webnovel

Chapter 3

Mobil jeep warna hitam terparkir di depan sebuah gedung sekolah, seorang pria berdiri bersandar pada mobil offroad itu, sesekali dia menatap layar poncelnya, dan sesekali menatap ke arah pintu gerbang sekolah, dan laki-laki itu tersenyum ketika melihat gadis kecil keluar dari pintu gerbang di temani seorang guru. laki-laki itu segera menghampiri putri kecilnya.

"Assalamualaikum, gadis cantik."

"Waalaikumsalam Daddy."

"Anda Daddynya Olivia?" Kata Riana

Hakkim menatap wajah perempuan berhijab yang ada di belakang anaknya.

'Wanita ini' Hakkim mencoba mengingat sesuatu, begitu juga dengan Riana yang berusaha mengingat wajah laki-laki di hadapannya.

"Kamu orang yang menabrak saya dibandarakan?" Tanya Hakkim.

"Oh, apa benar itu anda? maafkan saya karena saya benar-benar tidak sengaja melakukannya, saya sedang terburu-buru waktu itu."

"Tidak masalah."

"Saya Hakkim, Daddynya Olivia." Hakkim mengulurkan tangannya kepada Riana.

"Saya Riana, gurunya Olivia." Kata Riana sambil menangkupkan kedua tangannya didada.

"Senang bisa bertemu lagi dengan anda nona Riana, oya.. buku anda ada pada saya, buku anda terjatuh saat anda menabrak saya."

"Benarkah? wah terimakasih telah menjaga buku saya."

"lain waktu saya akan membawakan buku anda. atau anda mau mengambilnya sekarang?"

Riana tampak ragu.

"Dirumah saya tidak hanya kami berdua tapi ada nannynya olivia yang juga tinggal disana, dan rumah saya juga tidak terlalu jauh dari sini."

"Oh, baiklah, tunggu sebentar saya akan mengambil tas saya dulu di dalam."

Riana kembali ke dalam kelas untuk mengambil tas dan sekalian berpamitan pada teman-temannya kalau dia akan pulang lebih dahulu.

"Ayo."

Olivia masuk ke dalam mobil diikuti Riana, dan Hakkim segera menjalankan mobilnya menuju rumahnya yang terletak tidak jauh dari sekolah.

"Silahkan masuk nona Riana."

"TRimakasih."

"Nona Riana, saya ke kamar dulu untuk ganti baju." Kata Olivia

"Oke."

Tak berapa lama seorang wanita paruh baya keluar dari dalam dapur sambil membawa dua gelas lemon jus, dan cemilan.

"Silahkan nona."

"Trimakasih, anda?"

"Oh ya saya nannynya Olivia, panggil saja saya Maria."

"Oh, Trimakasih ibu maria."

Nyonya maria tersenyum.

"Anda pasti gurunya Olivia, dia sering bercerita tentang anda."

"Wah, benarkah?"

"Olivia sangat mengagumi anda."

Riana tersenyum mendengar perkataan nyonya Maria.

"Olivia sudah tidak memiliki ibu, sejak dia di lahirkan."

"Maksud anda?"

"Ibu Olivia meninggal saat melahirkan dia, dan hingga kini Daddynya belum mau menikah lagi."

Riana terdiam, dan tak berapa lama Hakkim datang membawa buku kecil ditangannya.

"Itu Hakkim sudah datang, saya akan menemani Olivia di dalam." Kata Nyonya Maria sambil berjalan ke ke kamar Olivia.

"Ini buku anda nona Riana." Kata Hakkim sambil menyodorkan buku kecil yang tadi dia bawa kepada Riana.

"Oh ya terimakasih."

"Sama-sama, tapi saya mohon maaf karena telah lancang membuka buku anda tanpa seijin anda terlebih dahulu."

"Tidak masalah, tidak ada rahasia di dalam buku ini, ini hanya buku catatan biasa."

"Saya kagum dengan anda, anda selalu membuat ringkasan tentang buku yang anda baca, itu sangat luar biasa."

"Trimakasih, itu karena saya sering lupa, jadi saya mencatatnya."

"Trimakasih telah menjadi guru dan sekaligus sahabat Olivia, tadi dia bercerita tentang anda, dia bilang anda telah menemaninya bermain dan mendengarkan ceritanya."

"Itu sudah kewajiban saya sebagai seorang guru, saya guru baru jadi belum terlalu mengenal Olivia."

"Ya saya tau itu."

"Kalau boleh tahu, anda tinggal dimana?"

Sebenarnya rumah saya tidak terlalu jauh, hanya beda satu blok dari sini."

"Oh, kebetulan sekali, jadi kapan-kapan kami bisa main ke rumah anda."

"Silahkan saja, saya tidak ada kegiatan lain selain mengajar, jadi saya sering berada di rumah."

"Baguslah kalau begitu, sering-seringlah datang kemari untuk menemani Olivia, karena pekerjaan saya, jadi saya jarang berada di rumah, saya akan senang kalau ada orang lain selain nannynya yang menemani dia bermain, itu bagus untuk perkembangannya."

"Ya, baiklah, kapan-kapan saya akan main kemari."

"Karena saya telah mendapatkan buku saya, maka saya permisi dulu."

"Kenapa terburu-buru, makanlah dulu bersama kami."

"Ah, trimakasih tapi saya sudah ada janji untuk makan bersama sahabat saya."

"Kalau begitu, biar saya antar anda pulang."

"Oh tidak perlu, saya bisa pulang sendiri."

"Tidak apa-apa, biar saya juga tahu rumah anda, jadi suatu saat saya bisa datang kerumah anda bersama Olivia."

"Baiklah kalau begitu, trimakasih."

Hakkim mengantarkan Riana pulang ke rumahnya, karena jaraknya yang tidak terlalu jauh cukup dalam waktu lima menit saja mereka sudah sampai di rumah Riana.

"Ini rumah saya, trimakasih sudah mengantarkan saya pulang."

"Okey, anda tidak mempersilahkan saya mampir?"

"Oh ya silahkan Pak Hakkim."

"Tidak, saya hanya bercanda, saya harus segera pulang untuk menemani Olivia."

"Baiklah."

"Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam."

Setelah berpamitan, Hakkim kembali menjalankan mobilnya menuju rumahnya, dan ternyata Olivia sudah menunggunya di teras bersama nannynya.

"Dad, apa kau sudah mengantarkan nona Riana pulang?'

"Ya, baru saja."

"Aku ingin mommy seperti nona Riana."

"Kenapa?"

"Karena nona Riana sangat baik, aku sangat menyukainya."

"Baiklah, kau pasti akan mendapatkannya."

"Benarkah?"

"Ye.. nona Riana akan menjadi mommyku."

Hakkim tersenyum kecil, bukan seperti itu maksud dari Daddynya, tapi biarlah asal saat ini Olivia bisa bahagia.

"Tapi, kalau nona Riana sudah menikah bagaimana?"

"nona Riana belum menikah, aku tahu itu."

"Bagaimana kalau dia sudah punya pacar?" Mendengar itu Olivia jadi bingung, wajah imutnya berkerut seakan dia sedang berpikir sesuatu.

"Baiklah, besok aku akan menanyakannya."

"Tidak boleh itu tidak sopan."

"Lalu bagaimana, Dad?"

"Biarkan Daddy yang bertanya pada nona riana, bagaimana?"

"Baiklah aku setuju."

"Okey, apa sekarang kamu mau bermain dengan Daddy?"

"aku mau."

Hakkim menemani Olivia menghabiskan waktu dengan bermain, jika saat libur seperti saat ini, Hakkim akan meluangkan waktu hanyan untuk anak tercintanya. Memberikan segenap kasih sayang dan rasa cintanya hanya untuk putri kecilnya.

Riana baru saja selesai mandi saat terdengar ketukan dari pintu kamarnya, kemudian dia membuka pintu kamar, dan sudah berdiri di hadapannya sahabatnya yang bernama Aisyah.

"Kamu pulang diantar siapa, tumben ada yang antar, biasanya kamu memilih jalan kaki."

"Itu ayah Olivia, salah satu muridku disekolah."

Aisyah mengangguk-anggukkan kepalanya, mereka berdua duduk di depan tv dengan Aisyah yang terus bertanya tentang orang yang mengantarkan Riana pulang.

"Sepertinya aku tidak asing dengan wajahnya."

"Iya, dia tetangga blok kita, namanya Hakkim dia seorang pilot."

"Oh ya aku ingat, kalau tidak salah istrinya meninggal saat melahirkan anaknya, Istrinya dulu seorang pramugari, namun berhenti setelah mereka menikah."

"Bagaimana kamu bisa tahu?"

"Aku sudah lama tinggal disini jadi aku sangat tahu tetanggaku."

"Hakkim itu sangat tampan, apa kau tidak menyukainya?"

"aku baru saja mengenalnya."

"Berarti ada kemungkinan kamu akan jatuh cinta padanya."

"Aku sudah di jodohkan, kamu harus ingat itu."

"tapi kamu tidak mencintainya?"

"Lalu kenapa?"

"Riana, aku ingin kamu menikah dengan orang yang kamu cintai dan dia juga mencintaimu."

Dalam hati Riana juga mengharapkan itu, menikah dengan orang yang dicintainya. Tapi mungkinkah? pikir Riana.