webnovel

Misteri Sebuah Pulau (season 1)

7 sekawan yang berencana ingin menghabiskan waktu liburan di tempat yang indah yaitu sebuah pulau yang belum pernah terjamah tangan manusia, tapi mereka salah, karena dipulau itu sudah dihuni sekelompok makhluk yang menghisap darah manusia, hingga akhirnya mereka kehilangan 1 nyawa teman nya disana.

Rahma_Wati_5228 · 科幻言情
分數不夠
16 Chs

Bagian 12

  Makhluk itu mencengkram tangan Bagas dan Miko dengan kuku nya yang panjang. aku mencoba membantu mereka menendang tubuh makhluk itu dengan sedikit bela diri yang aku punya, tapi makhluk itu hanya meringis dan tidak melepaskan teman-teman ku. Mira hanya mematung menatap kami dengan wajah yang pucat pasi.

  Ggggrrrr...

Makhluk itu mengerang dan sekuat tenaganya menepis kami bertiga, kami pun terlempar ke semak-semak. mata nya memerah menandakan bahwa dia sedang marah, tiba-tiba aku melihat ada satu sosok lagi yang datang, sama persis seperti nya, hanya saja tidak memiliki tanduk dikepala.

  "Tolong aku..., tolong..." ucap Meli dengan suara lirih dan ber urai airmata.

Meli dibawa sosok yang satunya kedalam hutan.

Lepaskannnn...! terdengar Meli berteriak dan berlalu lenyap di kegelapan. akupun menangis melihat teman ku menghilang dan aku tak dapat berbuat apa-apa. Tidak..., tidak sampai disitu, makhluk yang melempar kami tadi menyeringai menatap kami berlima dia pun langsung terbang menghampiriku.

Jleebb....

Kuku panjang nya tepat menancap mengenai bahu ku, aku pun terus berusaha melawan nya dengan sisa tenaga yang aku punya. "Kalian larii...! Pergi keluar hutan," ucap ku pada teman-temanku.

Kulihat Bagas menolak permintaan ku. "Bagas Miko, Anto, tolong jaga Mira bawa dia keluar." Mereka pun segera berlari meninggalkan ku, Mira masih menatap ku dalam kejauhan sambil menangis.

  Hahahaaa...

Suara tawa makhluk itu. "Kau akan menjadi santapan ku, Apalagi darah kau yang sempurna, yang akan membuat aku lebih kuat, Aku sudah menunggu kedatanganmu.

  Serrr...., Aliran darah segar mengalir dipundakku saat dia mencabut kuku nya yang menancap di pundak.

  Arrrgghhhh..., aku meringis kesakitan, ku tendang makhluk itu dengan sekuat tenaga, walaupun aku tau itu hanya sia-sia.

Bruug....

Makhluk itu pun terjatuh, tapi makhluk itu berdiri lagi menatapku penuh amarah. "Kamu tidak akan bisa lepas dariku, kamu akan menjadi milikku."

Hahahaha...

Makhluk itu bersiap menerkam ku dan memperlihatkan gigi taring nya yang tajam, yang siap mengoyak tubuh ku.

Aaaarrrghhhh...

Aku pun berteriak sekencang-kencang nya, sambil menutup kedua mataku dengan telapak tangan.

Brruukkkkk....

  Ada apa? apa yang terjadi? aku tidak merasakan apa-apa yang terjadi padaku, saat aku membuka mata, makhluk itu sudah tersungkur meringis kesakitan.

Aku melihat ada seorang pria berdiri membelakangi ku, dia membawa sebuah bambu runcing ditangan nya, saat dia ingin menancapkan bambu ke tubuh makhluk itu.

Wusshhh.... makhluk itu pun langsung menghilang dengan cepat.

   Aku mulai mundur dengan perlahan, walaupun aku masih dalam keadaan terduduk di atas tanah dengan rasa perih dibahu dan sakit disekujur tubuhku. Aku tak tau apa yang ada dihadapan ku sekarang, apakah dia benar-benar manusia?

Deg... deg... deg...

Jantungku perpacu lebih kencang, aliran darahku serasa mengalir hangat didalam tubuh ku. pria itu berbalik menatapku.

  "Apa kamu baik-baik saja?" ucap pria itu.

Aku hanya terdiam tanpa tau harus berkata apa. "Kau terluka?" tanya nya  lagi.

Dia langsung menghampiri ku dan menggendongku. "Lukamu harus diobati."

Sambil membawaku pergi entah kemana, aku hanya diam mematung tanpa mengelak sedikit pun. Karena tubuhku benar-benar terasa sakit. Dari tatapan mata nya, aku yakin dia pria baik, tidak kurasakan aura jahat ada pada dalam dirinya. Dia terus berlari membawaku menjauh dari tempat kejadian itu, tak lama kemudian dia pun berhenti dan menurunkan ku secara perlahan.

Kalian tau apa yang aku lihat dihadapan ku?!

Sebuah rumah...?

Hampir tak percaya, tapi itulah yang aku lihat saat ini. Rumah nya tidak cukup besar, tidak juga terlihat seperti gubuk, lampu-lampu lentera pun tertata rapi menggantung di setiap sudut rumah itu, memberikan penerangan yang cukup bagi siapa saja yang tak sengaja melihat nya.

   "Ayok masuk," ucap pria itu sambil membopong ku.

Ceklek... Pintu rumah pun terbuka, tidak ada sekat ataupun ruangan di dalam rumah itu, semuanya plong.