Qin Wentian perlahan berbalik dan menatap siluet orang-orang yang sangat dikenalnya.
Ia memandang ke arah Guru Mustang, dan kakak seperguruannya Luo Huan; lalu Ouyang Kuangsheng, Fan Le, Chu Mang; lalu Mo Qingcheng dan Bai Qing. Secercah senyum bercahaya di matanya, ia telah mencapai apa yang ingin ia capai.
"Haha, luar biasa!" Sebuah suara tawa terdengar bergema, hanya untuk melihat Ouyang Kuangsheng terbang menuju panggung arena Burung Vermillion. "Posisi puncak di Peringkat Takdir Langit, aku terlalu malu dengan peringkatku sendiri."
Chu Mang, Fan Le, Mo Qingcheng dan pendekar lainnya juga naik ke panggung arena itu.
Sekarang setelah Peringkat Takdir Langit ditentukan, larangan bagi para pendekar yang bukan peserta untuk naik ke panggung arena telah dicabut.
Bailu Jing dan Bailu Yi juga beranjak dan berdiri di samping panggung menatap perayaan orang-orang di atas panggung. Bailu Yi tersenyum ketika melihat Qin Wentian menarik Mo Qingcheng ke dalam pelukan; gadis itu benar-benar mendoakan yang terbaik bagi mereka.
"Bos, pertarungan ini terasa sangat menyenangkan dan menguras semua emosi kita. Aku merasa sangat puas ketika melihat wajah mereka hahahaha."
Fan Le tersenyum lebar - Qin Wentian memandangi teman-temannya yang berdiri di sekeliling dan merasa sangat tersentuh.
Ia tahu bahwa meskipun memperoleh posisi puncak, ia telah menyinggung terlalu banyak pihak dari kekuatan transenden. Melihat bahwa teman-temannya masih mau berdiri bersamanya di panggung itu dan merayakan kemenangan bersamanya, bagaimana mungkin ia tidak merasa tersentuh? Pesan mereka jelas — mereka bersedia bahu membahu bersamanya melawan segala rintangan.
"Adik seperguruan, keberuntunganmu dengan para wanita sama sekali tidak buruk," Luo Huan mencibir, ketika menatap deretan kecantikan yang berdiri di sekeliling Qin Wentian.
Mo Qingcheng, Bai Qing dan Yun Mengyi semuanya berada di sana dan setelah melihat tatapan mata Luo Huan, Qin Wentian hanya bisa mendelik tak berdaya. Luo Huan selalu bisa membuat lelucon seperti itu, dan Bajingan Kecil yang awalnya berada dalam buaiannya, tiba-tiba berubah menjadi seberkas cahaya putih dan melompat ke pelukan Qin Wentian dan menggosok kepalanya ke dadanya. Kemudian ia menatap Burung Vermillion Api di atas kepala Qin Wentian itu dengan bangga dan menggeram, seolah menunjukkan dominasinya.
Burung Vermilion Api itu segera mengeluarkan pekikan melengking dan menukik ke bawah, menyelubungi seluruh tubuh Qin Wentian dengan pelukan sayapnya dan membuat semua orang tertawa terbahak-bahak karena kejenakaannya.
Dua makhluk siluman milik Qin Wentian juga bersaing berebut perhatian Qin Wentian?
Para penonton menatap siluet pemuda yang berdiri di atas panggung itu dari bawah ketika hati mereka dipenuhi dengan harapan yang hangat.
Mereka tentu memahami masa depan yang menanti Qin Wentian tapi tetap saja, orang-orang selalu suka dengan konsep superhero, tentang seorang pria seorang diri menaklukkan dunia. Berharap Qin Wentian akan meraih kejayaan, dan meletakkan kepercayaan padanya untuk mengatasi segala kemungkinan.
Dan mereka juga sudah terlalu lama tidak melihat pemandangan yang menyentuh. Pemuda siluman yang kejam itu tidak menunjukkan belas kasihan kepada musuh-musuhnya — namun tampaknya tetap memiliki sisi lembut pada dirinya, dengan sekelompok sahabat yang bersedia mempertaruhkan nyawa demi membelanya dan berdiri di sisinya.
Dari arah Istana Perawan Mistis, Xuan Xin ingin segera menghambur tetapi ditahan oleh Xuan Yan yang bertanya, "Apa yang kau lakukan?"
"Aku juga ingin memberikan ucapan selamat." Xuan Xin memalingkan kepalanya saat menjawab.
"Apakah kau memahami situasinya sekarang?" Xuan Yan membelalakkan mata pada Xuan Xin, adik seperguruannya itu terkadang terlalu naif. Pemegang peringkat puncak kali ini bukan berasal dari ketujuh klan besar itu, dan bahkan tidak termasuk salah satu kekuatan transenden. Hasil seperti itu belum pernah terjadi sebelumnya. Tidak hanya itu, melihat banyaknya yang tersinggung oleh Qin Wentian, segala sesuatu masih sangat mungkin terjadi padanya.
"Ya, aku mengerti, tapi dia adalah saudara seperguruan Fan Le. Aku harus melakukannya." Xuan Xin tersenyum dan melepaskan pegangan Xuan Yan, lalu langsung berlari menuju panggung arena itu. Tindakannya yang tiba-tiba mengejutkan Xuan Yan, dan ketika Xuan Yan menatap siluet yang berdiri di atas panggung, tatapannya tanpa sadar mendarat pada Chu Mang — hatinya tiba-tiba berkibar dan merasa sedikit kacau.
"Omong kosong." Gurunya dari Istana Perawan Mistis mendengus, "Xuan Xin, kembali ke sini sekarang juga."
Di panggung itu, Qin Wentian dan para pendekar lainnya semua mendengar suara itu. Ketika mereka berbalik, mereka melihat Xuan Xin sudah berada di pinggir panggung dan membuat wajah meledek dengan membelakangi gurunya. Ia mengarahkan pandangannya ke arah Qin Wentian sambil berkata, "Selamat telah berhasil meraih posisi pertama, tampaknya Anda memang lebih kuat dibandingkan dengan seseorang."
"Kekalahanku tidak disengaja." Fan Le tersenyum. Tentu saja ia paham bahwa dirinyalah yang dimaksud oleh Xuan Xin.
"Tentu saja." Xuan Xin menyeringai nakal. Qin Wentian menatap ke arah Istana Perawan Mistis lalu berkata dengan suara rendah, "Xuan Xin, lebih baik kau kembali dulu."
Ia memahami niat baik Xuan Xin; Fan Le benar-benar beruntung mendapatkan kekasih seperti itu.
"Aku mengerti." Xuan Xin memperlihatkan wajah kecewa, ia tidak senang dengan sikap sektenya terhadap mereka.
"Qingcheng, kau juga sebaiknya kembali."
Di arah Aula Kaisar Ramuan, Luo He diam-diam memperhatikannya saat menatap Mo Qingcheng.
Mo Qingcheng membalas tatapannya. "Guru, Guru tentu masih ingat apa yang Guru janjikan kepadaku?"
Yang dimaksudnya adalah bahwa sebelumnya Luo He telah berjanji secara langsung padanya, bahwa jika Qin Wentian mengalahkan Zhan Chen ia tidak akan ikut campur dalam hubungan antara Mo Qingcheng dan Qin Wentian.
"Memang, aku memang berjanji padamu, apa kau pikir Guru akan ingkar janji padamu? Pulanglah dulu bersamaku, jika dia ingin merayu murid-muridku, ia bisa datang berkunjung ke Aula Kaisar Ramuan," Luo He menyahut dingin, namun Mo Qingcheng menyimpan keraguan.
Ia tentu saja ingin tinggal di sini bersama Qin Wentian, namun gurunya Luo He sangat baik padanya. Kata-kata Luo He sepertinya tidak bermaksud membatasi dirinya — ia hanya meminta muridnya untuk pulang bersamanya.
"Qingcheng, kau kembalilah dulu." Qin Wentian memegang tangan Mo Qingcheng saat mengatakannya dengan lembut.
Jika Aula Kaisar Ramuan benar-benar ingin menghentikan mereka, saat ini ia benar-benar tidak bisa melakukan apa apa. Tetapi demi Mo Qingcheng, ia tidak keberatan memperbaiki hubungan antara dirinya dan Aula Kaisar Ramuan. Lagi pula, Zhan Chen sendiri tidak mewakili seluruh Aula Kaisar Ramuan.
Dendam antara dirinya dan Zhan Chen sudah mencapai titik didih di hati keduanya. Karena itu, ia tidak ragu membunuh Zhan Chen.
Mo Qingcheng mengangguk kecil sambil menatap Qin Wentian. Pemuda itu tersenyum hangat kepadanya dan menganggukkan kepala sebagai dukungan. "Pulanglah dulu."
Demi Mo Qingcheng, ia bersedia mengambil langkah mundur. Tetapi jika Aula Kaisar Ramuan mencoba dengan cara apa pun untuk mengingkari janji mereka kepada Mo Qingcheng, bahkan jika ia harus meratakan Aula Kaisar Ramuan, ia akan melakukannya demi membawa Mo Qingcheng pergi.
Semoga tidak akan sampai seperti itu. Lagipula, tidak ada dendam antara dirinya dan Luo He, Guru Mo Qingcheng.
Mo Qingcheng dengan enggan melepaskan jemarinya yang sehalus giok dari tangan Qin Wentian dan berjalan kembali ke arah Aula Kaisar Ramuan.
"Kita berangkat sekarang," kata Luo He, dan dengan mengibaskan lengan bajunya, orang-orang dari Aula Kaisar Ramuan menaiki makhluk siluman tunggangan mereka dan melesat terbang.
Mo Qingcheng menoleh ke belakang untuk menatap Qin Wentian. Di matanya, ada keengganan yang kuat untuk berpisah dari pemuda itu.
"Setelah masalah ini berakhir, aku akan berkunjung ke Benua Bulan." Qin Wentian mengirimkan pesan suaranya kepada Mo Qingcheng. Mo Qingcheng mengangguk, tapi matanya mulai berkaca-kaca menahan air mata yang akan tumpah.
Mereka akhirnya bertemu setelah sekian lama, hanya untuk berpisah lagi.
Qin Wentian juga merasa sangat tidak nyaman di hatinya. Ia hanya bisa menyalahkan diri sendiri karena tidak memiliki kekuatan yang cukup. Jika ia berada di puncak Peringkat Timba Langit, bagaimana mungkin mereka dari Aula Kaisar Ramuan bisa menghentikannya? Bahkan jika ia secara terang-terangan mengabaikan Luo He dan membawa Mo Qingcheng pergi, tidak ada yang berani mengatakan apa pun.
Tapi sekarang Mo Qingcheng telah pergi, mungkin ini merupakan suatu berkah juga. Lagipula, Qin Wentian tidak tahu apa yang akan terjadi dalam waktu dekat.
"Lebih baik dia pergi, jika dia ada di sini, dia mungkin akan merepotkan. Jangan memandang rendah kekuatan transenden, aku tidak berpikir hal-hal akan berjalan dengan lancar antara kau dan dia." Yun Mengyi berjalan menghampiri Qin Wentian, saat ia mengatakannya setengah berbisik. "Orang-orang dari Aula Kaisar Ramuan percaya bahwa kamu pasti tidak akan selamat dari apa yang terjadi setelah ini. Kau tidak akan bisa bertahan melewati hari ini."
Wajah Qin Wentian menegang namun ia mengerti kebenaran kata-kata Yun Mengyi. Lagipula, ia telah membunuh beberapa jenius dari kekuatan transenden lainnya — bagaimana mereka bisa membiarkannya melenggang begitu saja? Meskipun sikap Yun Mengyi terhadap Qin Wentian menyimpan misteri, ia harus mengakui bahwa gadis itu berkepala dingin dan dewasa dalam pemikirannya. Seolah-olah meski langit runtuh menimpanya, namun hatinya masih tetap tenang dan tak terpengaruh seperti sebelumnya.
"Peringkat Takdir Langit telah berakhir. Kerajaan Kuno harus ditutup kecuali bagi para pemegang Peringkat Takdir Langit. Bagi para pemegang peringkat, kalian masih bisa tetap berada di sini dan melanjutkan penjelajahan."
Pada saat itu, sebuah suara turun dari langit tetapi siapa pemiliknya, tidak ada yang tahu.
Suara itu menyebabkan hati Qin Wentian dan para pendekar lainnya sedikit berdebar. Pemilik suara itu seharusnya berasal dari kelompok kekuatan yang sama dengan Si Qiong. Orang-orang ini masih mengincar seni rahasia yang tersembunyi di dalam dunia formasi.
"Bagi kami, dengan ikut serta dalam pertarungan perebutan peringkat, kami telah mendapatkan warisan kuno Xia yang Agung. Sekarang setelah peringkatnya ditetapkan, kami tidak lagi memiliki keinginan untuk tinggal di Kerajaan Kuno ini," Seseorang menjawab dengan tenang— orang itu tak lain adalah Qin Zheng. Ia bisa merasakan niat jahat dari orang-orang dari kerajaan kuno.
Jika para pendekar itu masih tinggal di situ sekarang, bukankah mereka akan menjadi sasaran empuk pembantaian demi merampas warisan kuno dari mereka.
"Ini adalah kebiasaan Xia yang Agung, bagaimana kita mengabaikannya?" Sebuah suara yang dipenuhi dengan tirani yang dingin tiba-tiba terdengar dan menggelegar di atmosfer.
"Aku percaya kita memiliki keinginan dan kebebasan kita sendiri," jawab Qin Zheng pelan.
"Memperoleh warisan Xia yang Agung Kuno, namun tidak mau melanjutkan penjelajahan. Apa maksudmu?" Suara itu sekarang mengandung sebuah tekanan besar. Orang-orang dari Klan Mega Matahari Chen menampilkan senyum yang menyeramkan di wajah mereka dan menambahkan, "Ini adalah tradisi yang berlangsung selama berabad-abad, tidak ada yang bisa menentangnya."
Ekspresi Qin Wentian dan para pendekar lainnya semua menegang. Orang-orang ini telah gagal sekali ketika ingin menukar sembilan seni utama Xia yang Agung dengan warisan kuno yang ditemukan melalui keberuntungan kuno. Dan sekarang mereka memaksa mereka untuk tetap tinggal, tentu saja mereka tidak memiliki niat baik.
"Ini adalah tradisi yang tak boleh dilanggar Xia yang Agung Kuno. Kalian sebaiknya mengikutinya." Orang-orang dari Klan Hua tersenyum.
"Ikuti saja," suara Klan Wang ikut terdengar.
Mereka yang berasal dari tujuh klan Xia yang Agung Kuno, pasti memiliki hubungan sebelumnya dengan kekuatan yang berada di belakang Si Qiong.
Bahkan, Qin Wentian curiga bahwa sisa-sisa pengikut misterius dari kerajaan kuno itu terlibat dalam pemberontakan yang terjadi ribuan tahun yang lalu. Bagaimanapun, sejarah ditulis oleh pemenang, tidak ada yang bisa mengatakan dengan pasti apa yang benar dan apa yang salah.
"Jika kau tidak mau menghormati tradisi, tolong tinggalkan warisanmu dan pergi dari sini." Suara dingin itu terdengar menggelegar sekali lagi, penuh tekad untuk mencapai tujuannya.
"Jika kalian benar-benar orang-orang dari kerajaan kuno, mengapa harus menyembunyikan wajah kalian? Mengapa kalian tidak berani keluar di tempat terbuka?" Qin Wentian mengangkat kepalanya dan menatap ke angkasa, matanya berkilau dengan cahaya tajam.
Saat suaranya mereda, sederet sosok muncul di udara dengan kecepatan seolah-olah mereka sedang melakukan teleportasi.
Kelompok yang baru datang ini semuanya luar biasa — mereka semua memancarkan aura yang tidak kalah sedikit pun dari para pemimpin kekuasaan transenden yang saat ini mengawasi kelompok mereka masing-masing dalam ekspedisi ini.
Tatapan mereka semua dipenuhi dengan niat membunuh, setajam pedang terhunus saat menatap Qin Wentian dan pendekar lainnya yang ada di atas panggung.
"Dari kekuatan transenden mana kau berasal?" Seorang pria setengah baya memimpin rombongan itu dan mengenakan jubah emas. Tatapannya langsung terpaku pada Qin Wentian saat ia bertanya.
"Tidak ada," jawab Qin Wentian.
"Baiklah kalau begitu. Karena kau telah memperoleh salah satu warisan, ini berarti kau juga merupakan putra dari takdir. Aku akan memberimu kesempatan untuk bergabung dengan kami. Kami pasti akan membimbingmu sepenuhnya dan memenuhi setiap keinginanmu. Bagaimana kalau begitu?" Pria berjubah emas itu berbicara seolah-olah ia sangat perhatian pada mereka. "Aku akan memberikan kesempatan yang sama kepada mereka semua yang telah memperoleh warisan."
Betapa sombong mereka kedengarannya? Memberi penawaran seperti ini, kesempatan untuk bergabung dengan mereka? Bukankah legenda menyatakan bahwa hanya ada sebuah cabang yang sangat lemah dari garis keturunan Kaisar Kuno yang masih tersisa? Sikap yang ditunjukkan orang-orang ini tampaknya tidak sesuai dengan citra seperti itu. Dan ternyata, kelompok yang baru datang itu tampaknya milik suatu kekuatan yang bahkan melampaui kekuatan transenden — paling tidak, mereka lebih unggul dalam sikap mereka yang luar biasa sombong!