Sudah seminggu setelah kejadian ngeri itu, Situasi kembali normal.
Gedung itu semakin di perketet keamanannya, Lea yang sudah mengganti tenaga keamanan yang lama membuat para pekerja semkin hati-hati dan lebih cepat dalam bertindak.
"Pagi Criss" Lea menyapa laki-laki yang duduk di di pojok ruangan.
"Ehh pagi" senyumnya.
"Jam berapa pemotretan hari ini?"
"Mm..jam 10, santai si Gery udah tau kerja kok" Criss menjelaskan bahwa foto grafer pengganti Fio itu sudah tau kerjaan.
"Ok deh..kamu ajari ya kalau dia kurang paham"
"Siap buk boss, ohh.. ia hari ini Fio balik dari Rumah sakit kan?"
"Mungkin, kalau gitu kamu tolong lihat sampekan salam ku" Lea tersenyum.
"Kamu gak ikut?"
"Aku agak sibuk Criss, kamu aja yah..ajak teman yang lain" Lea melempar senyum dan melangkah ke kantor nya.
Criss mengerutkan dahinya, dia merasa ada hal aneh pada Lea. Biasanya Lea lah krang yang paling bersemangat untuk hal sepeti itu.
Tapi kali ini berbeda hal apa yamg membuatnya sesibuk itu.
* *
"Wahh akhirnya pulang juga ya" Criss melihat Fio yang sudah duduk di tempat tidurnya siap untuk pulang.
"Sini Dea bawa tante" Dea mengambil tas yang terlihat berat di bawa mamanya Fio.
"Sini sini yang ini biar Criss sama Sisi yang bawa" Criss mengambil tas lainnya.
"Ini biar Neo tante" laki-laki tampan itu tersenyum menarik tas kecil di tangan mamanya Fio.
"Jadi tante gak bawa apa-apa ya" Wanita paruh baya itu tertawa.
"Ayok ma kita pulang" Fio menarik tangan mamanya sambil berpegangan.
"Mama gak lihat Lea" suara wanita itu terdengar di telinga Criss.
"Ehh ia tante, dia sibuk banget hari ini jadi gak bisa ikut" Senyumnya sambil berjalan pelan di dekat Fio dan mamanya.
"Oh gitu ya" wajahnya terlihat sedih.
"Udah ayok ma" Fio menarik tangan mamanya agar lebih cepat berjalan, walaupun ada rasa lain di hatinya.
Perjalanan pulang ke rumah Fio tersebut sedikit macet, suasanan jalanan lumayan ramai.
Hampir satu jam mereka di perjalanan.
"Nihh ..kita dengar lagu ya, biar gak bosan" Criss memutar lagu Pop yang membuat suasana mobil itu tidak terlalu sunyi.
Criss terlihat mengikuti lirik lagu-lagu itu, sedangkan Fio lebih diam dan melihat jalanan yang ramai.
Dea dan mama Fio berada di kursi belakang sudah terlihat tidur mungkin sudah bosan dengan jalanan.
"Kenapa Lea gak ikut?" Fio bertanya dengan suara pelan dan melihat jalanan.
"Katanya dia sibuk hari ini"
"Apa betul dia sesibuk itu?"
"Aku juga tidak tau jelasnya, tapi bisa jadi dia memang sibuk" Criss seilah mengerti Lea.
"Sepertiny dia menghindari ku saja" Fio melihat kearah Criss.
"Kenapa? Ada masalah lagi?" Criss melihat Fio tajam.
"Gak ada sih...tapi sepertinya dia menghindar"
"Haaa...ada apa dengan kalian lagi" kepala Criss di geleng-gelengkan tanda haran.
"Kenapa dia sulit sekali jujur"
"Dia butuh waktu" Criss menepuk bahu Fio pelan.
"Baiklah" senyumnya.
Kembali mereka hanyut dalam alunan lagu.
Fio masih tidak percaya bahwa Lea benar-benar sibuk hari itu seakan Lea berbohong hanya untuk menghindarinya saja.
"Aaa sampaiii" Criss membuka pintu mobil dan menggerak-gerakkan tubuhnya, satu jam perjalanan membuat punggungnya kaku.
"Haaa...udaranya segar" Fio menarik nafas panjang, dia merindukan rumahnya.
"Ayo ayo..kalian masuk dulu kita makan siang rame-rame" ajak wanita paruh baya itu.
"Asikk makan besar" Neo yang bersemangat membawa beberapa tas di tangan nya.
"Aku lapar" Dea ikut berjalan di ikuti Sea yang hanya tersenyum.
Makan siang sudah siap di meja, ada ayam bakar, iakan asam manis dan lainny. Papa Fio ternyata jago dalam hal memasak.
Menu-menu makan siang itu terlihat lezat.
"Ayo duduk dulu" kepala keluarga rumah itu mempersilahkan.
"Wahhh ini im yang masak??" Sea terlihat takjup.
"Hahah..ia ayo kita makan dulu"
"Masih ada ya..suami yang pandai masak" Dea terheran-heran.
"Aku juga jago masak kok" Criss tertawa ke arah orang.
"Makan yang banyak ya" mama Fio senyum.
"Nih..kamu makan bubur dulu ya, biar perutnya enakan" papa Fio memberi semangkok bubur ke Fio.
"Makasih pa" senyumnya.
"Ahkkk...jadi pengen pulang ke rumah mama" Criss tersenyum ke arah Fio yang terlihat di manja.
Makan siang itu sangat lezat dan istimewa, mereka terlihat bahagia dan kompak.
Setelah makan mereka duduk di ruang tengah dan bercerita soal pekerjaan yang sudah seminggu lebih ditinggal Fio.
"Anak baru itu asikk kok" Dea tersenyum membanggakan Gery yang memang cool dan ganteng.
"Tapi dia tidak sehebat Fio" Criss mencibir.
"Huuu...dia juga hebat kok" Dea kembali mencibir.
"Dua orang ini kerjanya berkelahi terus" Sea menggeleng melihat Dea dan Criss.
"Tau nih...bakalan jodoh" Neo berkata singkat.
"Yeee...amin" Sisi mengaminkan.
"Ahh..apaasih" Dea seolah tidak terima.
Fio yang melihat hanya tersenyum, mereka mengejek satu sama lain dan sesekali memukuk satu sama lain juga.
"Jadi besok kamu udah bisa kerja Fio?"
"Mm kayaknya..bosan juga di rumah"
"Ok...lagian ada Gery yang bisa bantu kamu" senyum Sea.
"Ia..jadi aku gak harus kerja berat dulu"
"Ia bagus lah..biar kita kumpul lagi" ucapa Dea.
"Huuu tukang buat masalah" Criss mengejek Dea.
"Huu...sok banget" Dea mengejek Criss lalu tertawa.
Suasanan gelap sudah mulai terlihat di luar rumah, akhirmya merek berpamitan untuk pulang karan besok harus bekerja lagi.
"Gak makan malam di sini aja?"
" gak usah Om, kita makan di rumah aja" Criss menolak ajakan papa Fio.
"Oh yaudah..lain kali main ke sini lagi ya"
"Pasti om..nanti kami di masakin lagi ya" Dea tertawa.
"Bisa bisa Dea.." tawa Papa Fio.
"Kami pulang dulu ya Fio, sampe jumla besok" Criss melambaikan tangannya.
Perjalanan mereka terasa sepi kembali, di mobil Criss hanya dia sendiri karna Dea, Neo dan Sisi di mobil yang sama dikarnakan rumah mereka searah, sedangkan Sea dengan mobilnya sendiri.
**
Wajah Lea terlihat letih, pekerjaan nya baru selesai dan dia baru bisa pulang.
"Kamu udah makan?"
"Lea gak lapar mi, Lea capek"
"Yaudah kalau nanti mau makan panggil mami ya"
"Lea ambil sendiri aja nanti mi, gak usah repot-repot" Lea melangkah malas ke kamarnya.
Dia tidak membersihkan tubuhnya, dia hanya ingin tidur lelah sekali rasanya hari itu.
Dengan baju yang di pakainya seharian Lea tidur dengan lelap.
Di tempat yang berbeda Fio terlihat susah tidur, dia berpikir kejadian di rumah sakit itu membuat Lea menjauh darinya.
Rasa bersalah kembali menghantuinya, atau mungkin itu rasa kecewa karna Lea tidak perduli padanya.
Semakin ku mengenal mu semakain luka ku terbuka lebar, entah karna egois ku atau karna kau yang selalu menjauh.