webnovel

Kembali Ke Green Castle

***

Odette memasuki semak belukar, dia memilih rute yang sebelumnya telah ia putuskan. Menurutnya, itu lebih baik dari pada menaiki lereng mengikuti Rion.

Orang bodoh mana yang akan mengikuti orang yang hampir mencelakainya?

Gadis itu terus berjalan, dan menerobos semak-semak yang tinggi dan menutupi pandangan seperti sebuah tirai pertunjukan, sembari memukul-mukulkan ranting di tangannya pada sulur-sulur pohon yang menghalangi jalan.

Odette sungguh berharap bisa menemukan jalan keluar dari hutan namun semakin ia berjalan, keadaan di sekitarnya semakin gelap dan terasa mencekam.

Sesaat ia berhenti dan menatap sekeliling. Entah kenapa rasanya tempat itu tidak aman dan bulu di tengkuknya tiba-tiba berdiri ketika ia merasakan hembusan angin di sana.

Hembusan angin itu terasa hangat seperti ... seperti seseorang sedang bernapas di belakang telinganya.

Ada yang tidak beres. Odette memutar kepalanya ke belakang dengan kaku dan seketika ia membatu, jantungnya seperti baru saja jatuh ke perut saat ia mendapati wajah dari seekor beruang besar terpampang secara jelas dan nyata di depan wajahnya.

ROAAAAARRRR!

Beruang besar tersebut membuka mulutnya dengan sangat lebar dan meraung dengan sangat keras tepat di depan wajah Odette. Rion yang sedang berjalan mendaki lereng menoleh dengan ekspresi terkejut ketika mendengar suara raungan dari dalam semak-semak yang berada di bawah sana.

Di lain tempat, Trish dan Anwen yang masih sibuk mencari Rion juga ikut terkejut karena melihat burung-burung beterbangan keluar hutan sesaat setelah terdengar suara raungan.

"Trishy, jangan-jangan kakak ada di sana," kata Anwen.

"Um. Ayo kita periksa," Trish mengangguk lalu berlari ke selatan diikuti oleh Anwen. Mereka berharap mereka mengambil arah yang benar karena sangat sulit menentukan arah datangnya sebuah suara yang berada di dalam hutan yang sangat lebat.

Mereka hanya memutuskan berdasarkan burung-burung yang mereka lihat. Burung-burung tersebut berterbangan dari arah selatan.

***

Odette membeku, seluruh tubuhnya gemetar hebat saat beruang itu menatapnya dengan lurus sebelum akhirnya berdiri dan terlihat akan menghantamkan cakar-cakar besarnya kepada Odette. Namun, sebelum beruang tersebut menghantamkan cakarnya, sebuah batu melesat dan menghantam kepalanya dengan keras.

PLAKK!

Sesaat setelah itu, beruang tersebut melangkah mundur terhuyung-huyung sebelum akhirnya jatuh tidak sadarkan diri.

"Sepertinya kau sangat suka menempatkan diri dalam masalah, yah," ucap Rion bernada datar. Dia berdiri di dekat kepala sang beruang yang baru saja tumbang. "Kalau kau masih ingin hidup ikutlah denganku, tetapi kalau kau ingin menjadi sarapan hewan buas yang ada di sini terserah.,"

Ia hendak berbalik untuk pergi tetapi kemudian ia dengan cepat berlari menangkap tubuh Odette yang terlihat akan jatuh.

Swoosh ....

Tubuh Odette jatuh di pelukan Rion.

Hembusan angin menerbangkan kelopak-kelopak bunga putih yang tumbuh bergerombol di bawah pohon serta menghamburkan spora rerumputan.

Untuk beberapa detik mata hazel Rion menatap wajah gadis itu dengan tatapan yang sulit untuk diartikan sebelum akhirnya ia menggendong gadis tersebut dan membawanya pergi.

***

Trish dan Anwen yang berlari menuju tepi lereng mendadak berhenti saat melihat Rion muncul dari bawah sambil menggendong seorang wanita.

"Trishy, apa kau memikirkan apa yang kupikirkan?" Anwen menoleh menatap Trish di sampingnya dan memasang senyum kelinci.

Trish hanya memicingkan mata ke arah Anwen sesaat lalu bergegas menghampiri Rion dan Anwen mengikutinya.

"Yang Mulia, apakah Anda baik-baik saja?" tanya Trish sesaat setelah ia berdiri di hadapan Rion, sementara Anwen segera bersembunyi di balik punggung Trish ketika bertatap muka dengan Rion.

"Yang Mulia, dia ...." Trish beralih menatap wanita berbaju putih yang saat ini sedang berada di gendongan rajanya. Dia nampak ingin bertanya tentang siapa wanita tersebut tetapi dia mengurungkan niatnya saat melihat penampilan rajanya dan wanita tersebut yang sama-sama basah, serta ketika ia melihat tanda merah di leher wanita itu.

Diam-diam Trish menelan ludah saat ia bertanya-tanya di dalam benaknya, apakah rajanya telah melakukan hal itu kepada wanita berbaju putih tersebut? Kalau begitu maka ....

"Ini tidak seperti yang kau pikirkan," kata Rion datar, seolah mengerti apa yang dipikirkan oleh Trish.

"Ahem. Ma-maaf Yang Mulia." Trish berusaha menyingkirkan pikiran anehnya sementara itu Rion mulai berjalan untuk kembali ke tempat kudanya.

Anwen nampak bergeming menatap punggung kakaknya yang terus menjauh. Ada kesedihan yang terselubung dari balik mata ungunya. Namun sesaat kemudian ia terhentak kaget saat Trish menepuk bahunya.

"Kau baik-baik saja?" tanya Trish.

Anwen dengan cepat tersenyum lebar dan kembali memasang ekspresi ceria. "Yeah, tentu saja. Ayo!" katanya lalu berlari menyusul Rion.

***

Matahari bergerak secara tidak kasat mata, tanpa terasa hari telah sore.

Rion yang diikuti oleh Trish dan Anwen terus memacu kudanya hingga melewati pintu keluar hutan, perkampungan, perkebunan, menyusuri jalan setapak yang panjang yang diapit oleh padang rumput sebelum akhirnya pandangan mata mereka bisa melihat sebuah bangunan bernuansa hijau yang berdiri megah di kejauhan.

Paparan sinar matahari terbenam membuat bangunan tersebut terlihat berkilau.

Rion semakin memacu kudanya sementara Odette yang duduk di depannya sambil bersandar di dadanya masih terlihat tidak sadarkan diri.

Wanita itu sangat terguncang setelah mengalami rangkaian kejadian menegangkan secara bertubi-tubi.

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 10 jam dari hutan, akhirnya mereka bisa melihat pintu gerbang Green Castle. Warna hijau dari bangunan tersebut terasa meneduhkan hati setiap orang yang melihatnya

Keterkejutan yang tipis nampak terlihat di mata Rion ketika bayangan Rose kembali muncul di hadapannya.

Kali ini sosok wanita bergaun merah tersebut berdiri di depan pintu gerbang sambil mengulurkan kedua tangannya ke arah Rion seolah-olah dia meminta Rion berlari ke arahnya.

Melihat hal tersebut, Rion tanpa sadar mengangkat kedua sudut bibirnya dan tersenyum tipis. Namun, sesaat kemudian dia harus kembali merasa kecewa di saat sosok yang dia lihat menghilang tanpa meninggalkan jejak sama sekali.

Para penjaga castle yang melihat Raja Arion datang segera membukakan pintu gerbang.

Sedetik mereka merasa terkejut saat melihat wanita yang berada di atas satu kuda dengan sang raja namun kemudian mereka segera membungkuk hormat ketika kuda sang raja yang diikuti oleh kuda Kesatria Trish dan kuda Tuan Putri Anwen berjalan melewati pintu gerbang.

***

Para pasukan Panthera yang dipimpin oleh Arlo telah tiba di Istana Panthera. Itu adalah sebuah bangunan yang maha megah yang didominasi dengan warna abu-abu.

Arlo nampak berjalan menghampiri seorang wanita tua berambut abu-abu dan bermata hazel yang berdiri di depan pintu masuk bangunan istana.

Walau sudah tua, wanita tersebut terlihat sangat berwibawa, karismatik, dan aura yang dipancarkan dari dirinya terasa dingin. Dia adalah Yang Mulia Cristela.

"Di mana anak itu dan anjingnya?" tanya wanita itu sesaat setelah Arlo tiba di depannya dan duduk dengan satu lutut tertekuk.

"Yang Mulia Raja pergi untuk mengunjungi makam mendiang Ratu Rose dan Kesatria Trish mengawal Yang Mulia ke sana," jawab Arlo.

"Huh, Begitu. Lalu, apa Anwen juga ikut bersama mereka?"

Arlo mengangkat kepalanya dan melihat Ratu Cristela dengan bingung lalu dua detik kemudian ia kembali menunduk. "Tidak, Yang Mulia."

"Kau bisa pergi."

Arlo mengangguk pelan kemudian bangkit dan berjalan pergi.

Setelah Arlo pergi, Ratu Cristela memerintahkan dua kesatria wanita yang sejak tadi berdiri di belakangnya.

"Cari tahu apakah Anwen ikut bersama mereka dan berhasil melakukan tugas yang kuberikan. Jika dia gagal seret dia pulang. Aku akan menikahkannya dengan putra Duke Carolus," titahnya, lantas berbalik dan berjalan memasuki istana.