PoV. Author
"Masuk."
"Kau ingin mengajaku tidur satu kamar?" Tanya Rubbi dengan wajah berbinar.
"Jangan banyak menghayal, masuklah ada yang ingin aku bicarakan," ujar Max dengan mengulum senyum geli.
Rubbi menatap Max tajam, ia mendengus sebelum masuk kedalam kamar Max di villa itu. Rubbi berlari mengitari kamar itu dengan sangat antusias saat melihat keindahan kamar dengan nuansa putih dan pemandangan birunya laut yang menyatu menciptakan sebuah keindahan.
"Duduklah, jangan berlarian dan membuatku pusing melihatnya." Max menghenbuskan napasnya tajam saat melihat tingkah Rubbi yang menurut nya sangat kampungan.
"Max ini indah sekali, pasti nyaman sekali jika bisa berlibur disini." Rubbi melompat naik keatas tempat tidur lalu merebahkan dirinya tanpa sadar jika dirinya sangat terekspose.
Rubbi menatap Max yang sedang duduk di sofa yang menghadap langsung ke arah nya. Alisnya terangkat saat ia melihat Max yang menatapnya dengan berbeda.
"Max," panggilnya.
Rubbi merangkak turun dari tempat tidurnya lalu berjalan kearah pria itu. Max yang baru saja sadar terkejut saat Rubbi duduk dipangkuannya.
"Kau apa yang..,"
"Aku memastikan apa yang aku lihat itu benar," ujar Rubbi.
"Apa?"
"Ini masih berfungsi untuk ku Max, coba rasakan dia bangun," ucap Rubbi sambil bergerak diatas pangkuan Max.
"Aohh jangan bergerak!" Seru Max sambil menghentikan gerakan yang Rubbi buat di atas Pangkuannya.
"Kau masih tertarik pada perempuan Max, kita bisa mencobanya."
Rubbi mendekatkan bibirnya pada bibir Max yang masih menatapnya. Namun saat bibir gadis itu hampir menyentuh bibirnya Max berpaling.
"Apa yang kau lakukan Rubbi? Turun dan dengar apa yang akan aku bicarakan." Ucap Max.
"Oke." Jawab Rubbi dengan takut saat melihat wajah Max yang terlihat sangat menyeramkan.
"Aku hanya ingin mengingatkanmu, kau adalah istri ku dan kau harus ingat jika akan banyak orang yang mencari tahu kehidupan pribadiku jadi kau harus menata tingkah laku mu." Ucap Max dengan tenang.
"Wah mana bisa begitu, kau bebas bersama Jay dan aku harus menunggu menjada dahulu cuma untuk mencari pasangan, itu tidak adil." Balas Rubbi. Gadis itu melipat tanganya didepan dada.
"Jangan merajuk apa lagi membantah, ingat disini aku adalah pihak A," Ucap Max mengingatkan lalu beranjak keluar dari kamar itu
"Bajingan kau Max!!" Seru Rubbi kencang.
***
Max menatap keluar jendela. Hujan turun sangat deras di barengi dengan petir dan angin, saat mereka ingin pulang hujan badai datang tanpa perkiraan menyebabkan keduanya harus menetap dan baru akan pulang esok hari.
"Max, bisa tolong aku ambilkan mie di laci atas? Aku tidak sampai," ujar Rubbi yang sedang berkutat di dapur.
Max mengambil beberapa mie yang diminta Rubbi tanpa berucap apapun, "aku merasa kita sangat serasi saat ini, kau terlihat sangat manis," ucap Rubbi.
"Tutup mulutmu, masaklah tanpa berisik," ucap Max.
Rubbi mendengus mendengar kata-kata peras yang keluar dari bibi Max, baginya itu sudah biasa namun ada saat dimana ia jadi kesal saat mendengarnya. Setelah beberapa menit, Rubbi menghidangkan tujuh buah mangkuk berisi mie di atas meja makan.
"Kau ingin menghabiskan ini semua?" Tanya Max yang sudah duduk di bangkunya sejak tadi.
"Tentu saja tidak, ini untuk para bodyguard mu itu," ucap Rubbi sebelum berjalan keluar untuk memanggil para pengawalnya dan Max.
Max menatap punggung istrinya itu dengan alis berkerut, sedikit terkejut karena menemukan sisi lain dari orang seperti Rubbi. Sedikit senyum terukir di bibinya yang langsung pudar saat ia sadar apa yang baru saja di pikirkannya.
"Jangan terpengaruh Max," guman nya pelan.
Beberapa bodyguard masuk dan berdiri di depan meja makan. Mereka ragu untuk makan bersama bos mereka, terlebih itu belum pernah terjadi.
"Kenapa? Ayo duduk dan makan," seru Rubbi yang sudah duduk di dekat Max yang masih diam. "Tidak apakan?" Tanya gadis itu pada Max.
"Ya, silahkan duduk dan makan seperti apa yang dia inginkan," ucap Max.
Mendengar itu para Bodyguard mengambil tempat duduk untuk mereka masing-masing. Rubbi memulai makannya dengan hikmat, sementara Max masih diam begitu pula para bodyguard yang masih terlihat takut-takut denga Max.
"Jangan diam saja, makan." Ucap Max dengan nada memerintah.
"Baik!" Ucap mereka dengan kompak.
Seluruhnya makan dengan diam, dengan Rubbi yang beberapa kali mencicipi mie dari dalam mangkuk milik Max. Melihat itu Max hanya bisa diam dan menghentikan makannya namun yang dilakukan Rubbi selanjutnya justru membuat Max lebih terkeju dimana Rubbi memberikan sesendok mie yang sudah ditiup untuk Max.
"Apa yang kamu lakukan?" Tanya Max.
"Emm? Kamu?" Tanya Rubbi dengan senyum dibibirnya.
"Ehm maksudku, apa yang baru saja kau lakukan, aku bukan anak kecil." Ujar Max dengan nada yang salah tingkah.
"Kamu salah tingkah, lucu sekali." Ucap Rubbi dengan terkekeh.
Max mengatur rasa gugupnya dengan melihat kearah lain, namun yang ia dapati adalah para bodyguard yang diam-diam memperhatikan interaksi keduanya dan sukses membuatnya semakin salahbtingkah.
"Apa yang kalian lihat?!" Seru Max.
"Hei galak sekali kamu Max, kalau gugup diam saja jangan marah," sekali lagi ucapan Rubbi membuat Max bungkam.
Max akhirnya memilih diam dan memakan mie di mangkuknya tanpa berucap apapun. Namun lagi dan lagi saat suasana sedang sepi Rubbi kembali bersuara.
"Max nanti kita tidur satu kamar kan? Aku ingin sekali seperti pasangan pada umumnya tidur bersama, berpelukan semalaman," ucapan itu membuat para bodyguard terbatuk dan segera minum dan menyelesaikan makan mereka.
"Kami sudah selesai, Tuan," ucap salah seorang bodyguard.
"Iya terimakasih ya sudah mau makan bersama," ucap Rubbi mendahului Max. Max yang melihat tingkah aneh dari Rubbi hanya mampu menahan kekesalannya.
"Rubbu apa kau sadar jika tingkahmu hari ini sangat membuatku mual?" Ucap Max yang membuat Rubbi menghentikan makanya.
Gadis itu masih menunduk untuk meredakan nyeri di dalam hatinya. Perlahan ia angkat kepalanya lalu matanya menatap Max.
"Aku paham itu, mulai hari ini aku tidak akan mengganggu mu Max." Ucap Rubbi sebelum pergi ke kamarnya yang terletak bersebelahan.
"Oke." Gumam Max pelan.