webnovel

Ch. 114

Sehun merasa ada yang aneh dengan Suzy. Entah kenapa perasaannya tidak enak saja akhir-akhir ini. Ditambah wajah pucat milik Suzy yang tak hilang semenjak minggu lalu. Entah perasaannya saja entah bagaimana, intinya Sehun sungguh cemas saat ini.

Sehun terdiam. Kembali mengamati wajah pucat Suzy yang sedang tertidur pulas di sampingnya. Berasalkan lengan Sehun sebagai bantalan dan berselimutkan lengan Sehun yang lain melingkari pinggangnya. "Benar-benar pucat." Gumam Sehun. Bahkan seingat Sehun Suzy sering mengatakan tentang perutnya yang tiba-tiba keram dan tidak mau minum obat dengan alasan tak mau si bayi terlalu banyak mengkonsumsi zat kimia. Dan yah, Sehun hanya mampu mengangguk lemah seraya mencekcoki Suzy dengan minum susu dan makan buah.

"Nghh."

"Si Anabel sudah bangun?"

Duk.

"Aku bukan Anabel!"

Suzy bersungut kesal. Baru membuka mata dan kalian dengar? Sehun sudah mengucapkan kata-kata mesra padanya. Jika ingin mencari ribut langsung bilang saja!

"Ungh! Sorry sorry honey." Bisik Sehun disertai kekehan mautnya. Jangankan tertawa! Kekehan mautnya saja sudah membuat semua wanita melting saat itu juga.

"Enyah kau pangeran buruk rupa!" Hardik Suzy geram. Sudah salah malah tertawa lagi. Ya tuhaan, dimana lagi mencari suami macam Sehun ini? The one and only pemirsa. Percayalah.

"Eyyy. Aku lupa ingatan saja kau sudah menangis pilu. Apalagi jika aku mati." Goda Sehun. Jangan berharap jika Sehun itu lupa ingatan maka kenangan menggelikan yang ia simpan juga akan hilang. Terkhusus untuk Suzy. Ingatan memalukan itu mempunyai file tersendiri ditambah dengan lambang emoticon hati.

"Diam kau tembok berjalan!" Suzy bersungut-sungut. Tak lupa menggigit lengan Sehun dengan gigi kelinci kebanggaannya. Jika bukan karena gigi kelinci itu Sehun, Daehyun, dan Myungsoo tak akan jatuh cinta padanya. Mungkin ini yang disebut dengan oleh-oleh dari rahim ibu. Berbicara tentang ibu, Suzy jadi teringat dengan mamanya. Apa kedua orang tuanya sibuk berbuan madu hingga melupakan anak mereka? Keterlaluan!

"Apa lagi yang otak kecilmu itu pikirkan?" Tanya Sehun tak heran. Sehun seringkali mendapati Suzy terdiam dengan tatapan kosong atau dengan kepala yang mengangguk-angguk tak karuan.

"Nama bayi kita nanti?" Gumam Suzy saat ia tau Sehun menatap tak berkedip padanya. Itu pertanda bahwa di bungsu Oh itu sedang penasaran dan butuh jawaban pasti tanpa kata bertele-tele.

"Oh Haowen. Bagaimana?" Usul Sehun. Entah mendapat pencerahan dari mana intinya Sehun hanya menyebutkan apa yang melintasi kepalanya barusan. Dan, ajaibnya, Haowen langsung muncul kepermukaan dan boom itu adalah usul yang briliant bukan?

"Haowen? Nama yang bagus!" Pekik Suzy senang. Mengusap perut buncitnya dan tersenyum saat Sehun juga mengusap perut serta kepalanya. Haaah, Suzy nyaman sekali. "Ah, atau Bae Haowen saja?"

Ctak.

"Aaishh."

"Kau pikir siapa yang tulang punggung keluarga disini? Kau dan otak bodohmu itu?" Sinis Sehun dengan bonus jitakan cinta di dahi istri mungilnya.

"Otak bodoh ini juga berguna untuk negara kau tau!" Sungut Suzy. Menimpali Sehun dengan bantal yang entah sejak kapan berada di genggaman tangannya.

Duk.

Duk.

Duk.

"Dasar sialan!" Maki Suzy.

**

"Chan! Ayo main game. Aku sungguh bosan!" Keluh Baekhyun seraya melempar stik psp pada sepupu tiangnya itu.

"Main saja dengan Jiyeon. Aku sungguh lelah Baek." Menghiraukan Baekhyun yang saat ini tengah menyumpah serapah padanya. Jiyeon? Jangan tanya perempuan satu itu. Dari pada bermain dengan Baekhyun, Jiyeon lebih memilih untuk tidur di sofa kamar Chanyeol. Bermain dengan Baekhyun itu melelahkan. Manusia dengan mata sipit itu selalu curang! Jiyeon tidak ingin cepat tua karena tekanan darahnya selalu tinggi jika beradu mulut dengan si Baekhyun gaje abal-abal itu.

"Kalian sungguh tega padaku! Sialan!" Amuk Baekhyun. Melempari Jiyeon dengan bantal sofa yang tak jauh dari tempatnya duduk saat ini.

"YAK! KAU SUNGGUH SIALAN BEE! aiish! Game over! Aarght!" Pekik Jiyeon. Ini sudah level akhir asal kalian tau saja! Dan si Baekhyun malah merusak semuanya!

"MATI KAU BAEK!"

"ARRGHT ASTAGA! AARGHT SAKIIT! STOP!"

"MATI KAU SIALAN! MATI!"

"NENEK SIHIR TAK TAU DIRI! LEPASKAN KEPALAKU!"

"aah, kau ingin aku melepaskan kepala dengan otak batu ini? Baiklah! Kau mau dengan apa? Pisau buah? Pisau daging? Silet? Atau gunting kuku?!"

"Dasar gila! LEPASKAN JAMBAKAN TANGAN LAKNATMU WAHAI UPIK ABU!"

"NEVER IN A MILLION YEARS!"

""Hidupmu tidak akan mencapai seribu tahun BODOH! KAU BUKAN VAMPIRE ATAU WEREWOLF! JADI LEPAAAAS!"

"Terserah padaku!"

"Ooh, tak bisakah kalian diam? Ya Tuhan!"

**

"Ada apa dengan foto pernikahanmu Kris?" Kerutan di dahi Siwon sungguh tak terhitung. Bagaimana tidak, hanya ada punggung sang mempelai wanita yang menghadap kamera. Ingin bermain tebak-tebakan? Atau wajah Eun Mi terlalu jelek saat itu?

"Tak apa hanya ingin sesuatu yang berbeda." Singkat. Padat. Jelas. Kris sekali!

"Apa wajahnya terlalu jelek?

"Dia cantik dad."

"Lemak di perutnya menumpuk?"

"Dia memang suka makan. Bukan berarti perutnya buncit karena lemak."

"' Bukan berarti perutnya buncit karena lemak' jika bukan buncit karena lemak, apa buncit karena ada sesuatu yang tumbuh dan berkembang di dalamnya?"

"Hentikan omong kosongmu dad. Aku tidak sebrengsek itu."

"Kau memang tidak sebrengsek itu. Tapi lebih brengsek dari itu."

Kris mendelik. Menyumpah serapah dalam hati karena untung saja pria tua bangka di depannya ini. Memiliki status sebagai ayah dari Wu Yifan! Alias Kris Wu. Jika tidak? Tunggu saja kabar kematiannya!

"Berhenti mendelik, karena apa? Itu tidak menakutkan sama sekali!" Dengus Siwon jengah. Punya anak kenapa harus yang macam setan-setan berdua ini. Ah, berbicara tentang setan. Siwon penasaran kemana setan bungsu itu. "Adikmu bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?" Ambigu sekali. Apa Sehun akan menikah lagi? Ooh itu kabar bagus.

"Kemana saja adikmu itu?" Ralat Siwon. Seberapa pintar pun Kris itu, dia tetap saja menjadi sangat idiot dibeberapa waktu.

"Persiapan pernikahannya yang  kedua."

Bruush.

"Apa kau bilang?"

"Ouh. Kau sungguh menjijikan dad!" Kris bersungut dengan tangan yang menjangkau tisu di tengah meja.

"Salahkan mulut busukmu yang berbicara sembarangan!"

"Aku sikat gigi setiap hari dad." Mengusap bagian depan kemeja hitamnya yang terkena semburan green tea mematikan langsung dari mulut ayahnya. Bersyukur Kris masih sabar pemirsa!

"Jadi cepat jawab pertanyaanku!" Desak Siwon.

"Pertanyaan yang mana?!" Geram Kris. "Sudah salah kenapa juga memasang wajah tak bersalah!" Kris kembali bersungut murka. Sekali lagi. Untung saja ayahnya!

"Kemana Sehun dan menantu pertamaku. Dan juga calon cucuku?"

"Tak tau. Mungkin di rumah mereka! Suzy terlihat tidak baik. Kau tau." Jawab Kris.

"Tidak."

"Huh?"

"Aku tidak tau!"

"Aku tidak memberi pertanyaan! Itu sebuah pernyataan!"

"Itu pertanyaan!"

"Terserah padamu dad! TERSERAH!"

**

Tak.

Sehun mendongak. Melihat dan bersumpah akan menyumpah serapahi siapa saja yang dengan berani meletakan undangan tak berguna itu dengan tidak sopan ke mejanya.

Huh?

Undangan?

"Lusa! Minggu!" Tepat! Si naga tonggos tak tau diri berdiri dengan tangan yang bersedekap di dada. Tanpa raut bersalah.

"Kau mempercepat lagi?" Pekikan tertahan Sehun keluarkan. Yang benar saja. Dua hari lagi?! Oh, suzy bisa mengamuk padanya nanti.

"Apa maksudmu dengan lagi?" Tanya Kris. Duduk di atas meja Sehun dan meminum teh yang ia yakini belum Sehun sentuh bahkan gagang gelasnya sekali pun.

"Jika kau lupa tig-"

"Dan jika kau lupa, tiga bulan lalu aku hanya mengundur. Apa mengundur dan mempercepat itu sama dasar idiot?" Sela Kris. Lihat? Ayah dan adiknya sama-sama bodoh sekarang.

Sehun mendelik tak suka. Merobek plastik yang membungkus undangan sialan kakaknya ini dan tebak! Kejutan apa lagi di dalamnya!

Heol!

"Mr. Wu and Mrs. Park? Kau serius?" Pekik Sehun. "Sudah foto tampak belakang! Nama singkat, padat, dan tak jelas." Dengus Sehun heran. Apa ada yang salah dengan otak saudaranya ini? Oh sungguh Sehun merasa kasihan sekarang.

"Tak usah berkomentar! Hanya datang!" Desis Kris sengit. Memang masih zaman membuat nama undangan sepanjang-panjangnya? Lagi pula yang datang juga bukan sembarang orang. Pasti saja mereka tau siapa Mr. Wu yang dimaksud.

"I mean, kau benar-benar akan menggunakan Wu? Bukan Oh?" Heran Sehun.

"Kau tak ingat namaku? Wu Yifan! Kris Wu! Tak ada unsur Korea dalam namaku. Jika kau lupa! Kau juga Wu. Hanya saja mom membuat namamu dengan sifat rajinnya yang terlalu berlebih." Jelas Kris panjang lebar.

"Oh."

Terkutuk Oh Sehun dan juga respon tersialannya.

"Sudah memberi tau dad?" Tanya Sehun.

"Dia pertama."

"Jika sudah selesai silahkan angkat kaki! Pekerjaanku terlalu banyak." Usir Sehun. To the point. Tak ada istilah tenggang rasa dan menjaga perasaan disini.

"Aku juga tak betah berlama-lama disini! Cih." Kris beranjak dari meja Sehun dan menepuk-nepuk debu di pantatnya tepat sekali di depan wajah Sehun.

"Dasar memang sialan!"

**

"WHAT?! MINGGU DEPAN?!" Chanyeol dan Baekhyun berteriak heboh. Kai dan Jiyeon? Itu bukan apa-apa bagi mereka, jadi mereka hanya diam dan melihat undangan yang Kris berikan.

"Mr. Wu and Mrs. Park. Ini singkat! Terlalu singkat. Tapi sangat elegan." Kai berbisik pada Jiyeon. Tak heran. Keluarga Oh memang penuh dan selalu dikelilingi dengan kata mewah dan elegan. Dari zaman Dino hingga ditemukannya amoeba juga selalu seperti ini.

"Kau benar." Jiyeon merespon singkat. Tapi terlihat penasaran dengan foto pernikahan yang biasanya ada dalam kartu undangan pernikahan seperti ini.

"Tampak belakang? Apa kalian merasa atau sudah sadar bahwa kalian itu buruk rupa?"

"Uhuk." Ucapan sarkastik Baekhyun terbukti dengan tersedaknya Jiyeon oleh salivanya sendiri. Apa manusia itu benar-benar tak memiliki otak hingga berbicara sembarangan?

"Diam kau pantat Hanoman!" Ujar Kris santai. Menyeruput tehnya dan memandang Jiyeon sebentar.

"Apa kau lihat-lihat?!" Hardik Jiyeon dengan bonus delikan matanya.

"Cih. Siapa yang melihat padamu?! Sudah jelek sombong lagi!" Sinis Kris.

"Diam kau!" Sungut Jiyeon tak terima. Wajah cantik, tinggi ok, body sudah bak model, dan lihat! Si tonggos tak tau diri itu mengatakan apa? Jelek?! Wajah sebelas dua belas dengan telapak sepatu usang itu apa bagusnya.

Kai bisa merakan bahwa hawa di sekitarnya berubah gelap dengan petir-petir sebagai pengiringnya. Aura dua manusia berbeda jenis kelamin di depan dan di sampingnya ini sungguh tak mengenakan.

"Tolong hentikan perang aura kalian."

"Diam kau hitam!"

"Ooish shit!"

TBC

THANK U

DNDYP