Setelah pergelutan panas di pagi hari, kini Reva memilih merebahkan tubuhnya di atas kasur. Perutnya terasa kram, namun Reva enggan mengatakan pada Sean. Pria itu sedang mandi, karena tadi dia memilih memejamkan mata.
Reva terus meringis, perutnya seperti diremas tanpa ampun. Apa ini semua efek samping kegiatan tadi? Berkali-kali Sean meminta, berkali-kali juga dia melepaskan di dalam.
Pintu kamar mandi terbuka, namun Reva masih sibuk memegangi perutnya. Jangankan untuk duduk, merubah posisi saja susah.
"Kamu kenapa sih, Re? Kamu udah pesan makan?"
Reva menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Perut aku sakit, Sean."
Terdengar helaan napas berat dari Sean, dia pun duduk di tepi ranjang, lalu menarik pundak Reva agar terlentang. Sudah tidak asing melihat Reva menangis, bahkan untuk kali ini Sean tidak kaget.
在webnovel.com支援您喜歡的作者與譯者