Hari ini adalah ulang tahun Mu Rou yang ke-18, tetapi meskipun usia 18 dianggap sebagai puncak masa muda, ia merasa sangat kesepian tahun ini.
Itu semua karena tahun ini, keluarganya tidak mau repot-repot menyiapkan pesta untuknya. Sikap 'teman-temannya' juga berubah sepenuhnya, dan mereka tidak mengucapkan ucapan selamat.
"Xue Yuan, Ke'er."
Mo Rou tinggal di sebuah pondok dan halaman yang indah bersama dua gadis itu, dan ketika melihat kedua gadis itu, ia memanggil mereka.
"Mu Rou, ada perlu apa?" Kedua gadis itu menoleh dan menatap Mu Rou.
"Hari ini adalah hari ulang tahunku. Ayo kita makan bersama," Mu Rou memandang ke arah Xue Yuan dan Ke'er.
"Maaf sepertinya tidak bisa, kau lanjut saja, aku masih urusan." Xue Yue menolak sambil tertawa.
"Aku juga sibuk, aku tidak bisa," Ke'er juga menolak dan langsung pergi tanpa pamit. Setelah melihat hal ini, Mu Rou tidak tahan untuk menghela nafas. Meskipun keduanya tersenyum kelihatannya, tapi ia bisa melihat senyum mereka tidak berasal dari hati. Mu Rou telah lama merasakan bahwa 'teman-temannya' tidak lagi ingin berkumpul dengannya dan paham maksud mereka.
Namun begitu, ia tetap saja kecewa. Dulu ketika Chu Ling tinggal di sini, mereka berempat sangat kompak. Terutama hubungan antara dirinya dan Chu Ling, mereka dikenal sebagai teman akrab. Xue Yuan dan Ke`er akan selalu mengikuti apa yang mereka katakan. Meskipun Chu Ling sering tidak terlalu peduli dengan duo ini, Mu Rou tidak keberatan sama sekali, dan ia selalu berhubungan baik dengan mereka berdua.
Mu Rou juga bangkit lalu pergi, melangkah ke arah Belantara Mimpi. Setelah tiba di suatu tempat yang biasa didatanginya di Kota Ilusi, ia menunggu cukup lama. Namun kemudian ia pergi karena tidak juga melihat Qin Wentian. Biasanya, ia akan menunggu lebih lama. Tapi hari ini, ia masih terganggu dengan kejadian-kejadian yang terjadi belakangan ini dan memutuskan untuk keluar dari taman mimpi itu, lalu berjalan-jalan tanpa tujuan di seputaran Perguruan Kerajaan.
Saat itu, Xue Yuan dan Ke`er kembali sebentar ke tempat tinggal mereka, tetapi sesaat sebelum mereka pergi lagi, mereka menerima sebuah gulungan lukisan yang dikirim oleh Perkumpulan Kurir Langit.
Perkumpulan Kurir Langit adalah salah satu dari tiga perusahaan terbesar di Negeri Chu yang menawarkan layanan kurir terbaik di negeri ini. Mereka menggunakan binatang siluman sebagai armada mereka, asalkan pelanggan membayar harganya. Perkumpulan Kurir Langit bisa mengirimkan sesuatu ke luar negeri dalam waktu yang sangat singkat. Perkumpulan Kurir Langit juga memiliki hak khusus yang membuat mereka bisa bergerak di semua perguruan beladiri dengan bebas.
Bagaimanapun, banyak siswa dari berbagai perguruan datang dari seluruh dunia dan membutuhkan layanan kurir untuk mengirim surat dari dan ke kota asal mereka.
Gulungan lukisan ini berasal dari Perguruan Bintang Kekaisaran dan ditujukan kepada Mu Rou. Tetapi karena Mu Rou tidak berada di rumahnya, Perkumpulan Kurir Langit menyerahkannya kepada Xue Yuan untuk diteruskan kepada Mu Rou.
Xue Yuan dan Ke`er agak penasaran tetapi tidak terlalu memperhatikannya. Mereka membawa kotak gulungan itu serta saat menghadiri kelas yang diadakan oleh seorang Tetua. Meskipun hubungan mereka dengan Mu Rou tidak sedekat sebelumnya, tapi mereka tidak keberatan memberikan barang itu kepadanya. Dan tentu saja, mereka tidak akan "kehilangan" barang itu. Perkumpulan Kurir Langit bisa menjadi salah satu dari tiga perusahaan terbesar di Negeri Chu, karena selain layanan kurir mereka, mereka juga memiliki metode menakutkan untuk memastikan barang tiba di tujuan.
Untuk mengirimkan barang ke seluruh benua, tugas ini dengan sendirinya membutuhkan jaringan informan yang sangat besar dan menakutkan sehingga mereka mengenal setiap tempat dan bahkan bisa menemukan setiap orang.
"Xue Yuan, apa itu?" Chu Ling juga menghadiri kelas hari ini, dan setelah melihat gulungan di tangan Xue Yuan, ia tidak tahan untuk bertanya.
"Oh, ini dari Perkumpulan Kurir Langit. Untuk Mu Rou, dan tampaknya dikirimkan dari Perguruan Bintang Kekaisaran. Kurir itu tidak menyebutkan nama pengirimnya," jawab Xue Yuan.
"Perguruan Bintang Kekaisaran? Coba dibuka biar kita lihat." Perintah Chu Ling, membuat Xue Yuan agak ragu. Ini, sepertinya tidak benar. Tapi setelah melihat Chu Ling mengerutkan alisnya, ia memutuskan untuk membuka kotak gulungan itu. Beberapa saat kemudian, sebuah lukisan yang sangat mistis terpampang di hadapan mereka. Tanpa sadar mereka mundur selangkah, membuat lukisan itu jatuh ke lantai.
Saat lukisan itu terbuka, mereka merasakan gelombang aura tirani yang memancar, seolah-olah lukisan itu ingin merasuk ke jiwa mereka.
"Apa yang terjadi?" Orang-orang mulai berkerumun, dan mereka memandangi lukisan mistis yang jatuh ke lantai itu. Mereka juga merasakan gelombang aura tirani ketika lukisan itu terbuka setelah dikeluarkan dari kotak gulungan. Seolah-olah sosok di dalam lukisan itu hidup, memegang sebuah tombak kuno, dan berniat menghancurkan segala sesuatu yang menghalangi.
"Lukisan yang ajaib; ini pasti sangat berharga."
"Ya, kolektor seni bisa menjadi gila karena lukisan ini." Kerumunan itu mengungkapkan kekaguman mereka sementara Chu Ling dengan dingin mendengus, "Bukannya ini hanya sebuah lukisan?"
Tapi di dalam hatinya, Chu Ling berpikir, siapa sebenarnya yang memberi lukisan seperti ini kepada Mu Rou?
"Apa yang kau lakukan?" Saat itu, sebuah sosok setengah baya muncul. Pria itu tidak lain adalah pengajar hari ini. Melihat keributan itu, ia tidak tahan untuk menghampiri.
Saat itu juga, kerumunan itu membuka jalan bagi Tetua itu. Ketika tatapan Tetua itu mendarat ke lantai, ia melihat lukisan itu.
"Milik siapa ini?" Tetua dari Perguruan Kerajaan itu bertanya.
"Ini milik Xue Yuan." Seseorang di kerumunan itu menunjuk kepada Xue Yuan.
"Bisakah aku meminjamnya?" Tetua itu menatap Xue Yuan. Ekspresi canggung muncul di wajah Xue Yuan. Lukisan ini dikirim oleh Perkumpulan Kurir Langit, dan penerimanya adalah Mu Rou, bukan dirinya. Dan karena ia telah setuju memberikannya kepada Mu Rou, tanggung jawab itu tentu saja jatuh kepadanya. Perkumpulan Kurir Langit telah menanyakan kesediaannya dan hanya setelah ia setuju barulah mereka menyerahkan kotak gulungan itu kepadanya.
"Xue Yuan, jika kau memiliki masalah dengan kultivasimu di masa depan, kau bisa mencariku." Tetua itu menawarkan, membuat ekspresi di wajah Xue Yuan membeku. Sebagai Tetua, ia pasti tidak akan menghilangkan lukisan itu, kan?
"Baik." Xue Yuan mengangguk. Tetua itu tersenyum lalu menyimpan lukisan itu. "Kelas hari ini akan ditunda hingga waktu yang akan ditentukan kemudian. Kelas saya bubarkan."
Setelah itu, ia mengambil lukisan itu dan bergegas pergi, membuat para siswa berseru dengan heran, mengelilingi Xue Yuan, dan membombardirnya dengan pertanyaan. Benda apa itu yang membuat Tetua menempatkannya sedemikian penting?
Mengenai hal ini, Mu Rou tidak tahu apa-apa. Bahkan Qin Wentian sendiri tidak tahu apa yang sedang terjadi dan bahkan tidak pernah memikirkan seberapa tinggi nilai lukisan itu.
Setelah Mu Rou kembali ke rumahnya, ia memperhatikan bahwa Xue Yuan tampak jauh lebih sopan padanya. Namun, Mu Rou memperhatikan bahwa Xue Yuan tampak agak gelisah, yang membuatnya curiga ada sesuatu yang aneh terjadi. Namun, ia tidak begitu ambil peduli dan menghabiskan hari sendirian dalam kesedihan.
Hari ini adalah hari ulang tahunnya yang ke-18, dan juga hari ulang tahun paling sepi dalam ingatannya.
Mungkin itu semua karena tekanan dari klannya. Ayahnya, yang selalu menyayanginya, juga tidak memintanya pulang dalam di hari ulang tahun ini.
Bagi para tokoh besar itu, mereka terlalu sensitif akan hal sekecil apapun yang terjadi di dalam jaringan kekuasaan politik mereka. Bagaimana mereka punya waktu untuk memikirkan perasaannya?
Tanggal Perjamuan Jun Lin semakin dekat. Dengan kemungkinan Istana Sembilan Mistis mengendalikan peristiwa dari belakang layar, peluang Luo Qianqiu untuk mendapatkan peringkat teratas dalam perjamuan besar itu, kedatangan Putra Mahkota Negeri Awan Salju, dan meningkatnya kekuatan Chu Tianjiao dan pendukungnya, bagaimana seorang teman Qin Wentian yang terkenal itu tidak mengerutkan dahi?
Hari itu, di tengah badai salju itu, Qin Wentian menolak kesempatan untuk berteman dengan Pangeran ketiga, Chu Tianjiao!
————————
Hari ini, para siswa Perguruan Kerajaan tidak tahu bahwa di dalam perguruan , beberapa pengajar gempar karena lukisan yang dikirim dari Perguruan Bintang Kekaisaran.
Tentu, mereka tidak tahu bahwa lukisan ini berasal dari Perguruan Bintang Kekaisaran, karena menurut Tetua yang membuat hal ini menjadi perhatian mereka, lukisan ini milik seorang siswa Perguruan Kerajaan bernama Xue Yuan. Karena mereka sudah tahu dari mana asalnya, tidak ada yang peduli untuk menyelidiki asal usul lukisan ini terlalu mendalam.
Dan hari ini, Perguruan Kerajaan memutuskan untuk memajang lukisan itu di sebuah galeri. Tidak hanya itu, mereka memutuskan bahwa mereka akan mengirimkan undangan untuk mengundang para pendekar dari seluruh negeri untuk melihatnya, terutama para ahli senjata dan penulis aksara dewa!
Berita itu dengan cepat menyebar ke seluruh Negeri Chu. Pada hari kedua, Perguruan Kerajaan sudah mempublikasikan bahwa lukisan ini milik Xue Yuan dan merupakan harta yang tak ternilai. Mereka juga mengumumkan bahwa mereka akan mengirimkan undangan agar orang-orang melihatnya, yang menyebabkan munculnya gelombang besar kegemparan itu.
Namun, Xue Yuan merasa sangat cemas. Lukisan itu bukan miliknya, dan jika kebenaran terungkap, semua reputasinya akan hancur seketika.
Di dalam hatinya, Xue Yuan berpikir bahwa sekarang satu-satunya langkah yang tersisa baginya adalah membina kembali hubungan baik dengan Mu Rou. Setelah hubungan mereka diperbaiki, ia akan mengungkapkan kebenaran tentang kepemilikan lukisan itu.
Mu Rou merasa sangat bingung. Ia tidak mengerti mengapa Xue Yuan tiba-tiba bersikap sopan padanya dan bahkan mengundangnya untuk melihat lukisan mistis itu. Tapi karena ia juga sangat ingin tahu tentang lukisan yang sedang dibicarakan oleh semua orang itu, ia memutuskan untuk melihatnya di aula galeri bersama Xue Yuan.
Aula Galeri Perguruan Kerajaan sangat megah dan luas. Lukisan itu ditempatkan tepat di tengah-tengah aula besar yang berada di tingkat pertama. Ada banyak orang di sekitarnya, tetapi mereka semua harus menjaga jarak tertentu dari lukisan itu.
Beberapa Tetua yang dihormati berdiri di dekat lukisan itu. Meskipun mereka tampak rapuh karena usia, mata mereka berkedip-kedip dengan cahaya yang menusuk, tampak dipenuhi dengan vitalitas.
"Tidak mungkin salah, lukisan ini pasti termasuk aksara dewa. Aksara dewa jenis manusia ini, pastinya adalah hasil karya yang menantang langit. Aku ingin tahu siapa mahaguru yang menciptakannya."
Dengan dipenuhi rasa kagum, seorang lelaki tua dengan tenang memberikan penilaian yang sangat tinggi atas lukisan itu.
"Jika seseorang menilai lukisan ini menurut tingkatan aksara dewa, seharusnya ini berada pada tingkat ketiga aksara dewa. Aura tirani yang dipancarkannya luar biasa. Dan aku juga berani mengkonfirmasi, ini adalah pertama kalinya aksara dewa jenis ini muncul di Negeri Chu." Seorang yang lain berseru, membuat kerumunan itu sangat terkejut. Lukisan ini sebenarnya adalah sejenis aksara dewa!
"Karya yang menantang langit. Tak ternilai harganya."
Entah berapa banyak yang memberi penilaian, dan beberapa bahkan bertanya pada Tetua Perguruan Kerajaan, "Apakah lukisan ini dijual?"
"Untuk pertanyaan itu, kau harus bertanya pada pemiliknya sendiri." Tetua itu tidak lain adalah guru Xue Yuan, dan ketika ia melihat Xue Yuan di tengah keramaian itu, ia tersenyum dan berteriak, "Xue Yuan, apakah kau bersedia menjual ini lukisan?"
Xue Yuan membeku, saat ia melirik Mu Rou.
"Jika lukisan itu dijual, sebagai karya yang menantang langit, kau tak akan bisa membayangkan harganya." Tetua itu melanjutkan, "Bagaimana kau mendapatkan lukisan itu? Siapa mahaguru yang menciptakannya?"
Mu Rou juga melirik Xue Yuan, sedikit terkejut. Xue Yuan benar-benar memiliki lukisan yang sangat berharga dan bahkan menyebabkan kegemparan sebesar ini.
"Para mahaguru dari Perkumpulan Sungai Bintang telah tiba." Saat itu, sebuah suara memberitahukan kedatangan beberapa tokoh. Maksud kedatangan mereka sudah jelas disebabkan oleh lukisan itu.