"Semuanya milikmu, Mas?" Tanya Ayu sambil menghampiri mobil-mobil itu.
"Nope. Punya majikannya Mas." Ayu langsung melengos kecewa.
"Jelas punyaku, Yu! Punya siapa lagi?" David tersenyum sambil mengacak-acak rambut Ayu.
"Isshhh!!! Bercanda mulu." Ayu cemberut.
"Ya sudah. Katanya pengen nge-Mall? Yuk berangkat."
"Mas. Pakai mobil yang itu aja. Kayaknya keren." David mengangguk dan langsung menyuruh seseorang mengeluarkan mobil itu dari garasi.
Begitu sampai di Mall, Ayu heran karena ada empat orang bodyguard di belakang mereka. "Mereka pengawalnya Mas, ya?"
"He-em."
"Emang, Mas orang penting pake di kawal segala?"
"Someday you'll know it." Ayu cemberut seketika. Tapi itu hanya sementara karena sekarang Ayu senang sekali ternyata kakaknya mengajaknya ke KRISH MALL. Mall terbesar di Indonesia.
"Dek, Mas ke atas sebentar. Ada perlu.Kalo mau karaoke pergi aja dulu. Mas menyusul." Ayu mengangguk oke.
"Kalian berdua, jaga Ayu!!" Kata David kepada dua bodyguardnya sebelum memisahkan diri.
Sementara itu, Ayu yang memang ingin melampiaskan kepenatan di otaknya, langsung menuju tempat karaoke favoritnya. Ayu sebenarnya risih dikawal, berasa jadi Ibu Menteri dia. Tapi lucu juga sih jadinya saat dia berhasil mengajak dua bodyguard itu karaokean dan menyuruh mereka nyanyi salah satu lagu dangdut kesukaannya.
Sambala sambalabala sambalado terasa pedas terasa panas
Sambala sambala sambalado mulut bergetar lidah bergoyang
Cintamu seperti sambalado ah ah
Manisnya cuma di bibir saja
Sayangmu seperti sambalado ah ah
Nikmatnya cuma di lidah sajaaa haaaa
Colak colek sambalado ala ma alay Di colek
sedikit cuma sedikit tetapi menggigit
Ujung ujungnya bikin sakit hati .... Ho ....
Ujung ujungnya sakit hati.
Ayu dan ke dua pengawalnya asik berduet dan bergoyang di tempat sempit itu sambil sekali tertawa ngakak gara-gara lirik yang salah. Benar-benar cara menghilangkan stress yang manjur. Bahkan saking asiknya Ayu tidak sadar ada sepasang mata yang melihatnya marah.
Ngiiiiiiiiiiiiiiiinnnnnnggggg
David nongol dan langsung merebut mic yang digenggam Ayu.
"Apa apaan sih Mas? Ngagetin aja!!"
"Maksudmu apa kayak gini?"
"Apaan!!! Ayu gak ngerti? Kenapa Mas dateng-dateng malah marah?"
David mengusap wajahnya frustrasi. "Dek, Mas bisa sewain, bahkan membelikanmu karaoke paling gede dan lengkap yang pernah kamu lihat. Tapi apa??? Kamu malah karaokean di box recehan begini?! Kamu berniat menghinaku?!" kata David sambil menggebrak box karaoke yang dimasuki Ayu.
"Yang mau menghina Mas tuh siapa? Kalau karaokean ya Ayu emang biasanya selalu di sini Mas!!"
David menatap Ayu shock. Seriously?! David berusaha mengontrol kemarahannya. "Perasaan, orang tua kita gak miskin-miskin amat Dek. Tapi kenapa tingkahmu seolah keluarga kita itu kere? Memangnya kamu gak dikasih uang saku ama si brengsek itu?"
6
Ayu yang dikatain itu tentu saja tersinggung. "Maaf ya Mas, orang tua kita emang orang kaya. Ayu juga dikasih kok uang saku lebih dari cukup. Tapi Ayu sadar kehidupan Ayu kedepan sudah di atur sama mereka. Dengan siapa Ayu berteman. Dengan siapa Ayu akan menikah. Ditempat mana Ayu tinggal. Dan, di mana Ayu akan bekerja. Semua sudah diatur mereka. Ayu cuma mempersiapkan diri Ayu aja menghadapi yang terburuk. Iya, kalau Ayu dinikahin sama orang kaya. Kalau ternyata nikahnya sama yang biasa aja, gimana? Kalau Ayu terbiasa bermewah-mewah trus ternyata dapetnya miskin, pasti Ayu bakal menderita. Tapi kalau Ayu udah biasa hidup hemat dari sekarang, mau Ayu dapet orang miskin atau kaya, Ayu akan bisa menerima," kata Ayu dengan menggebu-gebu.
Sedang David, kini merasa bersalah karena memarahi adiknya. David langsung memeluk Ayu erat. "Maaf Dek ... Mas gak tahu kalau selama ini hidupmu menderita." kata David mengelus rambut Ayu. Sedangkan Ayu, ia menangis sesenggukan, karena unek-uneknya selama ini bisa di keluarkan.
"Ayu juga pengen mas ngemall bareng temen, punya pacar dan bisa maen keluar. Tapi Ayu gak boleh," kata Ayu di sela tangisnya.
David hanya memeluk Ayu erat sambil menggumamkan maafnya berkali-kali. Setelah beberapa lama, akhirnya Ayu berhenti menangis.
Setelah di rasa Ayu tenang David membawa Ayu ke atas keruangannya. Ayu yang awalnya bingung tambah heran saat memasuki ruang yang terlihat seperti ruangan orang penting.
"Mas kerja di sini " Tanya Ayu heran.
"Bukan kerja, tapi Mas pemilik MALL ini," kata David sambil duduk di kursi kebesarannya.
"Mas becanda ih ..." Ayu tertawa tak percaya.
"Mas terlihat sedang bercanda?"
" ... "
"Omg omg omgggggggg kakak gue pemilik Mall terbesar di Indonesia. AAAAAAAAAAAAAAAA gue gak percaya gue gak percaya sumpah. Aww!! Tapi dicubit sakit!! Mas serius?! Mas beneran gak bohong?!?!" David tertawa ngakak melihat ekspresi Ayu yang blingsatan tak keruan.
"Tapi sayangnya sebentar lagi tempat ini bakal jadi milik orang lain," kata David kemudian.
"WHAT!!?? Gak lucu ah Mas. Baru berapa detik Ayu tau ini mall punya Mas, masa udah mau bangkrut aja. Mas becandanya aneh."
"Udah deh, Dek. Kamu ke toilet dulu gih! Jelek banget mukamu yang habis nangis itu," kata David mengusir.
"Tapi gak bangkrut kan, Mas?"
"Nggak!!" Ayu tersenyum lalu masuk ke toilet dan merapikan dirinya.
Sedang di ruangan lain David menghubungi seseorang. Dan begitu Ayu keluar, David langsung menariknya.
" Ke mana sih Mas buru-buru amat?"
"Ada meeting."
"Kenapa Ayu ikut? Malu ah, Ayu cuma pakai kaos doang?"
"Mas juga. Nih!!" Kalau dipikir-pikir, Ayu memang tak pernah lihat David pakai baju formal. Sewaktu melihatnya di pernikahan Sandra saja, David terlihat memakai kemeja dan celana jeans.
Saat masuk ruangan Ayu merasa minder. Di sana sudah berkumpul sekitar 20 orang memakai pakaian kantor yang rapi. Sedang dia, seperti anak sekolah yang kesasar. Tanpa basa basi, David langsung duduk di kursinya dan menyuruh adiknya duduk di sebelahnya.
"Semua sudah siap?" tanya David pada mereka semua. Dia bahkan tak mau repot-repot mengucapkan salam.
"Sudah Pak. Ini, silakan diperiksa. Tapi sebelumnya maaf, Bapak yakin mau melakukan ini?"
"Kenapa?"
"Yah, kami khawatir pemindahan kepemilikan yang terjadi mendadak bisa menurunkan kepercayaan klien kita."
"Mall ini hanya akan pindah nama, tapi masih dibawah management saya. Jadi, kamu tak perlu khawatir."
"Baik Pak." Pria yang ternyata adalah seorang Pengacara tersebut, menyahut.
David lalu menandatangani beberapa berkas. Bukan mengembalikan pada Pengacaranya, ia justru memberikannya pada Ayu.
"Tanda tangani." David berujar tegas.
"Hah?!" Ayu bengong, tidak mengerti.
"Tanda tangan, Dek."
"Buat apaan?"
"Sudah, tanda tangani saja." Karena tidak mengerti, Ayu akhirnya tanda tangan. Toh, Kakaknya tidak akan jahat padanya.
"Oke. Segera diurus dan beritahukan pada seluruh staf di sini bahwa kini, Mall ini adalah milik RATIH AYU BRAWIJAYA." Semua yang di ruangan itu berhamburan keluar menyisakan David dan Ayu yang shock.
"Maksudmu apa, Mas?" "This is for you, Dek. Mall ini, Mas serahkan buat kamu."
"Tapi ... kalau Mall ini jadi milikku, lalu bagaimana dengan Mas David?" Kata Ayu meneteskan air mata haru.
"Ya ampun Dek, Mas punya banyak MALL kayak gini diluar negeri. Mall ini, gak ada apa-apanya. Slow aja. Okay?"
"T-t-tapi-..."
"Hush!! Stop complaining. Pokoknya, mulai detik ini, Mall ini adalah milikmu. Mas ingin melihatmu bahagia. Mas gak mau, kamu hidup kayak orang kere lagi. Nikmatin hidupmu. Kamu masih muda. Masih banyak orang yang mau berteman dan jadi pacarmu. Cari mereka, dan ajak senang-senang. Nikmati hal yang belum pernah kamu nikmati. Kamu bebas. Dan Mas pastikan, kamu selalu bahagia. Karena Mas sayang kamu. Jelas?!" Ayu kehabisan kata-kata. Ia menghambur kepelukan Kakaknya dan menangis bahagia. Seumur hidup, hanya David yang paling memahaminya.
"Kayaknya, sejak kemarin, Mas bikin kamu nangis terus ya Dek?" David berujar, seraya membelai rambut Ayu, penuh kasih sayang.
"Ini tangis bahagia Mas." Ayu yang berada dalam dekapan David, menyahut.
"Yeah, I know. This is because I love you, my lil'sis."
"I love you too, Mas." Ayu menyahut lirih. Mengeratkan pelukannya.