webnovel

My Lovely Sister

Namaku Rui. Aku adalah anak adopsi di keluargaku yang sekarang, karena keluargaku yang dulu tidak mampu membiayai kebutuhan hidupku, maka dengan berat hati ibuku mengusulkan agar aku diadopsi oleh keluarga yang lebih mampu. Hari-hari yang kujalani bersama Kak Guin terasa menyenangkan hingga suatu hari sebuah masalah menimpa kami. Awalnya hanya masalah kecil namun menjadi masalah yang tak pernah terbayangkan akan terjadi ternyata terjadi juga. Segala rintangan dan halangan kami lalui bersama dan dari sinilah kisah petualangan ku bersama Kak Guin demi mencari sebuah jalan pulang.

Rachell_Aditya · 青春言情
分數不夠
29 Chs

Kak Mira & Secangkir Kopi

Tak lama kemudian bel rumah berbunyi.

"Nah itu dia datang, kakak bukain pintu dulu ya!" Celetuk kakak.

"Iya kak."

Kak Guin pergi keluar untuk membukakan pintu. Sementara aku menunggu di dalam kamarnya.

"Nah ini kamarku, ayo masuk!"

Kak Guin mempersilahkan temannya masuk ke dalam kamar.

"Perkenalkan ini adikku namanya Rui!" Kata kakak memperkenalkanku pada temannya.

"Eh, p-perkenalkan aku Rui." Jawabku dengan gugup.

"Mira, salam kenal Rui!" Ucap teman Kak Guin yang bernama Mira itu sambil mengulurkan tangan ke arahku disertai senyum manis.

"Salam kenal juga Kak Mira." Jawabku menerima uluran tangannya.

Wajahku memerah karena malu saat bertatapan dengannya apalagi disertai dengan senyumnya yang manis membuat jantungku berdegup kencang .

"Maaf ya Rui malam ini kamu tidur sendiri di kamarmu. Karena Kak Mira akan tidur bareng kakak malam ini." Jelas kakak padaku.

"Eh i-iya tidak masalah kok kak."

"Duh maaf jadi merepotkan." Celetuk Kak Mira merasa tak enak hati.

"Ah tidak apa-apa kok. Anggap saja seperti rumah sendiri." Ucap Kak Guin.

"Hihi, oke deh!" Jawab Kak Mira.

"Kalau begitu aku mau ke kamarku dulu kak!" Ujar ku pada Kak Guin.

Tanpa banyak bicara lagi aku segera keluar dari kamar kakak dan langsung menuju kamarku.

"Fiuhhh, Kak Mira cantik sekali. Apakah teman Kak Guin memang cantik cantik ya seperti dirinya? Kalau semua teman Kak Guin menginap di sini bisa beruntung aku karena dikelilingi oleh para cewek cantik."

Gumamku sambil membayangkan teman-teman kakak yang cantik seperti dirinya.

Pukul 11 malam.

"Duh aku tidak bisa tidur lagi gara-gara terus memikirkan Kak Mira. Mungkin segelas kopi dapat menemaniku saat tidak bisa tidur seperti ini." Gumam ku.

Aku beranjak dari kasur dan jalan menuju dapur. Saat di dapur aku mendengar seperti ada orang di dalam kamar mandi.

—Ruangan dapur dan kamar mandi memang berdekatan sehingga suara di kamar mandi terdengar sangat jelas di dapur begitu juga sebaliknya—

Yah paling juga kakak yang kebelet buang air kecil di tengah-tengah tidurnya. Aku tetap membuat kopi tanpa memikirkan hal lain. Tepat saat sudah selesai membuat kopi pintu kamar mandi dibuka. Dan ternyata yang berada di dalam bukanlah Kak Guin melainkan Kak Mira.

"Rui kamu kok belum tidur?" Tanya Kak Mira.

"Eh, i-iya kak aku tak bisa tidur." Jawabku agak gugup.

Kulihat Kak Mira memakai tanktop dan celana pendek milik kakak. Yah, mungkin dia tidak membawa pakaian ganti dan akhirnya meminjam milik kakak.

"Oh, terus ngapain disini?" Tanya Kak Mira sekali lagi.

"Ini karena aku tak bisa tidur jadinya ke sini untuk membuat kopi." Jawabku padat.

"Sama dong kakak juga tidak bisa tidur nih, di dalam panas banget." Gerutu Kak Mira.

"Kak Guin mana?" Tanyaku.

"Dia sih sudah tidur dari tadi, tak tahu deh padahal udaranya sangat panas tapi dia bisa tidur senyenyak itu." Jawab Kak Mira cemberut.

"Emm kakak mau kopi?" Tawar ku mencoba basa-basi.

"Boleh. Tolong buatin satu ya! Kakak tunggu di ruang tengah." Jawab Kak Mira.

"Siap kak!"

Aku mengambil secangkir gelas lagi guna membuatkan kopi untuk Kak Mira dan membawanya ke ruang tengah.

Di ruang tengah.

"Nih kak kopinya sudah jadi!" Menyodorkan kopi pada Kak Mira.

"Wah terimakasih ya. Maaf nih merepotkan." Jawab Kak Mira.

"Tidak kok kak! Aku justru malah senang bisa melayani tamu dengan baik." Ujar ku sambil tersenyum.

"Heh, iya deh." Jawab Kak Mira singkat.

Kami menikmati kopi sambil menonton televisi. Kak Mira tiduran di sofa sementara aku duduk di sisinya.

"Kopinya diminum Kak, nanti keburu dingin loh!" Celetuk ku padanya.

"Ummm, oke!"

Kak Mira meminum 3 teguk dari kopi yang ku buat.

"Kamu tidak diminum kopinya?" Tanya Kak Mira sesaat kemudian.

"Eh, ini mau ku minum." Sambil meraih cangkir kopi ku dan meminumnya sampai habis.

"Kamu haus ya Rui? Minum kopi sekali teguk gitu langsung habis." Celetuk Kak Mira.

"Hehe, iya kak."

Kami pun melanjutkan menonton TV tanpa banyak bicara lagi. Selang tiga menit setelah aku menghabiskan kopiku, aku mulai merasakan ada yang aneh dalam tubuhku. Perutku sangat mulas dan rasanya mual sekali.

Waktu berlalu cukup lama dan semakin lama pula perutku semakin terasa mulas.

Aku sudah tidak tahan lagi. Ingin rasanya segera pergi ke kamar mandi dan membuang sisa ampas yang ada di dalam perutku.

"Eng, kak! Aku mau ke kamar mandi dulu!" Ucapku dengan keringat dingin yang bercucuran sembari memegang perut.

"Silahkan." Jawab Kak Mira tanpa menoleh.

Aku beranjak dari sofa dan segera pergi ke kamar mandi. Di kamar mandi aku segera melepas celanaku dan sekuat tenaga membuang air besar yang meresahkan.

"Ahh! Rasanya mulas sekali jika! Apa ini karena kopi yang sudah lama tersimpan itu ya? Tapi kok Kak Mira baik-baik saja?" Gumam ku sembari terkentut-kentut.

Tidak berselang lama tiba tiba Kak Mira datang.

"Rui! Gantian dong kamar mandinya! Kak Mira ingin buang air besar nih!" Teriak Kak Mira dari luar.

"Eh iya kak sebentar!"

Dengan cepat aku segera memakai celanaku kembali dan keluar dari kamar mandi. Aku masih menunggu Kak Mira di depan pintu kamar mandi.

Beberapa menit kemudian pintu kamar mandi dibuka.

"Loh, kamu ngapain masih disini?" Tanya Kak Mira.

"Mau ke kamar mandi kak." Jawabku singkat.

"Lagi?!" Tanyanya heran.

"Eh, i-iya." Jawabku agak gugup.

Sepertinya Kak Mira menyadari gelagatku. Secara refleks dia langsung menatapku curiga.

"Ohh. Sepertinya kakak tau alasanmu pergi ke kamar mandi." Celetuknya dengan ekspresi seperti berhasil memecahkan sebuah misteri yang besar.

"Eh, a-apa tuh kak?" Tanyaku mencoba memastikan.

"Pasti karena habis minum kopi itu kan?!"

Tiba tiba Kak Mira menebak sesuai dugaanku

"Eh, jangan-jangan kakak juga merasakan mulas setelah minum kopi itu?"

Aku terkejut saat tahu jika ternyata Kak Mira juga merasakan hal yang sama seperti yang ku alami.

"Iya lah! Memangnya kopi apa sih itu?! Jangan-jangan kamu kasih racun ya kopinya?!" Hardik Kak Mira.

"Eh, b-bukan seperti itu kak. Mungkin karena itu kopi lama dan sudah tak layak minum sehingga membuat perut kita mulas!" Ucap ku membela diri.

"Hah, kopi lama? Terus kenapa kamu hidangkan ke kakak kalau itu kopi lama?!" Kak Mira memarahiku.

"M-maaf kak aku tidak tahu tadi jika itu kopi lama dan baru sadar setelah aku meminumnya." Jawabku sembari menunduk karena merasa bersalah.

"Huh! Ya sudah lupakan saja!"

Kak Mira segera pergi meninggalkanku dan menuju kamar Kak Guin untuk melanjutkan tidur. Sementara aku masih harus membereskan sisa kopi di ruang tengah, mencuci gelasnya, baru kemudian pergi ke kamarku untuk melanjutkan tidur kembali.