Selepas jogging, Reva kembali merenung di balkon kamar sambil menatap lurus ke depan. Tadi Sean mengajak Reva pulang ke Jakarta, tetapi Reva belum menjawab. Memang sih di sini tidak leluasa, tapi keamanannya sudah terjamin. Sedangkan di Jakarta, Reva masih trauma akan kelakuan Jihan kemarin.
'Saya mau nikah sama kamu, Re, kalau perlu sekarang.'
Reva mengutuk perkataan Sean itu. Kenapa mulutnya masih berani mengajak nikah? Reva tidak mau munafik, sebetulnya dia ingin menikah dengan Sean. Mau bagaimanapun, Sean pria satu-satunya yang sudah mengisi hidup Reva. Bahkan hanya Sean yang menikmati tubuhnya.
Reva sedang membayangkan jika seandainya mereka benar-benar menikah. Mingkin hidup Reva akan bahagia karena bisa setiap hari menjumpai Sean di atap yang sama. Belum lagi kalau nanti punya anak, pasti kebahagiaannya akan bertambah besar.
Chrystal.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者