webnovel

09 : Tried

Terkadang yang kita harus lakukan dalam hidup adalah menghadapi jika tidak ada jalan dipersimpangan jalan

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Enam pasang mata tertuju pada wajah polos didepan mereka yang tidak dapat berkutik setelah semenit yang lalu ia membawa kabar yang sangat mengejutkan.

Lampu temaram Magic Shop yang sudah siap tutup menambah kegelisahan di wajah kecil Lee Hye Jin yang menerima tatapan tidak percaya Sa Ra, Soo Ji maupun Bo Young.

"Apa kita tidak salah dengar? Menikah?", Park Bo Young meminta penjelasan dengan matanya yang mengedip dua kali lebih cepat.

Hye Jin hanya mengangguk. Tangannya menggenggam rok yang ia kenakan dan ia tertunduk. Rasanya seperti mengaku dosa pada seorang pastur.

Tiba-tiba Bo Young memeluk Hye Jin dan memekik kegirangan, "Chukaeee uri Hye Jin-ah!!!".

Sa Ra dan Soo Ji menyedot hidungnya secara bersamaan dan mereka benar-benar menitikkan air mata.

"waeee? jangan menangis", ujar Hye Jin meraih tangan kedua temannya diatas meja.

"Jin-ah aku benar-benar terkejut", ujar Sa Ra sembari menyeka ujung matanya dengan punggung tangannya. Suaranya bergetar.

"Kau sangat beruntung Jin-ah. Tapi kenapa kita tidak pernah mengetahui bahwa kau memiliki pacar?", tanya Soo Ji dengan tersenyum lebar.

Hye Jin bisa bernafas lega akhirnya, tapi ia masih merasa bingung harus bagaimana menjelaskan bahwa calon suaminya adalah bosnya sendiri.

"Sudahlah, mungkin itu privacy bagi Hye Jin", Bo Young menghentikan tatapan penasaran Soo Ji, "tapi bolehkah kita kenal sebelum acara pernikahanmu?".

Hye Jin menelan salivanya dengan keras, "kalian sudah kenal".

Ketiga pasang mata itu sekali lagi saling tatap dan bisikan, "siapa?" terdengar lalu Hye Jin memejamkan mata dan menjawab.

"Park Ji Min".

***

Langit malam menghampar begitu luas sejauh mata memandang. Dihiaskan bintang yang bertebaran, memberikan cahaya gemerlap yang membuat siapapun terkesan.

Ketinggian kali ini tidak membuat Taehyung gentar. Semenjak Nam Joon mengumumkan mengenai pernikahan Jimin dengan Hye Jin yang akan digelar minggu depan. Perasaannya benar-benar berantakan.

Ia memilih berlari ke atas gunung tinggi ini. Tidak mempedulikan sebanyak apa kabut menghalanginya selama perjalanan. Taehyung duduk diatas tebing. Hanya ditemani oleh langit malam, bintang dan juga rasa dingin yang tidak dapat ia rasakan.

Ia ingat bagaimana dirinya menerima Hye Jin pada saat pertama mereka bertemu. Perempuan itu selalu gigih dalam bekerja dan juga ia selalu bercerita bahwa ingin memiliki sebuah usaha yang bisa sesukses Magic Shop.

Taehyung sama sekali tidak dapat mengira bahwa Jimin merengkuh Hye Jin tanpa memperingatinya terlebih dahulu. Tangannya mengepal seiring aliran darahnya yang berdesir hebat. Ia tidak pernah merasa semarah ini sebelum Jimin memunculkan dirinya dan merebut Hye Jin darinya.

Taehyung tersenyum mendengar pikirannya sendiri yang mengatakan bahwa Jimin merebut Hye Jin. Ia melempar pandangannya kepada langit malam.

"Aku tahu bahwa aku tidak akan pernah menjatuhkan hatiku yang sudah mati namun kenapa harus sekarang aku merasa menyesali semua keputusanku. Kenapa? Kenapa aku tidak bisa ikut bahagia dengan kebahagiaan Jimin".

Taehyung merebahkan dirinya dengan kasar diatas tanah. Ia benar-benar kacau.

.

.

.

Hoseok tidak berhenti bolak-balik dengan langkah besar-besar. Ia menggigit bibirnya, menandakan bahwa ia sangat risau saat melihat ekspresi wajah Taehyung saat Nam Joon mengumumkan bahwa Jimin dan Hye Jin akan menikah minggu depan. Hoseok juga tidak paham mengapa Taehyung sangat berubah semenjak Jimin bersama dengan Hye Jin. Ia juga sama sekali tidak bercerita apapun pada Hoseok maupun yang lain.

Nam Joon berusaha tenang, Ia menghentikan Hoseok dengan lengannya yang menunjuk Hoseok, "bisakah kau duduk?".

Hoseok duduk, "Aku tidak pernah melihat Taehyung begini Hyeong", ujar Hoseok.

Jung Kook juga mengangguk membenarkan ucapan Hoseok.

"Kami senang jika Jimin akhirnya bisa berbahagia dengan siapapun tapi jika Taehyung menjadi korban dari kesenangannya. Apakah ini adil baginya?", tanya Hoseok.

Jin melempar tatapan pada Hoseok, "adil? Kau fikir keadilan apa yang kita dapatkan? Jimin tidak harus memikirkan siapapun untuk dirinya sendiri".

Suga mengangguk, ia lebih setuju dengan pemikiran Jin. Mengenai cinta, selama wanita itu tidak ada pemilikinya, tidak ada yang berhak untuk menghentikan siapapun. Karena itulah mereka. Memang diantara mereka hanya Jimin dan Taehyung yang belum pernah merasa tertarik dengan wanita selama mereka menjadi Vampire. Taehyung hanya senang bermain-main sehingga ia tidak bercerita apapun, apalagi mengenai Hye Jin. Jimin hanya sibuk dengan dirinya sendiri. Bahkan Vampire satu itu tidak pernah terlibat dengan apapun yang berhubungan dengan manusia.

Semua saudaranya berusaha agar Jimin dapat bergaul namun Nam Joon yang selalu mengingatkan bahwa luka hati Jimin hanya dirinya yang dapat menyembuhkan. Siapa yang tidak menerima dengan baik berita ketika Jimin menjatuhkan pilihannya secepat buah apel jatuh dari pohonnya. Itu merupakan berita yang sangat hebat mengenai betapa dinginnya Jimin.

Tapi Hoseok yang selalu bersama Taehyung mengerti paling tidak bahwa Jimin harus bertanya dengan Taehyung karena bagaimanapun Hye Jin adalah pekerja mereka. Mungkin itu tidak akan membuat Taehyung merasa terkejut dan tertekan mengenai tanggung jawabnya sebagai orang yang dekat dengan Hye Jin walaupun hanya sebagai partner kerja.

"Jung Hoseok... Apapun yang terjadi pernikahan ini tidak dapat dibatalkan. Bantulah Jimin untuk memberikan pengertian pada Taehyung", ujar Nam Joon berusaha mengembalikan suasana tegang diruangan ini.

"Kita tahu bagaimana hubungan mereka sebelumnya bukan?", ujar Suga mengingatkan. Ia terlihat sangat tenang dalam hal apapun tapi sebenarnya ia sangat peduli dengan semua saudaranya.

Hoseok mengangguk perlahan, "Aku akan mencobanya. Kookie, cobalah dekati Jimin selagi aku mendekati Taehyung".

Jung Kook berdecak, ia tahu betul watak menyebalkan Jimin sehingga berhubungan dengannya selalu menjadi hal yang melelahkan. Jung Kook paham betul bagaimana Jimin selalu menjauhkan diri dari Taehyung. Ia sama sekali tidak peduli bagaimana selama ini Taehyung berusaha membalikkan keadaan.

"Kuharap itu adalah ide yang baik Hyeong", Jung Kook hanya bisa memasrahkan dirinya".

"Baiklah. Maka aku, Jin dan Suga akan mengurusi pernikahan mereka".

"Kita harus mengenal sang perempuan bukan?", ujar Jin dengan rasa tertarik yang tinggi. Ia penasaran seperti apa wujud perempuan yang dapat membangunkan hasrat Jimin.

***

Bo Young tidak henti-hentinya tergelak saat bertemu dengan Hye Jin. Wajahnya menunjukkan bahwa ia sangat bangga memiliki teman seperti Hye Jin. Ia menghampiri Hye Jin saat tidak ada antrian dimeja kasir.

"Jin-ah aku sangat penasaran kapan kalian menjalin hubungan misterius ini?", desaknya.

Hye Jin berdecak, "cukuplah. Kau yang sangat menghargaiku kemarin tapi sudah lebih dari lima kali kau bertanya yang sama".

Bo Young terkekeh sembari menutup mulutnya, "Tapi kenapa hanya ada Hoseok Oppa hari ini?".

Hye Jin menggedikkan bahunya, ia juga tidak tahu kemana Taehyung hari ini. Ia tidak menerima ucapan selamat ataupun nasehat lagi. Hye Jin mengetahui bahwa berita mengenai pernikahan mereka pasti sudah sampai karena tadi pagi Hoseok memberikan sebuah kotak hadiah untuknya saat Hye Jin baru saja masuk kedalam cafe.

Hoseok dengan senyumnya yang hangat menghalangi jalan Hye Jin dan ia memeluk Hye Jin sebentar.

"Aku tahu kau memang sangat istimewa Hye Jin. Kenakanlah nanti. Ini hadiah pernikahanmu dariku", Ia mengusap pucuk kepala Hye Jin dengan lembut lalu meninggalkannya dengan senyuman yang merekah pada Hye Jin tapi Hye Jin tidak tahu bahwa senyum itu menghilang setelah ia berbalik. Hoseok tidak mengerti bagaimana seharusnya merasa berada diantara Jimin dan juga Taehyung.

Bo Young memecahkan lamunan Hye Jin, "Aku tidak tahu kenapa Taehyung Oppa tidak masuk. Sudahlah kita lanjutkan nanti ya".

Bo Young tersenyum lalu kembali melakukan pekerjaannya.

Baru saja Hye Jin bernafas lega, Sa Ra menghampirinya dengan tatapan yang berbeda dengan Bo Young. Dia sangat iri saat Hye Jin mengatakan bahwa calon suaminya adalah bos mereka. Sa Ra selalu berjuang untuk mengincar lelaki yang memiliki latar belakang baik seperti Jimin atau Taehyung.

Sa Ra menghembuskan nafas, "Jin-ah... Berikan tips untukku ku mohon", rengeknya, "Kau tidak kasihan denganku? Wajah cantikku sangat sia-sia karena bekerja seperti ini".

Hye Jin berkacak pinggang, "Tapi gajimu hampir sama dengan pekerja kantoran diseberang sana Sa Ra", desisnya berusaha menahan tekanan darahnya melihat tingkah laku Sa Ra yang menyebalkan sedari semalam.

Soo Ji datang entah darimana dan ia tahu bahwa Sa Ra sudah keterlaluan, Soo Ji menjitak kepala Sa Ra lumayan kencang. Hye Jin tersenyum melihatnya.

"Kau sendiri yang terlalu gengsi menolak lelaki yang tidur denganmu ya!", maki Soo Ji yang sangat tahu bagaimana Sa Ra.

Sa Ra mengusap kepalanya, "Ya jelaslah ku tolak. Mereka tidak mencintaiku".

Hye Jin memberikan tanda bahwa ada pelanggan. Sa Ra dan Soo Ji pun memberikan salam. Soo Ji memilih untuk pergi. Sa Ra masih tetap berada disekeliling meja kasir. Menunggu Hoseok membuatnkan pesanan dan saat Hye Jin selesai melayani. Ia kembali lagi.

Hye Jin penasaran dengan ucapan Sa Ra sebelum pelanggan datang. Namun ia tiddak tahu bagaimana harus bertanya. Sa Ra seperti akan meledak saat ini. Tatapan wanita itu benar-benar berharap Hye Jin bisa memberikan nasihat padanya.

Sa Ra mengelap meja bar, "Hoseok Oppa... Apa kau kenal Jimin Sassangnim dengan baik?".

Hye Jin membulatkan matanya namun ia tidak dapat melarang Sa Ra, ia tidak ingin terlihat seperti menutupi apapun.

Hoseok menimbang sebentar, "tergantung tapi Kami memang saudara", jawabnya singkat, "Jadi Hye Jin sudah menyebarkan kabar baik ini?".

Hye Jin mengangguk pelan dan Hoseok tersenyum, "Sa Ra... kau harus memberikan kenyamanan pada calon pengantin kita. Lagi pula kau pasti akan mendapatkan seseorang jika waktunya tepat".

Sa Ra menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia pun mengalah lalu meninggalkan meja bar. Hoseok tersenyum dan ia duduk menghadap Hye Jin.

"Oppa ... Apa tidak akan heboh jika semuanya mengetahui bahwa pernikahan ini sebentar lagi".

Hoseok mengerti tatapan Hye Jin yang sangat menyiratkan bahwa dirinya gusar akan pernikahan ini. Ditambah Hoseok paham bahwa hubungan antara Hye Jin dan Jimin bukanlah hubungan yang dimulai dengan romansa. Hoseok menepuk punggung Hye Jin.

"Semua akan baik-baik saja. Ku yakin semuanya pasti turut berbahagia. Maka kau juga harus berusaha untuk bahagia eoh?", Hoseok menerima anggukan Hye Jin.

***

Jung Kook menunggu disebuah ruangan dengan gaya modern yang didominasi warna putih dan hitam. Jadwal kerja Park Ji Min semakin padat terutama panggilannya sebagai bintang tamu diberbagai stasiun tv maupun surat kabar. Kabar mengenai pernikahannya benar-benar membuat semuanya sibuk. Namun Jung Kook tetap harus berusaha mendamaikan Jimin dan Taehyung pada saat yang bersamaan.

Jimin akhirnya masuk kedalam ruang kerjanya. Ia memerintahkan sekertarisnya untuk keluar saat mendapati Jung Kook sedang berdiri didalam ruangannya.

"Wae?", tanyanya dan Jimin mendaratkan duduknya di sofa. Ia menyenderkan kepalanya, ia baru mengetahui bahwa muncul didunia manusia membuatnya lelah.

"Sepertinya kau sangat menikmati hidup sebagai manusia", Jung Kook duduk menghadap Jimin yang tidak menunjukkan ketertarikannya berbicara pada Jung Kook.

"Kalau kau ingin membicarakan Taehyung. Itu tidak ada urusannya denganku".

Jung Kook paham bahwa ia tidak perlu repot-repot memberitahu maksudnnya datang menemui Jimin. Jung Kook tidak punya keahlian menutup fikirannya seperti milik Jimin yang dapat membaca atau menutup fikiran semaunya.

"Tapi kita saudara Hyeong. Tidak ada salahnya kau sedikit khawatir dengannya".

Jimin menguatkan lehernya untuk kembali tegak dan menatap Jung Kook lurus, "untuk apa? Kalau dia selalu menentangku. Ia sendiri tidak tahu alasannya menentangku. Jika dia sudah lebih dulu memiliki Hye Jin. Aku tidak akan merebutnya tapi Taehyung tahu bahwa Hye Jin memang milikku sedari aku menyelamatkan perempuan itu", Jimin mengusap dagunya dan kilatan matanya membuat Jung Kook sedikit takut, "Ia bersih keras membuat jarak bagiku untuk bertemu Hye Jin. Dia fikir aku tidak tahu hahaha".

Jung Kook tidak menyangka bahwa Jimin berfikir sejauh ini, "Hyeong.. Walau kau membencinya, tidak baik kau menyimpulkan sesuatu seperti itu".

"Hei Jeon Jung Kook", Jimin mendengus, "Kau tahu keahlianku jadi ku katakkan padamu... Ini bukan kesimpulan dariku. Taehyunglah yang harus menerima kenyataan bahwa aku berhasil membawa Hye Jin ke kehidupanku bahkan tanpa bantuan darinya".

Jung Kook memang tahu bahwa percuma untuk berbicara dengan Jimin yang selalu memiliki cara berfikir sendiri. Ia berdiri lalu berinisiatif untuk pergi sebelum ia bisa merasa lebih emosi dari sekarang. Cara Jimin memanggilnya dengan nama lengkapnya membuat dirinya semakin kesal. Ia membanting pintu dengan kencang, berharap Jimin terganggu akan itu.

Jimin menutup matanya saat suara pintu yang dibanting Jung Kook terdengar sangat keras. Ia tidak mengerti mengapa semuanya bertingkah seakan-akan ia harus menghampiri Taehyung. Jimin memejamkan matanya. Ia rindu melihat wajah Hye Jin disaat lelah seperti ini namun Jimin tahu bahwa calon istrinya tetap akan memakinya jika ia tahu bahwa Jimin habis membuat Jung Kook marah mengenai Taehyung.

***

Hye Jin baru saja turun dari bis di halte dekat tempat tinggalnya saat ia terkejut melihat sosok Taehyung duduk dan memejamkan mata dengan tangan berlipat didada.

"Taehyung Oppa?".

Bola mata Taehyung terlihat berwarna merah. Membuat Hye Jin sedikit terkejut. Ia tidak pernah melihat hal ini sebelumnya diwajah yang selalu tersenyum ceria dan juga memancarkan kasih sayang untuk siapapun.

Taehyung berdiri, "Aku ingin bertemu denganmu".

Hye Jin mengangguk dan mereka mulai jalan berdampingan dibawah langit malam dan cuaca malam yang dingin. Taehyung juga terasa jauh lebih dingin saat Hye Jin berdiri disebelahnya.

"Apa kau baik-baik saja?", tanya Hye Jin yang khawatir dengan keadaan Taehyung.

Taehyung tidak menjawab. Hye Jin merasa sesuatu diantara mereka namun Hye Jin bingung mengapa rasa canggung ini timbul diantara mereka berdua. Hye Jin berjalan dengan melihat ke bawah, menunjukkan bahwa ia tidak nyaman saat ini.

"Aku juga tidak mengerti ada apa dengan diriku", Suara berat Taehyung memecahkan keheningan saat mereka berdua berjalan menyusuri jalanan menuju tempat tinggal Hye Jin.

Lampu jalanan menemani langkah Hye JIn dan Taehyung yang semakin melambat. Hye Jin berhenti dan menoleh ke belakang. Taehyung menatap lampu jalan yang memancarkan sinar berwarna kuning.

"Ku fikir dengan menjadi temanmu. Aku dapat melindungi rahasiaku dengan baik. Aku tidak perlu merasakan bahagia atau kecewa karena kau adalah manusia dan aku bukan".

Hye Jin terpaku mendengar setiap perkataan yang keluar dari Taehyung.

"Akulah yang meminta takdir keabadian ini karena menjadi manusia bukan keinginanku ketika aku mengetahui bahwa hidup dengan kelemahan sangatlah tidak menyenangkan".

Taehyung menatap Hye Jin, "tapi saat mengenalmu. Mengetahui semua pemikiranmu bahkan masa lalumu. Aku tidak menyadari hingga Jimin datang dan mengambil dirimu dariku".

Gemuruh berdatangan didalam hati Hye Jin saat melihat rambut Taehyung yang semakin panjang dan tidak terawat membuat wajahnya semakin terlihat berantakkan. Ia berjalan mendekati Hye Jin.

"Oppa... Ada apa denganmu?".

Taehyung tersenyum, "Aku akan berusaha mengurus diriku tapi kurasa aku harus jujur agar hatiku lebih tenang menerimanya".

Hye Jin merasa matanya panas melihat keadaan Taehyung yang benar-benar memperlihatkan bahwa dirinya kacau namun Hye Jin tidak tahu bagaimana harus bereaksi. Hubungan mereka tidak lebih dari teman kerja. Mengapa Taehyung bisa sebegini kacaunya.

Hye Jin mundur satu langkah saat Taehyung mendekatinya. Lelaki tinggi didepannya menyadari bahwa Hye Jin merasa tidak nyaman terlebih Taehyung tahu bahwa Hye Jin merasakan kebingungan melihat Taehyung seperti itu.

"Aku tidak tahu sejak kapan aku memulai perasaan ini. Tapi aku...".

Hye Jin menghentikan Taehyung, Ia menahan tubuh Taehyung agar tidak jauh lebih mendekat lagi.

"Kurasa kau tidak berhak memberitahu sekarang karena aku sudah menerima lamaran Jimin".

"Aku tahu".

Hye Jin menatap Taehyung, "Aku tidak ingin merusak semuanya. Seperti katamu, aku harus mencobanya dengan Jimin. Dia sangat berusaha meyakinkanku dan aku tidak ingin membuatnya kecewa".

"ya kau benar. Aku juga akan mencoba untuk menerimanya. Pulanglah. Aku akan menjagamu dari sini".

"Oppaa".

Taehyung menyibak rambutnya dan menatao Hye Jin dengan tatapannya yang berusaha mengatakkan agar Hye Jin tetap pergi.

"jaljja Oppa", Hye Jin pun membalikkan badannya dan melangkah pergi. Ia benar-benar terkejut dengan apa yang Taehyung utarakan.

*

*

*

> To Be Continued <