webnovel

Ketika Hua Xiaoyun menyaksikan aliran darah yang tak henti-henti dari luka di dada Mo Qingcheng, ia benar-benar ketakutan. Akhir cerita ini jauh lebih buruk dibandingkan dengan semua apa yang ia bayangkan sebelumnya.

Bukan hanya ia tidak mendapatkan tubuh Mo Qingcheng, ia juga menjadi pembunuhnya. Jika begitu kejadiannya, meskipun Klan Mo tidak akan berani melakukan apa pun padanya, Istana Kaisar Ramuan pasti akan mengingat hal ini. Apalagi Putri Kaisar Ramuan, Luo He, karena ia adalah seorang yang menghargai bakat murid-muridnya. Jika ia tahu bahwa Mo Qingcheng mati karena dirinya, tidak ada yang tahu apa yang akan ia lakukan karena murka.

"Hentikan. Jangan tusuk belatinya lebih dalam. Aku tidak akan meneruskan!" Hua Xiaoyun berteriak ketakutan. Tubuh Mo Qingcheng lalu merosot ke tanah, ia tidak punya kekuatan lagi. Namun matanya tetap terbuka lebar, terus menatap Hua Xiaoyun.

"Apa yang terjadi?" Beberapa orang mendengar keributan itu dan berlari mendekat. Setelah melihat Mo Qingcheng terbaring di lantai berlumur darah, wajah mereka menjadi seputih kertas.

"Sesuatu terjadi pada Nona kecil," sebuah suara berteriak panik, serupa dengan gemuruh guntur yang bergema di seluruh Kediaman Klan Mo.

Sesaat kemudian, beberapa sosok bergegas mendekat. Saat Mo Tianlin melihat apa yang terjadi pada putrinya, wajahnya langsung berubah pucat tanpa darah.

"Qingcheng." Mo Tianlin bergegas maju, mendukung putrinya dalam pelukannya. Melihat ayahnya, baru sekarang sedikit senyum muncul di wajah Mo Qingcheng. Bibirnya sedikit bergetar, seolah-olah ia mencoba mengatakan sesuatu, tetapi tidak ada kata-kata yang keluar.

"Siapa yang melakukan ini?" Mata Mo Tianlin mengerjapkan cahaya dingin dan menakutkan dan melihat ke arah Hua Xiaoyun.

"Apa yang terjadi?" Bai Fei dan para murid dari Aula Kaisar Ramuan baru saja tiba.

"Aku tidak melakukannya. Aku hanya bercanda dengan Nona Mo, tetapi dia pikir aku serius." Hua Xiaoyun berusaha menghindar. Tidak mungkin ia mengakui bahwa sedang merencanakan hal jahat pada Mo Qingcheng.

Bai Fei menatap Hua Xiaoyun sebelum berjalan ke sisi Mo Qingcheng. Ia mengambil sebotol pil obat dari jubahnya, lalu menaruh beberapa pil ke mulut Mo Qingcheng. Salah satu tangannya menekan area dada Mo Qingcheng, sementara satu tangan lainnya meraba denyut nadinya.

"Hua Xiaoyun, kau bangsat brengsek!" Bai Fei menatap Hua Xiaoyun dengan marah, seolah-olah ia tahu apa yang telah dilakukan pemuda itu. "Kau bercanda dengannya? Mengapa kau menggunakan Bubuk Penghilang Energi padanya jika itu hanya lelucon? Kau lebih hina dari binatang."

Meskipun Bai Fei tidak benar-benar menyukai Mo Qingcheng, ia tetaplah seorang wanita. Bagaimana mungkin ia tidak merasa jijik dan marah ketika Hua Xiaoyun menggunakan cara itu untuk memperdayai Mo Qingcheng?

"Beraninya kau?" Wajah Hua Xiaoyun berubah mengancam, karena rencananya terungkap oleh Bai Fei. Setelah beberapa saat, ia dapat menguasai dirinya kembali dan berucap tenang tenang, "Apakah kau tahu dengan siapa kau bicara?"

"Kau manusia busuk tidak punya kemampuan. Kau pikir kau siapa? Jika bukan karena kakakmu, kau bahkan tidak layak berbicara denganku." Amarah Bai Fei terpicu. Sebagai murid Luo He, ia memiliki kedudukan yang cukup tinggi. Bagaimana ia bisa menerima kesombongan Hua Xiaoyun.

Hua Xiaoyun memerah marah ketika wajahnya menjadi semakin jahat. Ia menatap Bai Fei dengan murka dan diam-diam berseru di hatinya, "Bangsat kotor, aku akan membuatmu merasakan seperti apa rasanya neraka jika kau berakhir di tanganku."

Namun, ia tidak berani mengungkapkan pikirannya. Bai Fei bukanlah karakter yang baik untuk dijadikan musuh.

"Yan Qi, segera pergi dan beritahu guru. Aku khawatir situasi Mo Qingcheng sangat kritis," Bai Fei memberi perintah. Yan Qi mengangguk lalu cepat-cepat pergi.

Cahaya lembut terpancar dari tubuh Bai Fei, dan ia mengarahkan cahaya itu untuk menyelimuti Mo Qingcheng. Setelah itu, aliran penyembuhan yang hangat disalurkan ke tubuh Mo Qingcheng demi mencoba meminimalkan rasa sakitnya dan menghentikan pendarahan. Namun, Bai Fei tidak berani memindahkan belati yang tertanam di dadanya.

Mo Tianlin berdiri di samping, tubuhnya bergetar karena gugup. Kebencian di matanya ketika menatap Hua Xiaoyun adalah bukti betapa ia tidak menginginkan apa pun selain memotong-motong jasadnya menjadi jutaan serpihan.

Kakek Mo juga datang, wajahnya sangat tidak sedap dipandang. Ia sudah tahu apa yang terjadi.

"Kakek Mo, aku minta maaf. Aku hanya bercanda dengan Qingcheng, Aku akan membayar ganti rugi kepada klan Mo atas kejadian ini." Hua Xiaoyun tergesa menjelaskan, wajahnya tampak goyah ketika melihat betapa marahnya lelaki tua itu.

Ia sudah melihat bagaimana Mo Qingcheng bisa menjadi gila. Bagaimana jika orang tua ini benar-benar menjadi gila dan membunuhnya di sini sekarang? Sudah terlambat bagi Hua Xiaoyun, bahkan jika kakaknya memusnahkan seluruh Klan Mo untuk menemaninya dengan kematian mereka. Ia hanya bisa mencoba mengurangi kemarahan Kakek Mo saat ini.

"Kuharap tuan muda Hua akan tinggal di sini di Klan Mo untuk sementara waktu," Kakek Mo berkata dingin, menekan api amarah yang mendidih di hatinya. Jelas bahwa ia membuat penilaian yang salah. Namun setelah mempertimbangkan latar belakang Hua Xiaoyun, ia hanya bisa menahannya saat ini.

"Jangan khawatir, aku akan tinggal di sini sampai masalah ini selesai." Hua Xiaoyun menelan kata-katanya dan menjawab, entah apa yang ia pikirkan.

"Ayah, bunuh dia!" Mo Tianlin meraung marah, membuat Hua Xiaoyun menjadi kaku. Wajahnya berubah seram ketika ia menjawab, "Itu hanya lelucon. Aku percaya tidak akan terjadi apa-apa pada Nona Mo, kau sebaiknya berpikir jernih sebelum berbicara."

"Tutup mulutmu." Kakek Mo menatap tajam pada Mo Tianlin.

Membunuh? Jika Hua Xiaoyun meninggal di Klan Mo, semua orang di klan akan musnah dan mati bersamanya.

Sekarang ia hanya bisa berdoa untuk keselamatan Mo Qingcheng.

Suasana tenang di pekarangan Mo Qingcheng telah terganggu, ketika perasaan gugup yang intens merasuki udara. Berita tentang apa yang terjadi pada Mo Qingcheng segera diketahui oleh mereka yang dekat dengan Klan Mo.

Bai Fei mencoba usaha yang terbaik untuk melindungi kehidupan Mo Qingcheng. Bagaimanapun, Mo Qingcheng adalah murid yang disukai gurunya di atas semua yang lain. Jika ia tidak mengerahkan semua usaha sekarang, ia pasti akan disalahkan oleh gurunya nanti. Untungnya, berkat usahanya, kondisi Mo Qingcheng akhirnya stabil.

Sekarang, yang harus dilakukan adalah menunggu kedatangan gurunya.

.…

Pada saat itu, Qin Wentian berada di Pondok Bambu, berdiri di depan sungai yang mengalir. Senyum lembut tanpa sadar muncul di wajahnya setiap kali ia memikirkan Mo Qingcheng.

Ia bertanya-tanya, apa yang sedang dilakukannya sekarang?

Memikirkan kembali malam itu ketika Mo Qingcheng ingin menginap, Qin Wentian merasakan kehangatan yang tumbuh di hatinya. Gadis konyol ini telah memutuskan untuk memberikan hatinya. Ia mendengar bahwa gadis itu belum pergi ke Aula Kaisar Ramuan, pasti karena ia sedang menunggunya menyelesaikan urusan dan bertemu untuk terakhir kali dengannya sebelum ia berangkat.

"Aula Kaisar Ramuan," gumam Qin Wentian.

Pada saat itu, sebuah suara gerakan bisa terdengar di belakangnya. Ia berbalik, ekspresi bingung muncul di wajahnya ketika menyadari bahwa itu adalah Nolan. Kenapa ia ada di sini untuk mencarinya?

Tidak hanya itu, raut wajahnya juga sangat tidak sedap dipandang, seolah-olah sesuatu yang buruk baru saja terjadi.

"Qin Wentian, sesuatu terjadi pada Qingcheng," teriak Nolan, membuat Qin Wentian merasa seolah-olah sebuah tebing batu yang tajam telah jatuh menghunjam hatinya. Ia langsung melesat menghampiri.

"Apa yang terjadi pada Qingcheng?" Qin Wentian tak sabar bertanya.

"Brengsek terkutuk itu, Hua Xiaoyun, kudengar dia merencanakan sesuatu yang jahat pada Qingcheng. Gadis konyol itu mencoba bunuh diri setelah itu dan saat ini masih tidak sadarkan diri. Aku mencoba melihat keadaannya, tetapi Klan Mo saat ini melarang semua orang luar memasuki Kediaman Klan Mo." Mata Nolan memerah karena air mata, hubungannya dengan Mo Qingcheng sedekat saudara kandung, namun sekarang ia tidak tahu apakah Qingcheng bisa tetap hidup atau akan mati. Tentu saja ia sangat murka.

Ngiiing. Pikiran Qin Wentian bergetar mendengar kata-kata Nolan, wajahnya menjadi sangat menakutkan untuk dilihat. Niat dingin yang luar biasa memancar darinya, membuat Nolan menjadi sangat ketakutan sehingga ia tanpa sadar mundur ke belakang tanpa jeda.

"Qingcheng." Pikiran Qin Wentian dilanda kekacauan. Ia melesat ke angkasa ketika sepasang sayap Siluman Garuda muncul di punggungnya. Qi siluman yang terpancar keluar dari tubuhnya sangat tebal sehingga Nolan bahkan tidak bisa bernapas. Dengan kecepatan badai yang mengamuk, Qin Wentian berubah menjadi sinar hitam saat ia melesat di kejauhan.

"Hua Xiaoyun." Sebuah suara yang dipenuhi dengan amarah dan niat membunuh yang mengerikan terdengar bergema di udara. Tidak ada kata-kata yang cukup untuk menggambarkan kemarahan dingin yang dirasakan Qin Wentian sekarang, bersama dengan ketakutan dan kekhawatirannya.

Perasaan ini serupa dengan perasaannya saat itu, ketika Mo Qingcheng menghadang pukulan untuk melindunginya. Ia belum pernah merasakan ketakutan ini sebelumnya.

Kecepatan Qin Wentian mencapai tingkat yang belum pernah terjadi sebelumnya saat ia mendekat bagaikan kilat menuju Kediaman Klan Mo. Setiap saat yang berlalu terasa seperti penderitaan baginya, setiap detik terasa tak pernah berakhir. Sesaat kemudian ia bisa melihat Kediaman Klan Mo di kejauhan.

Tidak jauh dari Qin Wentian, ada juga seseorang yang terbang. Namun, kecepatan orang itu bahkan lebih cepat dibandingkan dengan Qin Wentian yang sedang gila. Matanya dipenuhi dengan kedalaman tak berujung saat ia menatapnya, seolah-olah hanya dengan satu tatapan, ia akan dapat mengungkap semua rahasia Qin Wentian.

Gadis itu memiliki sikap yang elegan, memancarkan aura kemuliaan dan kehadiran yang menakutkan. Ia diselimuti cahaya terang saat berubah menjadi seberkas cahaya, melesat langsung ke Kediaman Klan Mo. Para penjaga di luar tidak menghadangnya karena ... kecepatannya sangat cepat sehingga tidak ada yang bisa melihat bayangannya.

Saat penjaga Klan Mo melihat Qin Wentian turun dari langit, beberapa dari mereka melonjak ke udara untuk menghentikannya. "Orang luar semua dilarang masuk …."

"Menyingkir!" Bahkan sebelum mereka menyelesaikan kalimat mereka, Energi Astral Siluman di tubuh Qin Wentian melonjak lalu meledak, mewujud menjadi pedang siluman yang tak terhitung jumlahnya lalu menebas ke arah para penjaga. Para penjaga itu langsung menghindar ke samping, tetapi berselang dua detik kemudian, Qin Wentian telah menghilang dari pandangan, dan sudah masuk ke dalam Kediaman Klan Mo.

Qin Wentian segera menemukan lokasi pekarangan Qingcheng. Saat ia terbang melintasinya, tubuhnya tanpa sadar gemetar melihat jubah putih Qingcheng berlumur darah menjadi merah. Melihat wajahnya yang redup, ia merasa seolah-olah sejumlah pisau yang tak terhitung jumlahnya menusuk hatinya.

"Jangan ganggu guruku," Bai Fei berkata dingin. Baru sekarang Qin Wentian menyadari bahwa wanita yang dilihatnya sebelumnya berencana untuk memberikan perawatan medis kepada Mo Qingcheng.

"Bai Fei, kita akan masuk." Sebuah cahaya lembut menyelimuti tubuh Mo Qingcheng saat wanita tadi membawanya, memasuki kamar Mo Qingcheng bersama dengan Bai Fei dan murid-murid Aula Kaisar Ramuan lainnya.

Qin Wentian tidak berani masuk, karena takut menyebabkan gangguan. Ia hanya bisa berdoa agar Mo Qingcheng baik-baik saja.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Kakek Mo mengerutkan kening melihat kemunculan Qin Wentian yang tiba-tiba. Namun, Qin Wentian tidak menjawab. Sebaliknya, pandangannya beralih kepada Hua Xiaoyun, yang berdiri di belakang Kakek Mo. Niat membunuh setinggi langit meletus saat aura dingin di matanya menjadi semakin kuat.

Buumm. Qin Wentian bergerak maju dengan langkah-langkah terukur menuju Hua Xiaoyun. Kakek Mo mengernyit keras saat ia bergerak untuk menghadang jalan Qin Wentian.

Qin Wentian menatap Kakek Mo, jarinya bergetar karena tidak percaya saat ia mengarahkannya ke arah Hua Xiaoyun. "Bangsat ini telah menyebabkan nasib Qingcheng berakhir di negeri ini. Kau tidak membunuhnya, tetapi memilih untuk menghadangku?"

"Apa urusan Klan Mo denganmu?" Kakek Mo mendengus. Perilaku Qin Wentian terlalu kurang ajar.

"Baiklah. Benar memang, apa urusan Klan Mo denganku? Aku juga tidak peduli. Tapi sekarang, Qingcheng-lah yang terluka." Kedinginan dalam suara Qin Wentian semakin meningkat. Ia mengambil langkah ke depan dan menggeram. "Bajingan tua, menyingkir kau dari jalanku."