deh," celetuk William, yang membuat Gisel dan Bastian menatap kearahnya.
"Eh beneran, gak sendiri Lo Nay," kata Gisel menyemangati.
"Pengumuman bagi anak-anak angkatan baru, diharapkan kumpul di lapangan sekarang juga. Terima kasih," kata pembina acara.
"Ayo cepet kumpul," mereka bertiga langsung berkumpul di lapangan.