webnovel

Monochrome Rose

Kisah lelaki yang menderita buta warna total hingga membuatnya sama sekali tidak bisa melihat keindahan warna sedikitpun begitu pula dengan massa ototnya yang di bawah rata² umurnya membuatnya menjadi bahan caci maki dan buli teman²nya dan geng blood, geng paling sadis di sekolah taeyong menuntun ilmu apa lagi ketuanya, johnny suh. Ibu angkatnya, jessica jung pula melakukan kekerasan kepada taeyong hingga membuat masa kecil taeyong hanya bisa merasakan sakit selain ketika bersama teman masa kecilnya, jung jaehyun. Hingga suatu harikelasnya kedatangan murid baru bernama jung jaehyun, disanalah hidup taeyong mulai sedikit berubah dari sangat buruk dan menyedihkan menjadi baik dan bahagia. Akankah taeyong mampu mempertahankan kebahagiaannya bersama jaehyun? Cover, art, and story by: pinkykyoong () love story, no 18+, cute Start: 01/02/21 End: 29/06/21

pinkykyoong · LGBT+
分數不夠
15 Chs

MET YOU AGAIN

Hari ini, taeyong akan pulang setelah melakukan rehabilitasi di negara inggris. Ia berpamitan kepada doyoung dan mengganti uang penginapannya. Walaupun doyoung sempat menolaknya, tapi taeyong mengancam bahwa ia tidak akan mengunjungi pria bergigi kelinci itu lagi jika tidak menerimanya. Dengan berat hati, ia menerima uang yang jumlahnya tidak bisa di bilang sedikit.

"Yakk taeyong-ah, tidak perlu sebanyak ini uangnya."

"Itu juga bayaran untuk traktir makan malam, pendapat, dan nasehatmu yang sangat membantuku doy. Thank you for everything doy, I will come here again next time." Pria bermarga kim itu langsung memeluk tubuh kurus taeyong erat

"Hubungi aku kalau sudah sampai." Taeyong mengangguk lalu memeluk kembali tubuh temannya itu erat, "Can I be your bestie?"

"Sure, aku sudah menganggapmu seperti saudaraku sendiri doy."

"Berjanjilah untuk menjaga dirimu dengan baik. Kalau jaehyun kumat lagi, hubungi aku, aku akan menampar pipinya sekeras mungkin."

"Hahaha, terserah kau saja.."

'Perhatian, untuk para penumpang pesawat Korea Airlines dengan nomor penerbangan KA*** tujuan Incheon dipersilahkan naik ke pesawat udara melalui pintu A3, terima kasih.'

"Hati² ya yong, tunjukin ke jaehyun kalau kamu udah bener² sehat dan kuat daripada dulu."

"Heem.., ya sudah aku pulang dulu ya doy."

"Aku yakin jaehyun sekarang kembali berubah dan menyesal karena dia memang mau bener² serius dan tidak kekanak-kanakan lagi seperti saat itu yong."

Taeyong kembali menoleh ke arah doyoung lalu mengukir senyum manisnya, "Hm, aku tau. Aku masih percaya padanya."

"Baguslah.."

...

"Jaehyun-ah, kamu yakin akan melamarnya sekarang juga?"

"Nde eomma, aku yakin. Setelah dia membuka pintu rumah kita, ia sudah resmi menjadi tunanganku." Ucapnya yang masih fokus melihat ke arah bayi berusia seminggu di gendongannya yang diserahkan setelah chaeyeon melahirkan anak itu

*SKIP TAEYONG SAMPAI INCHEON*

Chat: Jaehyun

(JH) Bu, udah sampai?

(TY) Udah, kamu di rumah?

(JH) Nde, aku menyuruh supir untuk menjemputmu di lobby bandara.

(TY) Baiklah, terima kasih je.

(JH) Nde^^.

****

Saat taeyong telah menaiki mobil untuk di antar pulang, ia sampai speechless karena sudah lama ia tidak duduk di mobil ini. Rasanya seperti kenangan lama yang perlahan-lahan muncul lagi.

"Tuan muda, kita sudah sampai." Ucap sang sopir, taeyong spontan melihat keluar jendela pintu mobil dan dirinya dibuat kaget dengan perubahan kecil di luar rumah keluarga jung

"Ini rumahnya habis di renovasi ya paman?"

"Nde tuan, luar rumah di cat ulang karena sudah memudar dan banyak retak."

"Ahhh.."

Kaki pendeknya keluar dari mobil setelah mobil itu benar² berhenti, berjalan pelan sambil membawa koper besar di tangannya. Ya taeyong menolak untuk dibawakan karena ia hanya membawa tas yang melingkari perutnya serta 2 koper besar di tangannya. Taeyong bukan laki² manja yang harus selalu dilayani bak tuan putri, dia sudah terbiasa mandiri.

/krekk..

/grep!

"Bu..sobb..aku kangen." Jaehyun ambruk, memeluk badan mungil taeyong seerat mungkin agar dapat melepaskan kerinduannya dengan cepat. Ia bahkan belum melihat wajah taeyong seperti apa sekarang

Anak berusia seminggu itu berada di gendongan appa jung, karena saat mendengar bunyi mesin mobil sang ayah langsung menyerahkan buah hatinya kepada sang kakek.

Jaehyun mengecup kedua pipi taeyong serta bibir tebal milik pria cantik bermarga lee itu.

"Jae, udah ga usah nangis..kamu ga mau lihat aku nangis lagi kan?" Taeyong menenggelamkan wajahnya ke pundak lebar pria bongsor yang tengah memeluknya itu

Jaehyun langsung menghindar dan menghapus air matanya kasar, "Jangan..jangan nangis lagi, aku benci itu." Ujarnya sambil mengusap kantung mata taeyong yang terlihat tidak sebengkak saat terakhir ia melihatnya, "Aku tebak bubuku istirahat dengan baik di sana." Taeyong mengangguk lalu memeluk kembali badan jaehyun, akhirnya ia bisa mencium bau maskulin yang selama ini ia rindukan

"Bagaimana keadaanmu sekarang nak?" Tanya appa jung yang ikut menjongkok di sebelah mereka, di susul eomma jung yang sekarang memeluk taeyong erat

"Aku semakin baik pa, terima kasih atas segalanya, nanti kalau bisa aku akan mengganti uangnya."

"Ishh apa yang kau bicarakan nak, aku tidak perlu uang itu kembali dari tanganmu, aku hanya mau kita bisa bahagia dan tentram seperti dulu."

Ekspresi taeyong langsung berubah, melepas pelukan rindunya lalu menunduk, "Maaf appa, tapi aku tidak bisa menjanjikan itu."

"Berhenti cemberut bu, it's okay. Just do your best for us."

"Semoga Tuhan mengijinkan aku untuk hidup lebih lama dengan kalian."

Ketiga orang di hadapan taeyong langsung melotot mendengar apa yang taeyong ucap barusan, "Maksudmu apa sayang?"

"Emmm gapapa, lupakan saja^^."

Jaehyun menggandeng tangan kasar taeyong setelah sekian lamanya, mengecup punggung tangan itu dan membawa empunya menuju kamar untuk istirahat karena perjalanan dari inggris ke korea tidaklah singkat.

*KAMAR JAEHYUN*

Saat mereka membuka pintu kamar jaehyun, taeyong di buat kaget dengan serpihan kaca yang menyebar di sekeliling pigura tempat foto masa kecilnya dengan jaehyun.

"Siapa yang memecahkannya?"

"Chaeyeon.."

"Kau menyuruhnya?"

"Dia yang melakukannya duluan."

Taeyong mengambil selembar kertas foto itu, mengibasnya agar serpihan kaca kecil di atasnya jatuh, "Nanti kubelikan pigura yang baru^^."

Jaehyun tersenyum tipis lalu mengelus surai cokelat itu lembut, jaehyun juga sadar bahwa ia juga menyetujui agar pigura itu dipecahkan oleh chaeyeon.

...

"Ckk..kau kira hamil seperti ini enak?!" Gumam chaeyeon yang kesal karena tidak bisa pergi ke klub malam, merokok, minum alkohol, dan dia juga harus hiatus untuk melayani sugar daddynya, "Dasar bayi menyebalkan!"

Chaeyeon rasanya benar² ingin menggugurkan kandungan itu sekarang tapi apa daya tawaran uang dari jaehyun yang sebesar 150 juta untuk merawat bayi itu hingga lahir itu lebih menarik. Lumayan nanti juga bisa dipakai untuk belanja dan untuk meneraktir teman²nya minum pikirnya, to nanti juga biaya operasi juga di bayar oleh pihak laki².

/dutt..dutt..

"Halo?"

"Nyonya, taeyong sudah pulang dari inggris dan sekarang dia ada di rumah tuan jaehyun."

"Terus awasi dia, kalau sampai dia mencium jaehyun beritahu aku secepatnya."

"Baik nyonya."

*Beberapa bulan kemudian*

Doyoung mengabari taeyong bahwa dia akan berkunjung ke korea untuk sekedar berlibur dan ingin berkenalan dengan jaehyun. Taeyong berinisiatif untuk menjemput doyoung di bandara, karena kebetulan hari ini supir pribadi keluarga jung sedang ijin, jadi terpaksa pria mungil itu berangkat sendirian naik taksi. Jaehyun awal² sudah bersikeras untuk ikut dengan taeyong tapi taeyong menolak dan menyuruh pria jangkungnya itu untuk tetap di rumah dan menunggunya pulang.

Kepala taeyong tiba² nyeri entah kenapa, ia pikir itu karena terlalu lama melihat layar ponselnya. Ia memutuskan untuk berhenti menatap ponselnya agar meredakan rasa nyeri di kepalanya yang mendadak. Tapi setelah beberapa saat, kepalanya malah semakin nyeri bukannya malah mereda, kedua tangannya ia gunakan untuk memijat-mijat pelipisnya. Sedikit merasa deja vu dengan situasi ini.

/dorr!

Tubuhnya membeku, suara tembakan itu sangat amat keras sampai menusuk gendang telinganya yang tipis. Besi panas kecil itu menembus tengkorak taeyong, lalu tembakan kedua mengenai leher samping kirinya. Pria cantik itu tumbang tak sadarkan diri di kursi penumpang, darah segarnya membasahi kursi dan karpet taksi yang ditumpanginya. Taeyong langsung bisa merasakan sakitnya keluar dari tubuhnya sendiri, betapa kagetnya taeyong saat mengetahui bahwa jiwanya sudah tidak ada di tubuhnya.

"A-aku beneran mati?"

Taeyong melihat tubuhnya yang terlihat dengan keadaan mata melotot dan kulitnya juga mulai pucat. Sang sopir taksi sedang membawa tubuh tak bernyawanya ke rumah sakit. Taeyong benar² mengalami mimpi buruknya.

"Jaehyun, doyoung..maaf."

...

Sopir taksi itu berusaha secepat mungkin untuk mengantar tubuh sekarat itu ke rumah sakit. Tapi taeyong dinyatakan sudah meninggal di tempat saat mendapat tembakan dari senjata magnum sebanyak 2 kali. Pelakunya sekarang sedang di cari dan sang supir taksi di tahan untuk dijadikan saksi.

Taeyong memegang bagian lengannya walaupun ia tidak bisa merasakan tekstur kulit pucatnya. Hatinya di buat sakit saat melihat jaehyun menangis tiada henti di samping tubuh tak bernyawanya. Eomma, appa, dan bibi kim juga menangis dan juga berusaha menenangkan jaehyun yang membuat berisik satu ruang IGD.

"Taeyong-ah, kumohon hikkss jangan tinggalkan aku dulu.."

Taeyong terdorong untuk mengelus surai pria jangkung yang sangat ia cintai. Matanya mulai berkaca-kaca, ia tidak bisa melihat orang yang sangat ia cintai menangis karenanya.

"Hikks jeje, mianhaeyo.." pembunuhnya tetap sama, siapa lagi kalau bukan suruhan chaeyeon

"Bu, plis jangan istirahat dulu..kamu lupa janji kamu sama aku?"

"Kamu udah pegang janji sama aku kalau bakal rawat anak itu bersama-sama tapi kenapa kamu malah pergi?!!" Jaehyun kembali menangis histeris, sementara keluarganya memutuskan untuk tidak mengganggunya dan meninggalkan mayat taeyong bersama jaehyun

"Ayo kita bertemu lagi di kehidupan selanjutnya lee taeyong." Jaehyun mengambil tangan pucat dan lemas itu, mencium punggung tangan taeyong dengan lembut, "Aku janji ga akan brengsek seperti sekarang dan akan membuatmu bahagia di kehidupan selanjutnya. Kalau kau mendengarnya, pegang kata-kataku ini."