" sayang gimana kerjaan hari ini?" Bi memeluk Lea dari belakang saat memasuki kamar.
"Capek banyak yang harus di selesaikan" Lea menghela nafas panjang.
"Jangan capek capek ya" Bi memeluk erat tubuh Lea dan mengecup pipi Lea dari samping.
"Kamu gak ke restoran hari ini??" Lea bertanya saat melihat Bi masih menggunakan piama yang sama seperti kemarin malam.
"Aku kurang enak badan sayang, dada ku rasa nya sakit hari ini" Bi menggosok dada nya yang terasa nyeri.
"Kamu sakit?" Lea memperhatikan Bi dan mencoba mengelus bagian dadanya yang sakit.
"Ia sayang, di sini sakit banget" Bi mengarahkan tangan Lea ke dada yang sakit.
"Kita ke rumah sakit sekarang" Lea berdiri dan menarik tas nya yang sudah di letakkan di rak tas.
"Gak usah, kamu udah capek banget besok aku ke rumah sakit pagi pagi" Bi menenangkan Lea ya g tapak kawatir dengan suami nya itu.
"Emang ga sakit?" Lea bertanya seakan tak percaya.
"aku udah makan obat kok, janji besok aku ke dokter sayang."
" janji ya" Lea meletakkan kembali tas nya di Rak lalu memasuki kamar mandi unruk membersihkan diri.
Bi yang duduk sambil menunggu Lea mandi berusaha menahan rasa sakit di dadanya.
Wajah pucat dan keringat nya mengucur walaupun udara di kamar itu tidak panas.
Saat Lea selesai mandi Bi berusaha menutupi nyeri di dada nya, agar Lea tidak kawatir dengan sakit yang di rasa Bi.
Setelah mandi Lea mengajak Bi makan malam bersama.
Lea dan Bi sudah tinggal di rumah yang berbeda dengan Bu rena, sekarang mereka tinggal di rumah yang lebih minimalis.
"Gimana kabar kantor?" Bi bertanya memecah keheningan malam itu.
"Biasa lah sibukk sayang," Lea menjawab singkat.
"Bagaimana dengan Fio apa dia sudah masuk kerja?"
"Udah Fio memutuskan kerja lebih awal dari cuti yang di ambil"
"Apa suasana nya masih canggung?" Bi bertanya lagi.
"Yahh begitulah, dia masih seperti dulu, sekarang dia menekan Mira sepertinya dia memang membenci tukang Rias " Lea menerangkan kejadian di gedung hari itu.
"Hahaha...mungki sebentar lagi dia kan mencintai nya" Bi tertawa melihat Lea yang sedikit sedih dengan keadaan di gedung.
"Aku harap itu kejadian sayang, mungkin akan lebih baik untuk nya"
"Ia sudahlah jangan terlalu menyalahkan diri sendiri" Bi menghibur Lea.
"Apa ini gara agara aku ?"
"Gak sayang, semua sudah ada takdir nya. Dan Fio memang harus move on dia bukan untuk mu" Bi berjalan ke arah Lea dan memeluk.
"Aku harap itu bukan karena egois ku" Lea memeluk Bi.
"Udah udah..habiskan makanan mu, nanti aku pijitin yak" Bi mencoba mengalihakan pembicaraan.
Malam itu, Lea dan Bi saling memeluk. Sesekali Bi mencium lembut kening Lea dan tersenyum.
Pukul 10 wib, Lea sudah tertidur pulas pekerjaan hari itu membuat nya letih dan tidur lebih awal.
Bi masih terjaga dengan dada nya yang masih nyeri.
Sudah bebarapa hari ini rasa nyeri di dada Bi semakin parah.
Bi mengambil obat pereda rasa sakit dan meminum nya untuk menghilangkan sakit agar bisa tertidur.
Pukul 2 dini hari Bi yang mencoba tidur dan akhirnya bisa terlelap.