webnovel

My Destiny

Lea gadis yang manis dan sedikit tomboy, memulai karirnya di bidang fashion walaupun hati nya sangat ingin bidang otomotif, itulah awal dimana dia bertemu Fio yang akhirnya jatuh hati pada lea. Sedangkan lea mencintai Bimo sahabat masa kecilnya. Bagaimana kisah cinta yang rumit itu berakhir apakah bahagia atau duka??

Santi_Kristia_s · 青春言情
分數不夠
56 Chs

Bab 51

Pagi itu, sudah pukul 11.20 wib, Lea yang terlihat buru-buru karna sudah terlambat terlihat sedikit berlari ke arah pintu utama rumah.

"Loh..mau kemana?"

"Kerja mi"

"Kok jam segini baru mau berangkat?"

"Aduhh...alaram Lea mati mi"

"Hati-hati" teriak wanita paruh baya itu.

Tidak menjawab Bu rena, Lea berlari menuju mobil nya di garasi, dan kemudian melaju di jalanan.

Hari itu Lea terlambat ke kantor, padahal ada hal berkas yang harus di kirim Ke pak Roy.

"Aduhh ..ayokk jalan-jalan cepat" Lea memukul-mukul stir mobilnya melihat mobil di depannya berjalan lambat.

Setelah memasuki parkiran Lea berlari ke arah gedung dengan langkah cepat, berkas itu sudah terlambat di kirim setengah jam.

"Mampuss..gimana ini semoga belum terlambat" Lea menekan berkali-kali tombol Lift.

"Hai Lea kenapa Baru datang" Criss menyapa Lea yang terlihat buru-buru.

"Ahh hai" Lea hanya menjawab singkat lalu masuk ke dalam Lift.

Sesampainya di lantai 10 Lea keluar lift.

"Kenapa baru datang Lea?" Fio bertanya saat melihat Lea.

Tidak menjawab Lea kemudian masuk ke dalam kantornya, pikiran nya hanya tertuju pada file yang akan di kirim pada Pak Roy itu.

Setelah berbicara beberapa kata di telepon Lea mengirim file itu walaupun sudah sedikit terlambat.

"Haduh..kepala ku pusing, apa karna belum makan ya?" Lea memegang kepalanya sambil terus melihat file yang tertumpuk di mejanya.

Sudah waktunya makan siang tapi Lea masih harus mengerjakan beberapa File yang sudah tertumpuk sejak kemarin.

"Kenapa kamu menghindar Lea?" Fio masuk tanpa mengetuk pintu.

"Apa??" Wajah Lea bigung.

"Kenapa kamu menghindari aku?"

"Gak..aku gak menghindari kamu" jawab Lea santai.

"Ia..kamu menghindari aku" Fio tetap percaya dengan kata-katanya.

"Aku gak menghindar Fio, apasih kamu" senyumnya.

"Kenapa kamu ga datang waktu aku keluar dari rumah sakit?" Fio dengan wajah serius bertanya.

"Kamu kenapa Fio, Criss sama teman yang lain kan udah datang" Lea sedikit bigung dengan Fio.

"Tapi kamu ga datang Lea"

"Siapa aku? Kenapa aku harus ada di sana, aku sibuk aku harus ngerjain laporan aku aku harus ketemu sama pak Roy" Lea menjelaskan.

"Ohh..jadi maksud mu aku bukan siapa-siapa mu?"

"Yah.. kamu cuma salah satu dari pegawai di sini"

"Lihat aku!! Apa aku cuma salah satu dari pegawai mu saja" Fio menarik tangan Lea kasar.

"Fio!! Kamu kenapa?" Lea kesal dengan perlakuan Fio.

"Kamu tau..aku nungguin kamu waktu itu, tadi aku menyapa mu dan apa?? kamu cuma jalan lurus dan masuk seolah aku tidak ada di sana"

"Maaf, tolong lepas tangan ku" Lea menarik tangannya.

"Kamu masih bilang kalau kamu tidak menghindari ku?"

"Dengar!! Aku buru-buru aku harus mengerjakan laporan, aku harus mengirim laporan ini ke pengacara yang mengurus kejadian mu waktu itu" Lea melempar berkas-berkas kasus penusukan Fio tempo hari.

"Alasan!!'

"Lihat lihat Fio...buka semua, menghindari apa maksud mu?? tohh kamu bukan siapa-siapa" Lea menunjuk berkas-berkas itu kemudian melangkah pergi.

"Apa yang harus ku lihat"

"Ohh ya...jangan pernah menuduh ku sembarangan aku berkorban banyak untuk mu, waktu ku banyak tersita untuk hal yang harusnya aku tidak perduli"

Fio hanya diam berdiri di sudut meja tanpa bisa menahan kepergian Lea.

Pelan-pelan di bukanya berkas itu, di sana di lihatnya semua laporan kasus yang sudah di urus Lea tertulis jelas hingga membuat Fio menyesal.

Fio terduduk di kursi, memukul kepala nya menyalahkan dirinya karna terlalu asik menyalahkan Lea yang sudah lelah.

**

"Duduk sini" Crias memanggil Lea yang mendekat ke arahnya.

"Haaa...lapar Criss, kepala ku rasanya pusing" Lea memegang kepalanya yang terasa sakit.

"Yaudah makan dulu, kamu dari mana aja sih baru kelihatan hari ini"

"Aku sibuk Criss, kasus tempo hari harus di urus sama Pak Roy dan berkasnya harus di antar ke kantor polisi"

"Mm..pasti capek ya"

"Ia capek banget, dan orang gila itu masih menuduh ku menghindar, apa maksud nya" gerutu Lea sambil melahap makanan di piringnya.

"Hahha..Fio"

"Ahh sudahlah, aku heran dengan orang satu itu"

"Yaudah makan.. makan dulu" Criss mengelus pundak Lea.

"Harusnya dia terimakasih Criss, bukan menuduh ku sembarangan, lagian dia siapa menuduh ku?" Lea masih mengoceh yang di tertawakan Criss.

"Lea maaf ucapan ku tadi" Fio datang ke meja itu dengan wajah bersalahnya.

"Haaa...makan dulu nanti aja minta maafnya" Criss menarik Fio duduk.

"Haaa...kenyang, aku duluan ya" Lea berdiri dan meninggalkan piring yang masih berisi makanan yang belum habis, melangkah pergi dari meja dimana Fio dan Criss duduk.

"Leaa!!!"

Lea terus melangkah tanpa menoleh ke arah Criss yang memanggilnya.

Fio melahap makanan di piringnya dengan wajah sedih.

Rasa bersalahnya pada Lea semakin besar setelah Criss menceritakan hal yang baru di beritahukan Lea.

"Mau kemana buk bos??" Tanya Sea yang melihat Lea keluar dari kantornya.

"Ahh..kepala ku agak sakit, tolong handle kerjaan ya" senyum Lea pada sekretarisnya itu.

"Ok, hati-hati"

Langkah Lea sedikit lambat, kepala nya terasa pusing, mungkin di akibatkan makan nya yang kurang teratur.

"Mi Lea pulang"

Rumah itu terasa sepi, tidak ada suara yang menyahut kedatangannya.

"Bi bikk" teriak Lea lagi.

"Ya non, " mamang datang dengan senyum nya.

"Mami mana sih mang??"

"Oh, ibuk pergi ke tetangga non sama bibik"

"Emang ada apa mang?"

"Yah cuma mau kenalan aja non, tetangga baru soalnya"

"Ohh..gitu, yaudah makasih mang"

"Ia non" mamang kembali ke depan di mana dia terus duduk menjaga pintu gerbang.

Lea merebahkan Tubuhnya yang lelah, rasa kesalnya belum hilang wajah Fio yang menyalahkan nya masih jelas teringat.

"Dia siapa?? ..huh..aku salah kalau aku gak datang?"

Lea mengejek Fio yang tidak ada di situ.

Lea beranjak ke laci mencari beberapa obat di sana, kepalanya semakin sakit.

Setelah menemukan obat dia meminumnya, kemudian kembali merebahkan tubuhnya.

Maaf karna aku terlalu kawatir jika engkau menjauh, karna itu terlalu menyakitkan buat ku. Walaupun sebenarnya kau tak bermaksud begitu.