Keesokan harinya...
Hansol, Yunsoul, dan Youngjoo mendatangi rumah Seunghee. Niat mereka adalah memberikan kunci yang sudah ditemukan sewaktu di desa sana. Beberapa waktu lalu, Hansol sudah memberikan Seunghee kunci tersebut, namun ia menolaknya. Alasannya, Seunghee ingin membuka ruangan itu bersama-sama dengan mereka. Karena waktu itu Yunsoul masih di rumah sakit, pembukaan ruangan itu pun ditunda.
Seunghee menerima sebuah kunci berwarna emas yang diberikan Hansol. Ia memasukan kunci tersebut pada lubang kunci di pinggir pintu ruangan itu. Kaca pelindung tombol password pun terbuka. Seunghee menekan tombol-tombol itu. Angka yang dimasukkannya adalah tahun kematian kedua orang tuanya. Berhasil. Terdengar bunyi klik. Dipegangnya kenop pintu besi oleh Seunghee. Kemudian dibukanya pintu ruangan tersebut.
Keempat orang itu memasuki ruangan pribadi Choi Seunghyun. Mereka terkesan dengan bagian dalam yang sangat rapi. Ruangan tersebut bisa dikatakan sebagai ruang kerja Choi Seunghyun. Terdapat juga sebuah rak buku yang memuat banyak buku-buku tebal.
Seunghee membuka laci-laci sebuah meja di ruangan itu. Diamatinya tumpukan kertas-kertas yang diambilnya dari laci-laci tersebut. Ia menemukan dokumen-dokumen penting dari tumpukan kertas-kertas tersebut. Sementara Youngjoo dan Yunsoul membaca judul-judul buku yang terpajang. Ada sebuah buku yang menarik perhatian Yunsoul. Diambilnya buku tersebut. Sebuah buku yang tidak teba, tapi terlihat sangat tua. Bahkan tulisan di dalamnya adalah tulisan tangan. Yunsoul memperhatikan jilid depan buku tersebut.
"Buku apa ini? Vampir... manusia serigala?" tanya Youngjoo sambil membaca judul buku yang sedang dipegang Yunsoul. Mereka berdua mengamati tulisan judul pada jilid buku tersebut.
The Night Unfolds: Vampires versus Werewolves
Yunsoul sejenak terdiam kemudian berkata, "Sebaiknya aku simpan kembali bukunya."
"Tunggu dulu." Youngjoo menahan tangan Yunsoul. "Aku ingin membacanya."
Youngjoo mengambil buku tersebut dari tangan Yunsoul. Ia menghampiri Seunghee, "Bolehkah aku meminjam ini?"
Sebentar Seunghee melihat apa yang hendak dipinjam Youngjoo. Ia mengangguk, "Silakan saja."
***
Setelah dari ruangan pribadi Seunghyun yang terletak di ruang bawah tanah. Mereka berempat kembali ke ruang tamu. Hansol, Youngjoo, dan Yunsoul disuguhi teh. Sembari meminum sajian itu, mereka mendengarkan perkataan Seunghee.
"Terima kasih kalian sudah menemukan kunci itu. Aku sangat berterima kasih, tapi aku juga minta maaf. Karena hal ini, Yunsoul terluka." Seunghee melihat wajah Yunsoul yang terdapat beberapa luka.
"Aku baik-baik saja. Tidak perlu mengkhawatirkanku," sahut Yunsoul.
Seunghee tersenyum. Lalu ia teringat sesuatu. "Ah, aku ingin meminta bantuan kalian lagi."
"Bantuan apa?" tanya Hansol.
"Aku ingin kalian juga menyelidiki kematian kakakku. Ada yang aneh pada kematiannya. Seperti ada bekas gigitan di lehernya." Seunghee sambil memberikan sebuah foto saat kakaknya meninggal. "Selain itu, kakakku diketahui kehabisan darah dalam tubuhnya."
Hansol, Yunsoul, dan Youngjoo terheran mendengarnya dan mereka beralih terkejut mendengar perkataan Seunghee selanjutnya.
"Mungkin... kakakku dibunuh oleh vampir."
***
Suara deru mobil terdengar seiring kendaraan itu melaju di antara mobil-mobil yang ada di sebuah jalan raya. Hansol menyetir mobil jipnya, Yunsoul masih mengamati foto-foto yang diberikan Seunghee tadi, dan Youngjoo melamun sembari memikirkan perkataan Seunghee tentang kematian kakaknya.
"Apa kalian benar-benar yakin kalau pembunuhnya adalah vampir?"
"Itu mungkin saja, Youngjoo," jawab Hansol.
Yunsoul tidak setuju. "Aku tidak yakin. Tidak mungkin vampir yang melakukannya. Makhluk itu hanya ada dalam cerita fiksi."
"Vampir itu ada, Yunsoul. Aku pernah bertemu dengannya." Hansol berkata dengan nada yakin. Sementara Yunsoul dan Youngjoo terkaget mendengarnya.
"Oppa, kau pernah bertemu vampir? Benarkah?" tanya Youngjoo memastikan.
Yunsoul yang duduk di samping Hansol, memperhatikannya. Ia melihat raut wajah Hansol berubah agak sedih. Mata Hansol menerawang jauh. Mengingat kembali masa lalunya dengan seorang perempuan. Ya, seorang perempuan yang membuatnya jatuh hati lalu pergi meninggalnya dengan tiba-tiba. Hansol tidak bisa melupakan perempuan itu.
***
Di sekolah...
Yunsoul berjalan di sekitar gedung olahraga. Gadis itu mencari Taeil. Dia hendak mengembalikan pakaian yang sempat dipinjamkan padanya. Setelah menanyakan ke beberapa siswa yang dilewatinya. Yunsoul diberitahu kalau Taeil sekarang berada di gedung olahraga.
Suara pantulan bola terdengar dari pintu gedung yang agak terbuka. Yunsoul berjalan ke pintu tersebut. Dilihatnya seorang siswa laki-laki sedang bermain basket sendirian. Adalah Moon Taeil, siswa tersebut. Ia tidak menyadari kalau Yunsoul menghampirinya. Taeil masih asyik bermain basket. Memantulkan bola itu dari tangan kiri ke tangan kanannya. Selanjutnya ia men-dribble dan dengan sedikit melompat, Taeil berhasil memasukkan bola itu.
Suara tepuk tangan membuat Taeil menoleh ke belakang. Taeil melihat Yunsoul berdiri cukup dekat dengannya. Gadis itu pun menghampiri Taeil. Ia langsung memberikan kantung kertas yang berisi sebuah pakaian yang dilipat rapi. "Taeil, terima kasih untuk ini. Maaf karena lama mengembalikannya."
Taeil menerima itu lalu menatap Yunsoul.
"Aku juga ingin berterima kasih karena kemarin kau dan teman-temanmu menolongku," ucap Yunsoul. "Tapi, aku masih tidak mengerti. Kenapa kalian datang menolongku?"
"Apa harus ada alasan untuk menolong seseorang?" Taeil malah balik bertanya.
"Bukan... bukan begitu. Maksudku, aku hanya heran karena kalian tiba-tiba datang dan menolongku." Yunsoul agak terbata menjawab pertanyaan itu.
Beberapa detik tanpa permbicaraan apapun.
Taeil maju beberapa langkah mendekati Yunsoul. Jarak keduanya semakin dekat. Yunsoul jadi gugup saat Taeil mempersempit jarak dengannya.
"Jangan melibatkan dirimu pada hal-hal yang berbahaya, Kim Yunsoul."
"Apa yang aku lakukan adalah urusanku. Aku tahu apa yang harus dan tidak boleh aku lakukan."
Taeil tersenyum. "Kau benar. Kau juga pemberani. Tapi, apa yang akan kau lakukan jika aku melakukan ini?"
Yunsoul tidak mengerti maksud perkataan Taeil. Gadis itu terkejut saat kedua tangan Taeil memegang kedua bahunya. Ia semakin terkejut ketika Taeil memirikan posisi wajahnya dan semakin dekat. Yunsoul bisa merasakan hembusan hangat nafas laki-laki itu yang menerpa kulit wajahnya.
Chu~
Taeil menyentuh bibir Yunsoul dengan bibirnya. Seketika kedua mata Yunsoul membulat dan tiba-tiba pikirannya menjadi kosong. Ia belum siap dengan ini.
Taeil merasakan detak jantungnya tidak terkendali. Ia mulai menggerakkan bibirnya dengan lembut. Perlahan melumat bibir Yunsoul. Merasakan bibir gadis itu yang menurutnya sangat manis.
Tidak lama Taeil melakukannya. Ia segera melepaskan tautannya. Taeil memperhatikan wajah Yunsoul yang masih terkejut. Yunsoul bahkan lupa kalau ia masih menahan nafasnya. Dia terpaku.
"Bernafaslah."
Ucapan Taeil menyadarkannya. Yunsoul langsung membuang dan menarik nafas kembali. Yunsoul menatap kesal pada Taeil, sementara laki-laki itu hanya berekspresi datar.
"Ya! Kenapa kau melakukannya?"
***