webnovel

Oh, My Bos

konten 17+ Seorang gadis biasa bernama Silia Anastasya, tidak pernah menduga, bos barunya di tempatnya bekerja saat ini adalah seniornya dulu di kampus--Snapp Edward. Lima tahun yang lalu, Snapp pernah membully Silia di depan para mahasiswa lainnya hingga menangis. Takdir memang tidak bisa di tebak, kini mereka di pertemukan kembali dalam lingkungan kerja. Silia adalah gadis berpenampilan tidak modis, sedangkan Snapp begitu sempurna dan di puja para wanita. Dengan ketampanan, kepandaian serta kekayaanya, Snapp bisa dengan mudah mendapatkan gadis manapun yang ia mau. Namun ... bagaimana dengan Silia? Mungkin ini yang di namakan musuh bebuyutan selalu bertemu, apakah pertemuan kali ini dapat menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya? Atau malah tidak akan pernah menyatu sama sekali. find me ig : evayunita7458

Eva_Yunita_9816 · 现代言情
分數不夠
300 Chs

Meeting di Club

Silia bisa merasakan udara dari AC mobil yang menguar begitu ia memasuki kuda mesin itu. Sangat nyaman, Silia memilih duduk di bangku belakang, seolah tak ingin menyia-nyiakan kesempatan, Alya mengambil posisi duduk di sebelah Snapp.

"Setelah melewati dua jalan raya, Tuan muda bisa turunkan kami di belokan," Silia membuka suara saat mobil sudah mulai melaju membelah jalanan.

Tanpa mengalihkan fokus nya dari jalanan, Snapp mengambil kesempatan untuk bertanya, "apa di situ ada restorant?"

"Tidak ada, hanya rumah makan kecil," jawab Silia apa ada nya, "sulit untuk mobil mencari tempat parkir di gang sempit, jadi kami turun di depan belokan saja."

Snapp terdiam, ia tidak pernah makan di kedai kecil sebelum nya, jadi sulit bagi nya untuk membayangkan bagaimana keadaan tempat nya, mungkin tidak terlalu bersih, pikir nya. "Perhatikan lah kesehatan mu."

"Uhuk...." Silia hampir saja tersedak dengan air liur nya sendiri, apa yang baru saja di katakan pria itu? Apa dia sedang mencoba memberi perhatian?

"Terimakasih, Tuan muda Snapp telah mengantar kami," ucap Silia sopan begitu dirinya dan Alya turun dari mobil.

"Kebetulan saja searah."

Silia tidak percaya dengan kalimat yang di lontarkan Snapp, pria itu sangat menyebalkan, tadi dia terlihat sok perhatian, dan sekarang seolah terlihat tak peduli, apa susah nya bilang "Ya, sama-sama." Atau "Tidak masalah..." atau kalimat lain nya yang lebih enak di dengar. Namun dia lebih memilih kalimat yang angkuh seperti itu.

Sejak awal siapa juga yang mau di antar oleh mu?

Silia terus saja menggerutu dalam hati meski mobil Snapp sudah jauh berlalu.

"Ya... ampun, tuan muda Snapp sangat tampan, aku di antar tuan muda Snapp, ini bisa ku banggakan seumur hidup."

Sedangkan gadis di sisi Silia masih memandangi kepergian Snapp dengan perasaan kagum. Perut Silia seketika mual ketika mendengar nya.

Apa harus selalu berlebihan seperti itu?

"Eh... Silia, apa kau tahu, tuan muda Snapp punya beberapa pacar?"

Meski sangat enggan untuk menjawab hal tak penting menurutnya, tapi Silia tetap mengatakan sesuatu, "Entahlah, tapi sepertinya sangat banyak."

Sila melangkah memasuki kedai tanpa ingin mempedulikan Alya yang masih terus saja mengoceh, "sepertinya aku tidak ada harapan lagi, tapi bisa bertemu dan di antar oleh nya seperti saat ini sudah merupakan keberuntungan untuk ku."

"Eh... Silia...." Alya menoleh ke samping dan teman nya itu sudah tidak ada. Dia pun segera berlari kecil menyamakan langkah nya dengan Silia.

"Silia... memangnya kau tidak tertarik sama sekali dengan tuan muda Snapp?"

Mendengar pertanyaan itu, jantung Silia langsung terasa ingin copot. Dengan segera ia menggelengkan kepalanya.

Raut wajah tenang langsung tergambar di wajah Alya, "bagus lah, jadi aku tidak perlu bersaing dengan teman sendiri."

***

"Halo, Silia, apa kabar?"

"Baik, ayah sendiri apa kabar?"

Sudah lama sekali rasanya Silia tak mendengar suara pria paruh baya di seberang sana.

"Ayah baik juga, tadi Ayah mengirimi mu paket makanan, seharusnya sudah sampai, kau jaga kesehatan mu baik-baik, ya?"

"Em..." Silia terdiam, ada sesuatu yang mendesak dalam dadanya ingin keluar dan ia tak kuasa untuk menahannya, semua kerinduan dan rasa sakit yang masih tersisa membuat cairan bening dari sudut matanya menetes perlahan, "tentu saja aku akan menjaga kesehatan ku, aku kan harus menghidupi diri ku sendiri, jadi aku tidak ingin sakit, aku tidak ingin merepotkan siapapun."

"Silia... apa kau masih marah pada ayah?"

Silia kembali terdiam, pipinya makin basah, ia bahkan harus membekap mulut nya sendiri agar suara Isak tangis nya tak terdengar sampai ke seberang sana, "tidak, aku tidak pernah marah pada ayah..."

Hanya saja aku sedikit kecewa.

"Oh... maaf kan ayah jika ayah tak bisa menjagamu dengan baik, ayah hanya berharap suatu saat kau mau pulang kemari dan hidup bersama ayah lagi."

Silia mengangguk dengan perasaan yang tak bisa di jelas kan, tentu saja itu tak bisa terlihat oleh ayah nya. "Ayah, maaf, sepertinya kita harus mengakhiri percakapan ini, sebentar lagi aku ada meeting dengan client."

"Baik lah kalau begitu, kalau ada apa-apa jangan sungkan-sungkan untuk memberi tahu ayah."

"Baik, yah."

Silia menutup telepon nya, kemudian memasukkan benda pipih itu ke dalam tas nya. Saat ini dia sedang bersiap untuk pergi ke sebuah club menemui perwakilan dari Popou group. Dia tidak ingin wajah nya yang sembab di lihat oleh orang lain, sebelum melangkah pergi meninggal kan kamar kos nya, dia mencuci muka nya sekali lagi, lalu merias wajah nya agar lebih segar.

"Nona Silia, mari kita bersulang."

Tuan Han mengangkat gelas berisi wine ke udara, Silia pun melakukan hal yang sama, gelas mereka beradu dan menimbulkan suara dentingan di susul tawa dari para perwakilan Popou yang lain nya.

"Senang bisa bekerja sama dengan anda dan Popou group."

Ternyata kemapuan Silia tidak hanya ada pada kecerdasan otak nya, namun dia juga begitu piawai dalam bercakap dengan client, membuat siapapun yang melihat nya akan terpesona dengan aura positif yang di pancar kan nya, dia terlihat smart, elegan dan cantik alami, sangat kontras dengan penampilan nya yang terkesan sederhana, namun itu lah yang membuat nya berbeda dan membuat nya memiliki daya tarik.

"Wah, nona Ailia sangat jago juga minum alkohol, bagaimana kalau kita bersulang lagi." Tuan Han bersiap menuang cairan merah ke dalam gelas nya lagi, dan kembali mengangkat gelas nya ke udara.

"Rasanya aku ingin muntah, benar-benar tidak tahan, aku tidak pernah minum alkohol sebelum nya, namun aku harus mulai terbiasa." Silia merasa tidak tahan dan segera menuju toilet, "hueekk..." tak lama terdengar muntahan nya di barengi keran wastafel yang mengucur. Setelah nya napas Silia terdengar terengah-engah.

Silia kembali berjalan keluar meninggalkan kamar mandi, tiba-tiba pandangan nya menjadi buram, kepalanya juga semakin terasa berat, ia hampir saja terjatuh kalau tidak ada Snapp yang dengan cepat menangkap tubuh nya. Pria itu merasa khawatir dan mengikutinya, dan sepertinya dia datang di saat yang tepat.

Snapp dan Silia saling terpaku dan menatap, jarak wajah di antara mereka begitu dekat, bahkan Silia bisa merasa kan hembusan napas Snapp yang menerpa wajahnya, membuat jantung Silia berdentam layak nya musik disko. Silia khawatir pria itu akan mendengar nya, dia pun segera melepaskan diri dari dekapan nya, mengatur napas nya yang sempat tak beraturan.

"Kau tidak apa-apa?" Snapp menyentuh pipi Silia dan menyingkap helaian rambut nya ke telinga.

Perasaan hangat segera menjalari sekujur tubuh Silia, perasaan aneh yang tak pernah ia rasakan sebelum nya, bagian bawah perut nya juga tiba-tiba terasa hangat.

Ada apa dengan diri nya?

Silia buru-buru menggeleng dan mencoba menepis tangan Snapp.

"Mau ku antar pulang?"

Silia hanya mengangguk tanpa mengeluarkan satu patah kata pun, ia masih sibuk menata debaran dalam dada nya, juga reaksi aneh yang di tunjukan tubuh nya.

Bersambung.